Selasa, 28 Agustus 2012

Orang-orang seperti apakah para pengikut awal Muhammad.


Kebanyakan dari kita membela Muhammad dengan berkata: "Kalau Muhammad sosok yang jahat, tentu sejak dari awal ia tidak akan memiliki pengikut."

Sekarang mari kita tengok Hitler. Apakah Hitler orang baik? Menurut sejarahnya, Hitler yang rasis itu telah membantai jutaan orang-orang Yahudi. Dia jahat. Tapi lihat, banyak juga orang yang mendukungnya dan mencintainya. Jadi kata siapa orang jahat tidak bisa memiliki pengikut?

Para pengikut awal Muhammad adalah orang-orang yang serupa dengan Muhammad, jadi kita tidak perlu heran bila Muhammad memiliki pendukung di masa-masa awal itu.

Para muslim awal, yang kerap disebut sebagai "para sahabat nabi" itu adalah orang-orang yg sifat dan pribadinya tidak jauh berbeda dengan nabinya. Di samping mereka adalah orang yang bertabiat buruk, otak mereka juga tergolong bodoh (IQ rendah).

Ini adalah beberapa ciri para sahabat Muhammad yang dapat saya rangkum:

1) Bodoh (IQ rendah, tidak kritis, mudah ditipu)
2) Kriminal (suka berbuat onar, seperti mencuri atau mengambil harta milik orang lain)
3) Suka kekerasan dan menumpahkan darah (raja tega/tidak berperasaan)
4) Bejat tidak bermoral

Keempat sifat di atas merupakan sifat utama yang dimiliki para pengikut awal Muhammad. Berikut ini adalah bukti-bukti dari literatur Islam bahwa apa yang saya katakan ini adalah benar adanya.

1. Para Sahabat Muhammad adalah Orang-orang Bodoh

Golongan muslim yang paling penting dalam menyukseskan karir Muhammad adalah golongan kaum Badui Medinah, yaitu dari Al-Khazraj dan Al-Aus. Dua suku ini kerap disebut sebagai kaum Anshar (=Penolong). Mereka-lah yang mula-mula memberi ide kepada Muhammad menyebarkan agama dengan jihad, karena mereka adalah orang-orang berandal, beringas dan senang sekali berperang.

Di dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 1 halaman 401, mereka berkata kepada Muhammad: "Baiatlah kami wahai Muhammad! Demi Allah, kami ahli perang dan ahli senjata. Itu kami wariskan dari satu generasi kepada generasi lainnya."

Karena adanya dukungan dari kaum Anshar inilah, Muhammad menjadi berani mengancam orang-orang Quraish dengan ancaman penyerangan fisik yang dia kayalkan sebagai azab Alloh; padahal sebelumnya dia hanya bisa menakut-nakuti dengan "ancaman siksa neraka" di akherat saja:

Hadist Sahih Bukhari, Volumn 006, Book 060, Hadith Number 293.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas : ketika ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”. diturunkan, nabi saw menaiki gunung safa dan mulai memanggail “wahai Bani Fihr ¡ wahai Bani Adi” ditujukan kepada semua suku Quraish hingga mereka berkerumun berkumpul. Mereka yang tidak dapat datang secara pribadi, mengirimkan utusan mereka untuk melihat ada apa di sana. Abu Lahab (paman Nabi) dan yang lainnya dari Quraish datang, kemudian nabi bersabda “jika aku katakan pada kalian bahwa ada sebuah pasukan berkuda (musuh) di bukit berniat menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayai saya?” mereka semua berkata “Ya, sebab kami tidak menemukan apapun yang kau katakan selain dari kebenaran”. Kemudian beliau bersabda : “aku ini pembawa peringatan kepada kalian akan kedatangan hari penghakiman yang dahsyat." Abu Lahab berkata (kepada nabi) “semoga kedua tangan kamu celaka. Untuk inikah kamu mengumpulkan kami ?” kemudian turun “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan..” (111:1-5).
Kenapa orang-orang Anshar itu bisa kepincut pada Muhammad? Apakah mereka telah dirayu oleh Muhammad?

Sebab pertama kenapa orang-orang Anshar itu mendukung Muhammad adalah karena mereka menyangka Muhammad adalah nabi yang dinanti-nantikan oleh kaum Yahudi. Sebagaimana kita ketahui, orang-orang Yahudi tidak mengakui nabi Isa sebagai Juruselamat, dan mereka pada abad ke-7 itu masih menanti-nantikan kedatangan seorang nabi Juruselamat yang lain. Momen itu kemudian dimanfaatkan oleh Muhammad untuk mengaku-ngaku dirinya juruselamat yang telah dinantikan bangsa Yahudi.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 389

Ibnu Ishaq berkata, ketika Allah Azza wa Jalla hendak memenangkan agama-Nya, memuliakan nabi-Nya dan memenuhi janji-Nya kepada Rasulullah SAW, maka pada musim tahun itu, Rasulullah SAW bertemu dengan beberapa orang Anshar. Beliau menawarkan dirinya kepada kabilah-kabilah Arab seperti yang biasa beliau lakukan pada musim-musim haji sebelumnya. Ketika beliau sedang berada di Al-Aqabah, beliau bertemu dengan beberapa orang dari Al-Khazraj, karena Allah menghendaki kebaikan untuk mereka.

Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari orang-orang tua kaumnya yang berkata, ketika Rasulullah SAW bertemu dengan mereka, beliau bertanya kepada mereka, "Siapa kalian?" mereka menjawab, "Kami berasal dari Al-Khazraj." Rasulullah SAW bertanya kepada mereka, "Apakah kalian berasal dari teman-teman orang-orang Yahudi?" Mereka menjawab, "Ya". Rasulullah SAW bersabda, "Bagaimana kalau kalian duduk sebentar agar aku bisa berbicara dengan kalian?" Mereka menjawab, "Ya".

Mereka pun duduk bersama Rasulullah SAW. Beliau ajak mereka kepada agama Allah Azza wa Jalla, menjelaskan Islam kepada mereka dan membacakan Alquran kepada mereka. Di antara hal yang diperbuat Allah kepada mereka sehingga masuk Islam ialah bahwa orang-orang Yahudi menetap bersama mereka di negeri mereka. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang diberi Kitab dan Ilmu, sedang orang-orang Al-Khazraj adalah orang-orang musyirik dan penyembah berhala. Orang-orang Yahudi berkuasa atas orang-orang Al-Khazraj di negeri mereka.

Jika terjadi persengketaan antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang Al-Khazraj, orang-orang Yahudi berkata, "Sesungguhnya zaman kedatangan nabi yang diutus telah dekat masanya. Kita akan mengikutinya dan dengannya kami akan membunuh kalian seperti pembunuhan terhadap orang-orang Ad dan Iram."

Ketika Rasulullah SAW berbicara dengan orang-orang Al-Khazraj tersebut dan mengajak mereka kepada Islam, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Hai kaumku, ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya inilah nabi yang dijanjikan orang-orang Yahudi kepada kalian. Oleh karena itu, kalian jangan kalah cepat kepadanya dari orang-orang Yahudi." Mereka menerima ajakan Rasulullah SAW kepada mereka untuk membenarkan beliau dan menerima Islam yang beliau tawarkan kepada mereka. Mereka berkata kepada Rasulullah SAW, "Sesungguhnya kami meninggalkan sebuah kaum dan tidak ada kaum yang terlibat permusuhan dan kejahatan sedahsyat mereka. Mudah-mudahan Allah mendamaikan mereka kepada perintahmu dan kami tawarkan kepada mereka agama ini yang kami dapatkan darimu. Jika Allah menyatukan mereka dalam agama ini, maka tidak ada orang yang lebih agung darimu."

Usai berkata seperti itu, mereka mohon pamit dari Rasulullah SAW untuk pulang ke negeri mereka dalam keadaan beriman dan membenarkan Rasulullah SAW.
Sebab kedua adalah, mereka terbujuk oleh janji-janji Muhammad, yaitu janji di dunia akan mendapatkan harta & perempuan, serta kalau mati akan masuk surga.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 404

Ibnu lshaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa ketika kaum Anshar berkumpul untuk membaiat Rasulullah SAW, maka Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah Al-Anshari, saudara Bani Salim bin Auf berkata, "Hai orang-orang Al-Khazra'. tahukah kalian, untuk apa kalian membaiat orang ini?"

Mereka menjawab. "Ya, kami tahu."

Al-Abbas bin Ubadah berkata, "Sesungguhnya kalian membait orang ini untuk memerangi orang-orang berkulit merah dan orang-orang berkulit hitam. Jika harta kalian yang habis itu kalian anggap sebagai musibah dan meninggalnya pemimpin-pemimpin kalian itu kalian anggap sehagai pembunuhan, maka menyerahlah kalian sejak sekarang. Demi Allah, jika kalian melakukan hal yang demikian, itulah kehinaan di dunia dan akhirat. Jika kalian yakin bahwa kalian memenuhi apa yang ia serukan kepada kalian, kendati hal tersebut mengurangi harta kalian dan menewaskan orang-orang tehormat kalian, ambillah dia. Demi Allah, itu kebaikan di dunia dan akhirat."

Mereka berkata, "Kami mengambilnya kendati hal ini mengurangi harta kami dan menewaskan orang-orang terhormat kami. Jika kami melakukan hal tersebut, kami mendapatkan apa wahai Rasulullah?"

Rasulullah SAW bersabda, "Surga."

Al-Sirah Nabawiyah Ibnu Kathir halaman 107
Allâh memeliharamu dan Dia akan melindungimu sampai kau merampas rumah² mereka (=negeri Persia), meniduri wanita² mereka dan memperbudak anak² mereka. Lalu sembahlah Allâh tiga kali dan tiga puluh kali, lalu berterimakasihlah padaNya tiga kali dan tiga puluh kali, dan katakan Dia maha besar empat kali dan tiga puluh kali.

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 186-187
Tanda-tanda Kebesaran Allah Yang Dilihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Parit (Khandaq)
Ibnu Ishaq berkata bahwa ia diberitahu dari Salman Al-Farisi yang berkata, "Aku menggali di sebagian parit namun ada batu keras yang tidak mampu aku pecahkan, sedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di dekatku. Ketika beliau melihatku menggali dan kerepotanku dalam memecah batu tersebut, beliau turun kemudian mengambil kapak dari tanganku. Beliau menghantam batu tersebut dengan hantaman yang memercikkan sinar di bawah kapak. Beliau menghantam batu tersebut sekali lagi dengan hantaman yang memercikkan sinar di bawah kapak. Beliau menghantam batu tersebut ketiga kalinya dengan hantaman yang memercikkan sinar di bawah kapak. Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, ayah ibuku menjadi tebusanmu, sinar apakah yang aku lihat ketika engkau menghantam batu tersebut?' Beliau bersabda, 'Hai Salman, apakah engkau melihatnya?' Aku menjawab, `Ya, aku melihat sinar tersebut.' Beliau bersabda, 'Adapun sinar pertama, dengannya Allah akan menaklukkan Yaman untukku. Adapun sinar kedua, dengannya Allah akan menaklukkan Syam dan negeri-negeri barat untukku. Sedang sinar ketiga, dengannya Allah akan menaklukkan negeri-negeri timur untukku'."
Kedunguan otak orang-orang Anshar itu sangat kentara sekali terlihat, karena mereka sama sekali tidak mengkritisi Muhammad. Asal mereka berjumpa dengan orang yang mengaku nabi, lantas mereka langsung menyangkanya sebagai "nabi yang dinantikan orang Yahudi". Mereka tidak pernah bertanya mujizat atau tanda-tanda bukti yang lain, modal mereka cuma "asal percaya saja". Dan kebodohan yang lain adalah mereka bahkan rela mati demi Muhammad hanya karena dijanjikan surga. Sedangkan kepercayaan mereka pada janji-janji penjarahan dan pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan negeri Persia adalah sebagai bukti bahwa kaum Anshar adalah orang-orang berotak kriminil dan bejat.

Kita bisa membandingkan kecerdasan orang-orang Anshar ini dengan kecerdasan orang-orang Quraish dan Yahudi dalam menyikapi Muhammad. Mari kita simak apa yang orang Quraish pinta dari Muhammad sebagai bukti kenabiannya:
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 1 halaman 248 - 251

Tokoh-tokoh Quraisy berkata, “Hai Muhammad, jika engkau tidak menerima satu tawaran pun yang telah kami ajukan kepadamu, ketahuilah, bahwa tidak ada seorang pun yang lebih sempit daerahnya, dan lebih sedikit persediaan airnya, dan lebih keras kehidupannya dari kami. Oleh karena itu berdoalah kepada Tuhanmu yang mengutusmu dengan membawa apa yang engkau bawa ini agar Dia menggoncang gunung-gunung yang terasa sempit bagi kami, meluaskan daerah kami, mengalirkan sungai-sungai seperti Sungai Syam dan Irak untuk kami di dalamnya, membangkitkan nenek moyang kita, dan pastikan bahwa di antara nenek moyang yang dibangkitkan untuk kita adalah Qushai bin Kilab, karena ia orang tua yang benar, kemudian kita bertanya kepadanya apa yang engkau katakan; benar atau salah? Jika nenek moyang kita membenarkanmu dan engkau mengerjakan apa yang kami pintakan kepadamu, maka kami membenarkanmu, mengakui kedudukanmu di sisi Allah, dan bahwa Allah mengutusmu sebagai Rasul seperti yang engkau katakan.”

Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, “Aku diutus kepada kalian tidak untuk seperti itu. Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian dengan membawa apa yang aku bawa. Sungguh, apa yang telah diutus kepadaku telah aku sampaikan kepada kalian. Jika kalian menerimanya, itulah keberuntungan kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian menolaknya, aku bersabar dalam menjalankan perintah Allah Ta'ala hingga Dia memutuskan persoalan di antara kita.”

Mereka berkata, “Jika engkau tidak mau mengerjakan permintaan kami. maka bangunlah untuk dirimu. Mintalah Tuhanmu mengutus malaikat bersamamu yang membenarkan apa yang engkau katakan dan meminta pendapat kami tentang dirimu. Mintalah Tuhanmu memberikan untukmu taman-taman, istana-istana, dan kekayaan dari emas dan perak hingga engkau menjadi kaya dengannya, karena engkau berada di pasar seperti halnya kami dan mencari kehidupan seperti kami. Ini semua agar kami mengetahui kelebihanmu dan kedudukanmu di sisi Tuhanmu jika engkau betul-betul seorang Rasul seperti pengakuanmu.”

Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, “Aku tidak akan melakukan itu semua, dan aku tidak akan meminta itu semua kepada Tuhanku, serta aku tidak diutus kepada kalian dengan itu semua. Namun Allah mengutusku sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Jika kalian menerima apa yang aku bawa, itulah keberuntungan kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian menolaknya, aku bersabar dalam menjalankan perintah Allah hingga Allah memutuskan persoalan di antara kita.”

Tokoh-tokoh Quraisy berkata, “Kalau tidak begitu, jatuhkan untuk kami gumpalan dari langit karena engkau mengatakan bahwa jika Allah berkehendak, Dia pasti melakukannya. Sungguh, kita tidak beriman kepadamu jika engkau tidak melakukannya.”

Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, “Jika itu dikehendaki Allah pada kalian, pasti Dia melakukannya.”

Tokoh-tokoh Quraisy berkata, “Hai Muhammad, apakah Tuhanmu mengetahui bahwa kami akan duduk denganmu, kami menanyakan ini semua kepadamu, dan meminta ini semua kepadamu, kemudian Dia datang kepadamu untuk mengajarimu sesuatu yang bisa engkau jadikan sebagai bahan untuk menjawab pertanyaan kami dan Dia menjelaskan kepadamu tentang apa yang akan Dia kerjakan terhadap kami jika tidak menerima apa yang engkau bawa? Sungguh, kami telah mendapat informasi bahwa engkau diajari seseorang dari Yamamah yang bernama Ar-Rahman. Demi Allah, kami tidak beriman kepada Ar-Rahman. Hai Muhammad, kami telah mengajukan banyak hal kepadamu. Demi Allah, kami tidak membiarkanmu dan apa yang engkau sampaikan kepada kami hingga kami berhasil membinasakanmu atau engkau yang membinasakan kami.”

Salah seorang dari tokoh-tokoh Quraisy berkata, “Kami menyembah para malaikat, karena mereka adalah anak-anak perempuan Allah.”

Salah seorang dari mereka berkata, “Kami tidak beriman kepadamu hingga engkau bisa mendatangkan Allah dan para malaikat berhadap-hadapan dengan kami.”

Ketika mereka usai berkata seperti itu kepada Rasulullah SAW, beliau berdiri dan diikuti Abdullah bin Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum yang tidak lain adalah saudara misannya, dan suami Atikah binti Abdul Muththalib. Abdullah bin Abu Umaiyyah berkata kepada Rasulullah SAW, “Hai Muhammad, kaummu telah mengajukan banyak tawaran kepadamu, namun semua tawaran mereka engkau tolak. Mereka memintamu memberi hal-hal agar dengan yang demikian mereka mengetahui kedudukanmu di sisi Allah seperti pengakuanmu, membenarkanmu, dan mengikutimu, namun engkau tidak sanggup memenuhinya. Mereka memintamu mengambil sesuatu untuk dirimu sehingga dengan sesuatu tersebut, mereka mengetahui kelebihanmu atas mereka dan kedudukanmu di sisi Allah, namun engkau tidak sanggup memenuhinya. Mereka meminta percepatan siksa yang engkau ancamkan kepada mereka, namun engkau juga tidak sanggup memenuhinya. Demi Allah, sampai kapan pun aku tidak beriman kepadamu hingga engkau membangun tangga ke langit, kemudian engkau naik ke langit melalui tangga tersebut dan aku melihatmu tiba di sana, setelah itu engkau mengambil empat malaikat yang memberi kesaksian untukmu bahwa apa yang engkau katakan memang benar. Demi Allah, jika engkau tidak mau melakukannya, jangan berharap aku membenarkanmu.”
Muhammad benar-benar dibuat patah arang oleh kekritisan kaum Quraish, di mana mereka tidak gampang mempercayai pengakuan sepihak tanpa ada bukti yang menguatkannya. Seandainya saya hidup di zaman Muhammad, saya tentu juga akan meminta hal yang sama seperti yang diminta oleh orang-orang Quraish tersebut.

Sebagaimana orang-orang Quraish, orang-orang Yahudi di Medinah pun tidak gampang percaya dengan pengakuan Muhammad, mereka mengkritisi Muhammad sampai pada akhirnya mereka berkesimpulan bahwa Muhammad adalah nabi palsu:
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 509

Ibnu Ishaq berkata, Rafi' bin Harimalah berkata kepada Rasulullah SAW, 'Hai Muhammad, jika engkau benar seorang Rasul dari Allah seperti yang engkau katakan, maka katakan kepada Allah agar Dia berbicara kepada kami hingga kami bisa mendengar firmanNya."

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 540

Orang-orang Yahudi Meminta Kitab dari Langit

Ibnu Ishaq berkata, "Mahmud bin Saihan, Nu'man bin Adha, Bahri bin Amr, Uzair bin Abu Uzair, dan Sallam bin Misykam datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian mereka berkata, `Hai Muhammad. benarkah kebenaran yang engkau bawa itu (Alquran) berasal dari sisi Allah? Karena kami tidak melihatnya menyatu seperti Kitab Taurat?'

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka, 'Demi Allah, sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa kebenaran yang aku bahwa itu berasal dari sisi Allah dan kalian mendapatinya tertulis dalam Taurat yang ada pada kalian. Jika semua manusia dan jin berkumpul untuk membuat seperti apa yang aku bawa. mereka tidak akan mampu melakukannya.'

Usai Rasulullah Shallallahu Alaih wa Sallam bersabda seperti itu, mereka; Finhas, Abdullah bin Shuwari, IbnL Shaluba, Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq, Asya', Ka'ab bin Asad. Samuel bin Zaid, dan Jabal bin Sukainah berkata dengan kompak, `Hai Muhammad, sesungguhnya Allah berbuat untuk Rasul-Nya semau-Nya jika Dia mengutusnya sebagai nabi, dan Dia mampu berbuat apa saja seperti yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, turunkan dari langit kitab yang bisa kami baca dan kami ketahui. Jika engkau tidak dapat melakukannya, kami datang kepadamu dengan membawa seperti yang engkau bawa.'

Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang mereka, dan ucapan mereka,

'Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."(AI-Isra': 88).

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 507

Ibnu Ishaq berkata, Ibnu Shaluba berkata kepada Rasulullah SAW, "Hai Muhammad, engkau tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal, dan Allah tidak menurunkan kepadamu ayat nyata yang membuat kami harus mengikutimu." Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang ucapan Ibnu Shaluba tersebut, Surat Al-Baqara ayat 99: "Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik."

Ibnu Ishaq berkata, Rafi' bin Harimalah dan Wahb bin Zaid berkata kepada Rasulullah SAW, "Hai Muhammad, datanglah kepada kami dengan membawa kitab yang engkau turunkan kepada kami dari langit sehingga kami bisa membacanya, alirkan untuk kami sungai, niscaya kami mengikutimu dan membenarkanmu." Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang ucapan Rafi' bin Harimalah dan Wahb bin Zaid, Surat Al-Baqarah ayat 108: "Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus"

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 506

Ibnu Ishaq berkata, "Aku mendengar dari Ikrimah mantan budak Ibnu Abbas atau dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas yang berkata, 'Orang-orang Yahudi meminta kemenangan atas orang-orang AI-Aus dan Al-Khazraj dengan perantaraan Rasulullah SAW sebelum beliau diutus. Ketika Allah mengutus beliau dari orang-orang Arab, mereka kafir kepada beliau dan membantah apa saja yang beliau katakan. Kemudian Muadz bin Jabal, dan Bisyr bin Al-Barra' bin Ma'rur, saudara Bani Salimah berkata kepada mereka, `Hai orang-orang Yahudi, bertakwalah kalian kepada Allah, dan masuk Islamlah kalian, karena dulu kalian pernah meminta pertolongan atas kami dengan Muhammad, sedang kami ketika itu orang-orang musyrik, kalian pernah menjelaskan kepada kami bahwa beliau telah diutus, dan kalian telah menjelaskan sifat-sifat beliau kepada kami.' Salam bin Misykam, salah seorang dari Bani An-Nadhir berkata, 'Ia (=Muhammad) tidak membawa sesuatu apa pun yang kami kenal, dan tidak membawa sesuatu yang pernah kami sebutkan kepada kalian.'"
Para pengikut Muhammad, mulai dari Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali, sampai kaum Anshar di Medinah, tak ada satupun yang pernah mengkritisi Muhammad sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Quraish dan orang-orang Yahudi di atas. Itulah satu bukti bahwa para pengikut awal Muhammad adalah orang-orang bodoh.

Contoh lain KEBODOHAN PENGIKUT MUHAMMAD:

Hadist Sahih Bukhari Volume 005, Buku 058, No. 275.
Diriwayatkan oleh Anas: Ketika Abdullah bin Salam mendengar kedatangan sang Nabi di Medina, dia datang padanya dan berkata,
“Aku akan bertanya padamu tiga hal yang TAK SEORANGPUN TAHU KECUALI SEORANG NABI:
1. Apakah tanda2 pertama dari hari Kiamat?
2. Makanan pertama apa yg dimakan orang disurga?
3. Mengapa seorang anak mirip ayahnya atau ibunya?”
Rasulallah menjawab, “Jibril baru saja memberitahuku jawaban2nya, Tanda pertama Hari Kiamat adalah akan ada api
yg menyatukan orang2 dari Timur dan Barat; makanan pertama orang disurga adalah hati ikan.
Tentang anak yang mirip orang tuanya, jika seorang pria ngeseks dengan istrinya dan orgasme lebih dulu,
maka anaknya akan mirip dia dan jika istri yg duluan orgasme, maka anaknya akan mirip istrinya.
Mendengar ini Abdullah bin Salam berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak satupun patut disembah selain Allah dan bahwa
anda sungguh2 Utusan Allah.”


2. Para Sahabat Muhammad adalah Orang-orang Kriminil

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 176

Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari beberapa orang dari kaumnya yang berkata, "Sesungguhnya di antara sebab yang membuat kami masuk Islam selain rahmat Allah dan petunjuk-Nya ialah bahwa kami mendengar beberapa orang Yahudi.

Kami adalah orang-orang musyirikin, dan penyembah patung-patung, sedang mereka adalah ahli kitab. Mereka mempunyai ilmu yang tidak kami ketahui. Konflik terus meledak di antara kami dengan mereka. Jika kami mendapatkan dari mereka apa yang tidak disukai, mereka berkata kepada kami: 'Sesungguhnya sekarang telah dekat kemunculan seorang nabi. Kelak bersama nabi tersebut, kami akan membunuh kalian seperti pembunuhan terhadap Ad dan Iram."

Perhatikan kalimat: kami mendapatkan dari mereka apa yang tidak disukai
Kata-kata ini tampaknya telah diperhalus untuk menghilangkan makna sebenarnya.

Jelas, apa yang mereka ambil dari kaum Yahudi itu menimbulkan konflik serius, sehingga membuat kaum Yahudi marah dan mengancam akan membunuh mereka bila "sang nabi" yang dijanjikan itu datang.

Kata-kata itu menunjuk pada perbuatan kriminal seperti mencuri atau merampas harta benda milik orang Yahudi.


3. Para Sahabat Muhammad adalah Orang-orang Bengis & Tak Berperasaan

Di dalam sirah diceritakan bahwa muslim adalah penumpah darah yang pertama:
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 220

Ibnu Ishaq berkata, "Ketika itu, jika sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam ingin melakukan shalat, mereka pergi ke syi'b (jalan di antara dua gunung) dan merahasiakan shalatnya dari penglihatan kaumnya. Ketika Sa'ad bin Abu Waqqash bersama beberapa orang dari sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang shalat di salah satu syi'b. Tiba-tiba beberapa orang dari kaum musyrikin muncul ke tempat mereka. Orang-orang Quraisy tersebut mengecam tindakan kaum Muslimin, dan mencela apa yang mereka perbuat, hingga terjadilah perkelahian di antara rnereka. Dalam perkelahian tersebut, Sa'ad bin Abu Waqqash memukul salah seorang dari orang-orang musyrikin dengan tulang rahang unta hingga terluka. Itulah darah yang pertama kali ditumpahkan dalam Islam."
Membunuh orang tua sendiri pun tega:

Tabaqat Ibn Sa’d, vol. ii p.201
Muhammad mengirim al-Dahak ibn Sufyan ke al-Zuji untuk mengajak orang2 B. Kilab memeluk Islam. Ketika mereka menolak, tentara2 Muslim menyerang mereka dan memaksa mereka berlarian pergi ketakutan. Diantara para Muslim terdapat seorang Jihadis tulen bernama al-Asyad . Dia bertemu dengan ayahnya yang bernama Salamah yang sedang mengendarai kuda. Al-Asyad meminta ayahnya masuk Islam. Tapi ayahnya malah menegurnya karena memeluk Islam. Al-Asyad jadi marah dan dia memotong kuda ayahnya. Ketika ayahnya terjatuh, dia lalu menangkapnya sampai para Muslim yang lain tiba di tempat itu dan membunuhnya.
Membunuh istri dan anaknya sendiri pun tega:

Hadist Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4348
”Disampaikan oleh Abdullah Ibn Abbas:
Seorang pria buta punya seorang budak wanita yang sedang mengandung (bayi pria buta itu sendiri) dan budak ini suka mengolok-olok dan menghina sang Nabi. Ia melarang budak ini tapi budaknya tidak mau berhenti. Ia memarahinya, tapi budak itu tetap tidak meninggalkan tabiatnya. Suatu malam, budak itu mulai mencemooh sang Nabi dan menghinanya. Lalu pria itu mengambil sebuah pisau, menempelkannya di perut budak itu, lalu menusuknya, dan membunuhnya. Janinnya ke luar diantara kakinya berlumuran darah.
Terhadap orang tua sendiri atau keluarga sendiri saja muslim tega, apalagi terhadap orang yang bukan keluarga:
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 27-28

Ibnu Ishaq berkata, "Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada sahabat-sahabatnya, 'Siapa yang bisa membawa kita dekat dengan musuh melalui jalan lain menuju mereka?' Abu Khaitsamah saudara Bani Haritsah bin AI-Haritsah berkata, `Saya, wahai Rasulullah.' Kemudian Abu Khaitsamah membawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melewati antara tanah hitam berbatu Bani Haritsah dengan kebun-kebun mereka hingga melewati kebun milik Mirba' bin Qaidhi. Ia orang buta yang munafik. Ketika ia mendengar gerak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama sahabat-sahabat dari kaum Muslimin, ia berdiri untuk melemparkan tanah ke depan mereka. Ia berkata, 'Jika engkau betul utusan Allah, aku tidak mengizinkanmu memasuki kebunku."
Ibnu Ishaq berkata, ada yang berkata kepadaku bahwa Mirba' bin Qaidhi memegang segenggam tanah, kemudian berkata, "Demi Allah, hai Muhammad, jika aku tahu tanah ini tidak mengenai orang selain dirimu, aku akan melemparkan semuanya kepadamu." Kaum Muslimin serentak ingin membunuh Mirba' bin Qaidhi, namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan bunuh dia. Orang buta ini buta hati dan matanya." Hanya saja, Sa'ad bin Zaid saudara Bani Abdul Asyhal mampu mendekati Mirba' bin Qaidhi sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang membunuhnya, kemudian memukul kepalanya dengan busur panah hingga berdarah.
Abu Bakar, sahabat nabi yang kemudian menjadi khalifah pertama, juga memiliki sifat TEGA:
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 442

Ibnu Ishaq berkata bahwa Yahya bin Ibad bin abdullah bin Az-Zubair berkata kepadaku bahwa ayahnya, Ibad, berkata kepadanya dari neneknya, Asma' binti Abu Bakar yang berkata,

'Ketika Rasulullah SAW pergi bersama Abu Bakar, Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya yang berjumlah lima ribu dirham atau enam ribu dirham. Suatu ketika, kakekku, Abu Quhafah - ia sudah buta - datang kepadaku dan berkata, "Demi Allah, aku berpendapat bahwa Abu Bakar berniat melaparkan kalian, karena ia membawa semua kekayaannya".

Aku (Asma binti Abu Bakar) berkata, "Tidak, sesungguhnya ayah meninggalkan kekayaan yang banyak untuk kita," Kemudian aku mengambil batu, meletakkannya di karung karena ayah biasa menaruh kekayaannya di dalamnya dan aku menutupinya dengan kain. Setelah itu, aku pegang tangan kakek dan aku katakan padanya, "Kakek letakkan tanganmu di kekayaan ini." Kakek pun meletakkan tangannya di karung tersebut. Ia berkata, "Tidak apa-apa, Jika ia meninggalkan kekayaan sebanyak ini, ia telah berbuat baik." Di sini terdapat pelajaran berharga bagi kalian. Demi Allah, ayah tidak meninggalkan apa-apa untuk kita. Aku berbuat yang demikian terhadap kakek karena aku ingin menenangkannya.
Paman Muhammad, Hamzah, juga seorang yang kejam:
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 598

Ibnu Ishaq berkata bahwa aku diberitahu oleh beberapa orang dari Bani Salamah yang berkata bahwa Al-Hubab bin Al-Mundzir bin Al-Jamuh berkata. "Wahai Rasulullah, apakah tempat ini termasuk tempat yang ditentukan Allah dan kita tidak boleh memajukannya atau mengakhirkannya. Ataukah tempat ini termasuk pendapat, perang, dan skenario perang?"

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Ini termasuk pendapat, perang, dan skenario perang." Al-Hubab bin Al-Mundzir berkata, "Wahai Rasulullah, ini bukan tempat yang tepat. Pergilah bersama para sahabat hingga tiba di air yang paling dekat orang-orang Quraisy. Kita berhenti di sana, kemudian kita menutupnya, menimbunnya, membangun kolam, memenuhi kolam tersebut dengan air, kemudian kita berperang melawan orang-orang Quraisy dalam keadaan kita bisa minum, sedang mereka tidak bisa minum."

Rasulullah ShallallahuAlaihi wa Sallam bersabda, "Sungguh engkau memberi pendapat yang tepat." Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat pergi. Ketika tiba di air yang dekat dengan orang-orang Quraisy, beliau berhenti. Beliau perintahkan air sumur dialirkan, kemudian beliau membangun kolam di dekat sumur tersebut, memenuhinya dengan air, dan para sahabat melemparkan tempat-tempat air mereka ke kolam tersebut.

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 601

Ibnu Ishaq berkata, "Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi ikut keluar ke Badar. Ia kejam dan akhlaknya bejat. Ia berkata, `Aku bersumpah dengan nama Allah, aku pasti minum dari kolam mereka (kaum Muslimin), atau aku menghancurkannya, atau aku matt karenanya.'

Ketika Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi telah keluar, Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu juga keluar untuk menghadapinya. Ketika keduanya telah bertemu, Hamzah bin Abdul Muththalib memukul Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi, dan memotong kakinya hingga separuh betisnya ketika ingin pergi ke kolam. Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi ingin pergi kepada sahabat-sahabatnya, namun ia jatuh tersungkur dengan kaki berlumuran darah. la merayap ingin pergi ke kolam dengan harapan bisa mencebur ke dalamnya sehingga dengan begitu ia bisa mewujudkan sumpahnya, namun ia dibuntuti Hamzah bin Abdul Muththalib, kemudian Hamzah bin Abdul Muththalib memukulnya hingga ia tewas di kolam tersebut."


4. Para Sahabat Muhammad adalah Orang-orang Bejat Tidak Bermoral

Contohnya pada 3 riwayat berikut:

Hadist Sahih Bukhari: Volume 5, Book 59, Number 459:
Dikisahkan oleh Ibn Muhairiz:
Aku masuk ke dalam mesjid dan melihat Abu Khudri dan lalu duduk di sebelahnya dan bertanya padanya tentang membuang sperma. Abu berkata, “Kami pergi bersama Rasul Allah untuk menyerang Banu Mustaliq dan kami menerima tawanan2 perang di antara para tawanan perang dan kami berhasrat terhadap para wanita itu dan sukar untuk tidak melakukan hubungan seksual dan kami suka membuang sperma saat mencapai puncak kenikmatan agar sang wanita tidak hamil. Maka ketika kami bermaksud melakukan hubungan seks dengan cara membuang sperma, kami berkata: “Bagaimana kami dapat membuang sperma tanpa menanyakan Rasul Allah yang ada di antara kita?” Kami bertanya padanya tentang hal ini dan Rasul berkata: “Lebih baik kalian tidak membuang sperma, karena jika jiwa bayi manapun sampai hari Kebangkitan memang ditentukan untuk menjadi ada, maka jiwa itu pun akan ada.’”

Al-Waqidi vol.i, p.413
Seorang Yahudi berkata padaku, "Abu Said, tidak heran mengapa kau mau menjual dia (tawanan wanita) karena apa yang dikandungnya dalam perutnya adalah bayi dari kamu.” Aku berkata, “Tidak, aku membuang spermaku saat menyetubuhinya.” Mendengar ini dia menjawab (dengan kasar), “Itu hampir sama dengan pembunuhan anak!” Ketika aku sampaikan kisah ini kepada sang Nabi, dia berkata, “Orang2 Yahudi itu bohong. Orang2 Yahudi itu bohong.”

Azbabun Nuzul Jalaludin As-Suyuthi, halaman 158-159
Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i meriwayatkan bahwa Abu Sa'id al-Khudri berkata, "Kami mendapatkan para tawanan wanita dari Authas yang mempunyai suami. Dan kami merasa tidak enak untuk menggauli mereka karena status mereka tersebut. Kami pun bertanya kepada Rasulullah saw. tentang hal itu. Lalu turunlah firman Allah,
'Dan perempuan yang bersuarni, kecuali hamba sahaya perempuan yang kamu miliki...."
Maksudnya, 'Kecuali para wanita yang kalian peroleh dari berperang.' Dengan itu mereka pun menjadi halal untuk kami gauli."

Jadi, para muslim awal memang orang-orang yang tergolong:

1) Bodoh (IQ rendah, tidak kritis, mudah ditipu)
2) Kriminal (suka berbuat onar, seperti mencuri atau mengambil harta milik orang lain)
3) Suka kekerasan dan menumpahkan darah (raja tega/tidak berperasaan)
4) Bejat tidak bermoral

Siapa di antara orang muslim yang masih bangga menjadi pengikut Muhammad?


1 komentar: