Sabtu, 22 Desember 2012

Beda Yesus dengan Muhamad, saat mereka mendoakan orang-orang yang membencinya


Yesus mendoakan mereka yang berbuat jahat dan menganiaya Yesus untuk diampuni, Yesus dengan tulus mendoakan pengampunan bagi mereka yang membenci Dia kepada Bapa di sorga
Lukas 23
(33) Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.
(34) Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

Namun apa yang didoakan Muhamad terhadap orang kafir,

doa ini diucapkan Muhamad saat mengalami kemenangan di perang UHUD
"Ya Allah segala puji bagi-Mu. Ya Allah tidak ada yang bisa memungut apa yang Engkau hamparkan, tidak ada yang bisa menghamparkan apa yang Engkau pungut. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepada orang yang Engkau sesatkan dan tidak ada yang bisa memberi kesesatan kepada orang yang Engkau beri petunjuk. Tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau tahan dan yang bisa menahan apa yang Engkau berikan. Tidak ada yang bisa mendekatkan apa yang Engkau jauhkan dan tidak ada yang bisa menjauhkan apa yang engkau dekatkan. Ya Allah, hamparkanlah kepada kami dari berkah-Mu, rahmat-Mu, kurnia-Mu dan rizki-Mu Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kenikmatan yang kekal kepada-Mu, yang tidak berubah dan habis. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pertolongan kepada-Mu saat lemah dan keamanan pada saat ketakutan. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau berikan kepada kami dan kejahatan yang Engkau tahan dari kami. Ya Allah, buatlah kami mencintai iman dan buatlah iman itu bagus dalam hati kami. Buatlah kami membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengikuti jalan kebenaran. Ya Allah, matikanlah kami dalam keadaan berserah diri dan hidupkanlah kami dalam keadaan berserah diri. Himpunlah kami bersama orang-orang saleh tanpa ada kehinaan dan bukan dalam keadaan mendapat cobaan. Ya Allah, MUSUHILAH ORANG-ORANG KAFIR YANG MENDUSTAKAN RASUL-RASULMU DAN MENGHALANGI MANUSIA DARI JALANMU, BERIKANLAH SIKSAAN DAN AZAB-MU TERHADAP MEREKA. YA ALLAH. YA ALLAH MUSUHILAH ORANG-ORANG KAFIR YANG TELAH DIBERI ALKITAB, Engkaulah Ilah yang benar." [sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Syafiyyurrahman Al-Mubarakfury]

Muhamad mendoakan kebinasaan dan siksaan bagi orang kafir yang menentang dirinya sendiri, beginilah citra Muhamad yang masih tidak bisa memberikan atau memohonkan belas kasihan dan pengampunan terhadap mereka yang tidak mau percaya kepada Islam.

Dalam kondisi menang perang saja Muhamad masih tidak mau melepaskan pengampunan, maka bagaimana saat Muhamad harus berada didalam siksaan seperti yang sedang dialami Yesus diatas Kayu salib, dimana DIA masih sanggup mengampuni mereka yang berbuat jahat dan yang tidak tahu yang mereka perbuat...

NABI MUHAMAD BERWAHYU, NAMUN YESUS MENYANGGAHNYA


Sesekali, adakah anda pernah merenungi dalam nurani apa-apa yang mungkin tidak beres dari Quran? Pertanyaan ini diangkat karena Anda-anda selama ini selalu berpikir dan berbicara seperti yang disuarakan oleh guru-guru agama anda (dengan mengatas namakan Allah) lalu mengecam paham yang berlainan dengan paham nabi Muhammad. Tetapi dalam banyak event, Muhammad telah menunjukkan jatidirinya yang tidak sempurna, bahkan dilanda oleh wahyu-wahyu yang keliru!

Sehingga anda hanya dan HANYA mengenal nabi ISA sebagai “produk” fisik dan biologis manusia. Padahal itulah bukti yang amat kasat mata bahwa Allah-swt (atau Nabi yang mengatas-namakan Allah?) justru telah membuat kekeliruan-wahyu, yang menganggap sebutan “Anak”, “Ibu” dan “Bapa” selalu merupakan hasil produk Biologis, lalu melaknati “trinitas-biologis”. Itu adalah kekeliruan meniru paham dangkal orang-orang Arab/ Badui dijaman pra-islam dan dijaman Nabi, yang tidak bisa membedakan Anak dan Ibu- Bapa Spiritual dengan yang fisikal-biological.

Dalam pewahyuan yang keliru, nabi Muhammad berkata:
“Bagaimana Allah mempunyai anak padahal Dia tidak punya isteri?” (Qs6:101).

Kata asli dalam bahasa Arab untuk “anak” disini, dipakai istilah “walad” (bukan “ibnu”), yang dimaknai sebagai anak kedagingan.

Tetapi jauh sebelumnya, YESUS telah menjawab isyu dari “muhammad-muhammad” semacam itu, ketika Ia berkata menjelaskan posisi kerohanian tsb:
“Siapa ibuKu dan siapa saudara2Ku?”
Lalu kataNya, sambil menunjuk kearah murid-muridNya:

“Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu disorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu”.…
“Aku tidak menyebut kamu lagi HAMBA (yang seharusnya begitu) …tetapi SAHABAT…” (Mat.12: 48-50; Yoh.15:15).

Jadi tampaklah, yang satu adalah pemahaman fisikal, yang lain rohaniah yang universal! Dalam relasi rohani, kita semua adalah anak Allah, dimana Sang Anak-Allah (Ruhullah dan Kalimatullah, Mesias ilahiah) adalah satu-satunya Juru Syafaat kita, karena Dialah satu-satunya sosok yang kepadanya ditiupkan Ruh Allah sendiri dan KalimatNya.

Maka konsep “trinitas” fisikal/ biologikal yang dituduhkan nabi Muhammad kepada Nasrani (kawin mawin Allah Bapa dengan Maryam yang membuahkan Isa Anak, lihat 5:116), adalah total keliru wahyu! Dimanapun, kaum Nasrani tidak mentuhankan Maryam dan tidak menganut “trinitas-islamik” demikian!

Celakanya, kekeliruan wahyu yang sama juga diterus oleh Nabi kepada kaum Yahudi yang dituduhnya mengimani UZAIR sebagai Putera Allah (9:30). Padahal dimanapun Yudaisme tidak pernah mengenal Uzair sebagai Putera Allah yang ilahiah. Nabi Muhammad tampaknya tidak tahu bahwa agama Yahudi justru seradikal dan semutlak Islam dalam mentuhankan satu Yahweh yang Esa.

RENUNGKANLAH, dan Anda akan segera membaui (GET A RIGHT FEEL) mana yang yang benar wahyu dan mana yang wahyu-wahyuan!

MUHAMAD MENGAKUI ISA UNTUK SELURUH DUNIA


Di dalam buku-buku pelajaran agama Islam di sekolah, bab mengenai perbandingan kenabian Muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya, dikatakan bahwa Nabi Isa Almasih diutus hanya untuk bani Israel saja (dengan mengutip sepotong ayat Injil), sementara Muhammad diutus untuk seluruh bangsa. Jelas ini adalah pembodohan, sebab dengan mengajarkan itu, berarti muslim telah menyangkal pengakuan Muhammad sendiri bahwa Yesus sebenarnya untuk segala bangsa, sebagaimana diceritakan oleh sejarawan Ibnu Hisyam:

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 592-593

Ibnu Hisyam berkata, sebelum itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengirim sejumlah duta dari sahabat-sahabatnya ke para raja ketika itu dan menulis surat untuk raja-raja tersebut yang isinya mengajak kepada Islam."

Ibnu Hisyam berkata, orang yang aku percayai berkata kepadaku, dari Abu Bakr Al-Hudzali, yang berkata, aku diberitahu bahwa pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar menemui para sahabat setelah umrah beliau pada tahun ketujuh Hijriyah, kemudian beliau bersabda, "Hai manusia, sesungguhnya Allah mengutusku sebagai rahmat dan bagi seluruh manusia, oleh karena itu, janganlah kalian menentangku sebagaimana Al-Hawariyyun menentang Isa bin Maryam."

Para sahabat bertanya, "Bagaimana Al-Hawariyyun menentang Isa bin Maryam, wahai Rasulullah?"

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Isa bin Maryam mengajak mereka kepada sesuatu yang juga aku serukan kepada kalian. Adapun orang yang diutus Isa bin Maryam ke tempat yang dekat, ia ridha dan menjalankan tugas tersebut. Sedang orang yang diutus Isa bin Maryam ke tempat yang jauh, ia benci dan berat hati untuk melaksanakan tugas tersebut."

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus sejumlah orang dari para sahabat dan membekalinya dengan surat untuk para raja yang isinya mengajak raja-raja tersebut kepada Islam. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi kepada Kaisar (raja Romawi). Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi kepada Kisra (raja Persia), Amr bin Umaiyah Adh-Dhamri kepada An-Najasyi (raja Habasyah), Hathib bin Abu Balta'ah kepada AI-Muqaiqis (raja Iskandariyah), Amr bin Al-Ash As-Sahmi kepada Jaifar dan lyadh -keduanya anak Al-Julunda Al-Azdi- raja Amman, Salith bin Amr salah seorang warga Bani Amir bin Luai kepada Tsumamah bin Utsal dar. Haudzah bin Ali -keduanya dari Bani Hanifah- raja Yamamah, Al-Ala' bin AHadhrami kepada AI-Mundzir bin Sawa Al-Abdi raja Al-Bahrain, dan Syuja bin Wahb Al-Asadi kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani raja perbatasar. Syam.

Ibnu Hisyam berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga mengirim Syuja' bin Wahb kepada Jabalah bin Al-Aiham Al-Ghassani dan Al-Muhajir bin Abu Umaiyah Al-Makhzumi kepada Al-Harits bin Abdu Kulal Al-Himyari raja Yaman.

Ibnu Ishaq berkata, Yazid bin Abu Habib Al-Mishri berkata kepadaku bahwa ia menemukan buku yang di dalamnya terdapat nama para sahabat yang diutus Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ke negeri-negeri, raja-raja Arab, dan raja-raja non Arab, serta berisi sabda beliau ketika mengutus mereka. Yazid bin Abu Habib Al-Mishri berkata, "Aku bawa surat tersebut kepada Syihab Az-Zuhri dan ia mengenalinya. Di buku tersebut disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar menemui para sahabat, kemudian bersabda kepada mereka, `Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai rahmat dan bagi seluruh manusia, oleh karena itu, kerjakan perintahku semoga Allah merahmati kalian dan janganlah kalian menentangku sebagaimana Al-Hawariyyun menentang Isa bin Maryam.'

Para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana bentuk penentangan Al-Hawariyyun terhadap Isa bin Maryam?'

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, `Isa bin Maryam mengajak mereka kepada sesuatu seperti yang aku serukan kepada kalian. Adapun orang yang disuruh pergi ke tempat yang dekat, ia senang dan menjalankan tugas tersebut. Sedang orang yang diutus ke tampat yang jauh, ia tidak mau dan menolak. Kemudian Isa bin Maryam mengeluhkan tindakan mereka tersebut kepada Allah, setelah itu, setiap dari Al-Hawariyyun tersebut dapat berbicara dengan bahasa tempat ia diutus'."

Para Utusan Nabi Isa bin Maryam Alaihis-Saiam

Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang dari Al-Hawariyyun dan Al-Atba' (selain Al-Hawariyyun) yang diutus Nabi Isa bin Maryam Alaihis-Salam ke negerinegeri adalah sebagai berikut:


1. Butras Al-Hawari (Petrus) bersama Bulis (=Paulus) -ia termasuk Al-Atba' dan tidak termasuk Al-Hawariyyun- ke negeri Romawi.


2. Andarais (Andreas) dan Manta ke negeri yang penduduknya memakan daging manusia (kanibal).


3. Thomas ke negeri Ababil, negeri di timur.


4. Fibulis (Filipus) ke Qarthajannah yang tidak lain adalah Afrika.


5. Yohannes ke Afsus, desa tempat tinggal ashabul kahfi (Efesus).


6. Ya'qubus ke Urasyalim yang tidak lain adalah Iliya', sebuah desa di Baitul Makdis.


7. Ibnu Tsalma' kepada orang-orang Arab Badui yang berada di Hijaz (Arab).


8. Simon ke negeri Barbar (Persia)


9. Yahuda -ia tidak termasuk Al-Hawariyyun- ditempatkan Nabi Isa bin Maryam di tempat Yudis."

ALLOH DALANG DARI SEMUA KEJAHATAN MANUSIA DI MUKA BUMI SEPANJANG SEGALA ABAD


Awloh memerintahkan Muslim untuk memerangi mereka semua yang tidak mengakui Islam dan tidak tunduk kepada aturan Islam dengan jalan berjihad, sehingga jutaan manusia tidak berdosa harus mati sia-sia baik dari pihak muslim yang membela awloh maupun kafir [Qs 2:193] dan bagi mereka yang mau tunduk kepada islam harus dipunguti Jizyah [baca: Pungli] yang amat memberatkan kafir dhimmi [Qs 9: 29]

Awloh menjadi dalang dari semua tindakan muslim yang berlomba-lomba mati dalam jihad demi mendapatkan surga dengan jutaan bayangan seks dengan puluhan houris dengan semburan yang kuat dan tanpa kenal lelah [Qs 52: 17 - 20]

awloh juga dalang dari semua perlakuan kekerasan didalam rumah tangga yang sangat merugikan kaum wanita bahkan menyiksa kaum wanita [Qs 4:34, 15]

Awloh juga dalang dari perbuatan pria yang tidak mau setia kepada satu isterinya sehingga setiap wanita harus menahan dirinya dari kecemburuan terhadap wanita lain yang digauli suaminya berdasarkan legalitas awloh [Qs 4:3]

awloh dalang dari semua perlakuan amoral terhadap budak-budak wanita dengan menyerahkan budak2 tsb untuk disetubuhi oleh mujahid2 setelah suami-suami mereka dibunuhi [Qs 4:3]

Awloh juga dalang dari semua muslim bisa membatalkan semua sumpah yang pernah diucapkannya sehingga orang2 non muslim tidak dapat lagi percaya sepenuhnya kepada sumpah seorang muslim [Qs 5:89]

Awloh juga dalang dari perlakuan hidup pedofilia yang dilegalkan atas Muhamad terhadap anak-anak kecil sehingga perlakuan seperti ini ditradisikan didalam sejarah islam sendiri [Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62, Sahih Muslim. Book 8. Marriage. Hadith 3310].

Awloh yang melegalkan membunuhi mereka semua yang mengkritik islam dan menghina nabi kesayangan awloh, Muhamad. sehingga nama baik Muhamad seolah-olah lebih utama dibandingkan nyawa satu orang manusia [Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4348]

Awloh dalang dari aturan2 bunuh diri dalam islam bila didapati mereka murtad sehingga seolah-olah bunuh diri tidak sama buruknya dengan murtad dari islam sendiri [Qs 2:54]

Awloh adalah dalang dari semua perlakuan Muhamad menjarah dan melakukan teror-teror atas nama Islam [Hadis Sahih Bukhari 4.52.220; , Sahih Muslim 4:1058]

Awloh secara aktif menjadi dalang dari penyesatan orang-orang tidak bersalah sehingga mereka diberikan cap kafir [Qs 5: 41, 4: 7]

Awloh adalah dalang utama dari semua kekafiran didalam dunia ini sehingga jutaan manusia harus memercayai kebohongan didalam Injil dan Taurat yang sudah dipalsukan oleh segolongan orang tidak bertanggungjawab, awloh yang teledor dan lemah sehingga tidak mewaspadai kalau akan datangnya manusia yang melakukan kerusakan-kerusakan terhadap firman-firman sebelumnya, namun selama ratusan tahun tidak ada pertanggungan jawab dari awloh dengan segera menurunkan Alkitab yang asli dari langit sebab awloh pernah berkata kalau salinan asli kitab tsb ada di Loh Mahfuz [Qs 5:13, 4: 46]

awloh juga menjadi dalang penyesatan bagi orang Nasrani dan Yahudi yang disuruh mengimani dan mengikuti kebohongan didalam Injil dan Taurat yang sudah dipalsukan manusia [QS 5:68 Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan... ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu"].

Awloh juga menjadi dalang bagi kesesatan manusia sehingga menjuruskan mereka kepada kekafiran dengan memercayai penyaliban Isa As selama ratusan tahun sampai pada abad ke 7 awloh melakukan confrence  didalam Alquran bahwa yang disalibkan BUKAN Isa melainkan seseorang yang diserupakan, sehingga dari peristiwa ini berjuta-juta orang tidak bersalah sudah menyia-nyiakan hidupnya untuk memercayai pembohongan yang awloh ciptakan selama ratusan tahun [Qs 4: 157-158]

Awloh berperan aktif memberikan jalan lurus namun menipu mereka hingga mereka harus melalui neraka terlebih dahulu [Qs 19: 66] oleh karna awloh penipu yang ulung sehingga setiap muslim tidak benar-benar bisa percaya sepenuhnya oleh janji-janji awloh [Qs 3:54] dan juga kegemaran awloh yang suka merubah-rubah firmannya sendiri [Qs 46:9]

bahkan yang lebih parah adalah saat awloh harus memandang bersalah kepada iblis saat iblis tidak mau sujud kepada adam padahal perintah sujud HANYA dikhususkan untuk malaikat [Qs 7:11, 2: 34] dan Iblis bukan dari golongan Malaikat melainkan Jin Qarin [Qs 18:50], hal ini menjadi penyebab Iblis diusir dari surga tanpa alasan yang jelas sehingga Iblis menjadi berinisitif untuk menyesatkan manusia bersama-sama dengan awloh sendiri dengan menyuruh manusia untuk memercayai Jin-Jin itu sendiri [Qs 72; 6]

demikianlah beberapa kejahatan yang didalangi oleh seorang oknum yang bernama awloh yang bergelar mahatahu dan mahakuasa, secara aktif melakukan kejahatan kepada sebagian umat manusia dan mengakibatkan berbagai kerusakan-kerusakan didalam dunia termasuk merusak moralitas manusia [muslim] sendiri.

Awloh wajib diseret ke Mahkamah Internasional untuk diadili semua ajaran-ajaran keji dan pemeliharaan kebencian2 yang ditanamkannya kepada semua muslim didunia sehingga Islam  dipandang cacat dimata dunia.

KEKELIRUAN ALLOH SAAT MENGUSIR IBLIS DARI SURGA


Iblis adalah salah satu Makhluk ciptaan Alloh yang diciptakan melalui api. Meskipun Iblis dan Malaikat berbeda fungsi namun kedua makhluk tersebut berada bersama-sama didalam surga hingga akhirnya Iblis diusir dari surga pada saat penciptaan Adam [manusia ciptaan pertama].

tentunya kita bertanya-tanya apa alasan Iblis diusir Alloh dari surga, dosa apa yang telah diperbuat Iblis sehingga mereka layak dikutuk dibuang Alloh ke bumi...??

banyak apologis muslim yang beranggapan bahwa latar belakang pengusiran Iblis dari surga adalah karena Iblis tidak mau mematuhi perintah Alloh untuk BERSUJUD kepada Adam. penentangan Iblis ini sangat membuat Alloh geram dan sangat jengkel. namun yang menjadi persoalan benarkah Iblis MENENTANG perintah Alloh untuk sujud kepada Adam. mari kita simak beberapa surah dibawah ini yang melatar belakangi perintah sujud kepada Adam.



Perintah sujud kepada Adam diberikan khusus kepada Malaikat BUKAN Iblis

[7:11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan KEPADA PARA MALAIKAT: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.

[2:34] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman KEPADA PARA MALAIKAT: "Sujudlah36 kamu kepada Adam," maka sujudlah... mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

[15:29] Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
[15:30] Maka bersujudlah PARA MALAIKAT itu semuanya bersama-sama,

[20:116] Dan (ingatlah) ketika Kami berkata KEPADA MALAIKAT: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang.

[17:61] Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman KEPADA PARA MALAIKAT: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"

[38:71] (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman KEPADA MALAIKAT: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".





Dari beberapa Surah diatas sangat jelas kalau perintah sujud kepada Adam HANYA dikhususkan bagi Malaikat dan Iblis BUKANLAH dari golongan Malaikta, sehingga tidak ada kewajiban bagi Iblis untuk turut melakukan perintah Alloh tsb.


Iblis dari Golongan Jin Qarin,

[18:50] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah DARI GOLONGAN JIN, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.

lalu mengapa Allah menyalahkan setan karena tidak mematuhi sebuah perintah yang dipaksakan HANYA kepada para malaikat dan bukan jin?

Setelah Alloh menyalahkan Iblis TANPA alasan yang jelas [perintah menyembah kepada adam perintah KHUSUS untuk Malaikat dan BUKAN JIN], ----->[qs 7:11, 2:34, 15:29-30, 20:116, 17:61, 38:71]

Ternyata Iblis punya Alasan yang Kuat untuk menolak perintah Alloh [Sujud kepada adam] tersebut, dengan memegang perkataan Alloh didalam surah

[7:206] Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu ...tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan HANYA KEPAANYA-LAH mereka bersujud.

[53:62] Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).

[41:37] Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi SEMBAHLAH Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.

Sudah jelas dan terbukti bahwa alloh telah melakukan kesalahan dengan melupakan Firmannya sendiri, dan dalam hal ini Iblis tidak bersalah.

pernyataan alloh bahwa Iblis PATUH dan TUNDUK kepada alloh

[8:48] Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya SAYA TAKUT KEPADA ALLAH". Dan Allah sangat keras siksa-Nya.

Jadi siapakah yang dapat dipersalahkan dalam hal ini, Kelupaan Alloh akan Firmannya atau KETAATAN Iblis terhadap alloh sendiri......@.@

Alasan Muslim harus menolak Alkitab, Karna Alkitab MEMBENCI Tipu daya

Tahukah anda mengapa Muslim sangat membenci Alkitab, sehingga mereka tega menuduh Alkitab sudah dipalsukan, semuanya dikarnakan mereka tidak mau dipersalahkan saat melihat tuhannya memiliki kebiasaan suka menipu orang-orang lainnya,


Alloh menyatakan dirinya sebagai pembuat tipu daya bahkan yang terbaik diantara para penipu

QS 3:54 wamakaruu wamakara allaahu waallaahu khayru almaakiriina

الماكرين - almaakiriina = the cheators/the deceivors = penipu / pengelabu / penyesat.

Akar kata dari kata kerja مكر - makar = to deceive (meaning = cause someone to believe an untruth.) = mengelabui (makna = membuat sesorang percaya kepada sesuatu yang tidak benar).

خير - khairu = the best = terbaik.

Jadi kalau disatukan خير الماكرين - khayrul'maakiriin = the best deceivors = penipu / pengelabu / penyesat terbaik.

Muslim sangat membenci Alkitab, karna Alkitab menyatakan MEMBENCI perbuatan menipu orang lain dengan segala macam cara.

Ayub menyatakan orang yang melakukan tipu daya adalah orang fasik yang hanya mendatangkan bencana dan kejahatan

Penghiburan orang yang suka melakukan tipu daya adalah penghiburan-penghiburan yang kosong
Ayub 21
(34) Alangkah hampanya penghiburanmu bagiku! Semua jawabanmu hanyalah tipu daya belaka!"
Ayub 15
(34) Karena kawanan orang-orang fasik tidak berhasil, dan api memakan habis kemah-kemah orang yang makan suap.
(35) Mereka menghamilkan bencana dan melahirkan kejahatan, dan tipu daya dikandung hati mereka."

Ayub menyatakan Roh Tuhan yang berada didalamnya, menghalangi dia untuk melakukan tipu daya
Ayub 27
(3) selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,
(4) maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya.

Ayub sangat membenci tipu daya dan kecurangan sehingga Ayub minta diadili Tuhan bila ada tingkah lakunya yang menyimpang
Ayub 31
(5) Jikalau aku bergaul dengan dusta, atau kakiku cepat melangkah ke tipu daya,
(6) biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.

Ayub tetap memegang teguh kebenarannya
Ayub 27
(6) Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela seharipun dari pada umurku.
(7) Biarlah musuhku mengalami seperti orang fasik, dan orang yang melawan aku seperti orang yang curang.

Bahkan Alquran membenarkan kebenaran Ayub
﴾ Shaad:44 ﴿
Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).

Komentar Daud terhadap orang-orang yang melakukan tipu daya

Daud menyamakan tipu daya dengan kejahatan dan berhenti melakukan bijaksana
Mazmur 36
(3) Perkataan dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya, ia berhenti berlaku bijaksana dan berbuat baik.

Tipu daya disamakan dengan orang fasik yang siap menindas orang tidak bersalah
Mazmur 10
(2) Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan.

saking bencinya Daud terhadap orang yang melakukan tipu daya hingga memampukan daud mengikhtiarkan akan mengusir mereka semua yang melakukannya
Mazmur 101
(7) Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku.

namun disamping kebencian daud terhadap penipu, daud tetap menyuruh untuk tidak membalaskan yang jahat kepada mereka melainkan tetap bersabar sambil menantikan pertolongan Tuhan
Mazmur 37
(7) Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.
(8) Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.
(9) Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.

Apa yang salomo nyatakan terhadap para penipu

Tipu daya itu pendusta dan jauh dari keadilan
Amsal 12
(17) Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil, tetapi saksi dusta menyatakan tipu daya.

Tipu daya dihasilkan orang yang penuh dengan kebencian
Amsal 26
(24) Si pembenci berpura-pura dengan bibirnya, tetapi dalam hati dikandungnya tipu daya.

Tipu daya jauh daripada Kesejahteraan dan Sukacita
Amsal 12
(20) Tipu daya ada di dalam hati orang yang merencanakan kejahatan, tetapi orang yang menasihatkan kesejahteraan mendapat sukacita.

Yesaya menyatakan penipu orang yang tidak terhormat
Yesaya 32
(5) Orang bebal tidak akan disebutkan lagi orang yang berbudi luhur, dan orang penipu tidak akan dikatakan terhormat.

Daniel menyatakan Penipu akan sombong dan banyak membinasakan orang, akan melawan Raja segala raja [TUHAN]
Daniel 8
(25) Dan oleh karena akalnya, penipuan yang dilakukannya akan berhasil; ia akan membesarkan dirinya dalam hatinya, dan dengan tak disangka-sangka banyak orang akan dibinasakannya; juga ia akan bangkit melawan Raja segala raja. Tetapi tanpa perbuatan tangan manusia, ia akan dihancurkan.

YHWH akan mengutuk dan membinasakan semua penipu
Mazmur 5
(6) Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu.

Bahkan LEBIH KERAS lagi Yesus meninggalkan komentar untuk tidak melakukan sumpah apalagi untuk usaha menipu dengan dalih apapun juga, Katakan Ya jika Iya. dan sebaliknya, selebih dari itu berasal dari si jahat
Matius 5
(33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
(34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
(36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun.
(37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat

demikianlah pernyataan ALKITAB terhadap para pelaku tipu daya, yang kegemarannya melakukan pengelabuhan, seperti yang kerap kali Alloh swt yang melakukan penipuan kepada orang Kristen dan Yahudi dengan menyerupakan Isa As, sehingga selama beratus2 tahun jutaan orang harus memercayai kebohongan yang Alloh rancangkan kepada sebagian manusia yang hendak disesatkannya.
An Nisaa:157 ﴿
dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

Senin, 10 Desember 2012

Isa Almasih Telah Wafat

Isa Almasih Telah Wafat

Kepercayaan tentang masih hidupnya Nabi Isa as di langit,
merupakan salah satu bahaya besar bagi agama Islam.

Kaum Muslimin yang percaya bahwa Nabi Isa as masih hidup di
langit dengan jasad kasarnya dengan tidak sadar mereka
telah mendukung dan membantu kelangsungan hidup agama
Kristen serta lebih memuliakan Nabi Isa as dari pada Nabi
Besar Muhammad s a.w. sendiri.

Kaum Muslimin yang beranggapan bahwa Nabi Isa as masih hidup
di langit dengan badan kasarnya, mereka telah masuk kedalam
golongan orang-orang yang syirk. Tentang syirk Allah swt
berfirman: "Innasy syirka lazulmun azim." Sesungguhnya syirk
itu zulman yang besar.

Sehubungan dengan masalah wafatnya Nabi Isa as ini, bahwa
maju dan hidupnya agama Islam banyak bergantung kepada
wafatnya Nabi Isa as

Dalil Pertama

Allah swt berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 117:
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً مَّا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Artinya: ".. dan aku sementara menjadi penjaga atas mereka
selama aku di antara mereka, akan tetapi setelah Engkau
mewafatkan aku, maka Engkaulah yang menjadi Pengawas
mereka dan Engkaulah Saksi atas segala sesuatu."


Keterangan: Dalam ayat ini Nabi Isa as menjawab kepada Allah
swt. bahwa beliau selalu berusaha agar pengikut-pengikutnya
jangan sampai menyembah tuhan lain kecuali Allah swt.
Seterusnya - dengan jelas - beliau bersabda: "Tetapi setelah
Engkau mewafatkan aku, aku tidak tahu apa-apa yang mereka
kerjakan."

Perkataan tawaffa dalam ayat itu artinya mati (kematian)
sebagaimana kita baca dalam surah Ali Imran ayat 193:
Artinya: ".. dan wafatkanlah kami dalam golongan orang-orang
yang saleh."



Dalil Kedua

Allah swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 55:

Artinya: Ingatlah ketika Allah berfirman "Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan mematikan engkau secara biasa dan akan
meninggikan derajat engkau disisi-Ku dan akan membersihkan
engkau dari tuduhan orang-orang yang ingkar dan akan
menjadikan orang-orang yang mengikut engkau diatas
orang-orang yang ingkar hingga Hari Kiamat."


Keterangan: Di dalam Hadits Bukhari di bawah ayat itu
Ditulis didapati keterangan, bahwa Hadrat Ibnu Abbas r.a.
berkata: mutawafika artinya mematikan kamu.

Dan tentang arti kata: (rofiuka) di dalam Hadits
Kanzuh Ummal jilid II hal. 53 terdapat keterangan sebagai
berikut:

Artinya: Apabila seorang abdi merendahkan hatinya, Allah
meninggikan derajatnya sampai langit ketujuh.

Dalil Ketiga

Artinya: Al Masih ibnu Maryam tidak lain melainkan
seorang Rasul, sesungguhnya telah berlalu Rasul-Rasul
sebelumnya. Dan ibunya adalah seorang yang amat benar.
Mereka kedua-duanya biasa makan makanan.


Dalam surah Al-Anbiya ayat 8 Allah swt berfirman lagi:

Artinya: "Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang
tiada memakan makanan dan tidak (pula) mereka itu
orang-orang yang kekal."


Keterangan: Nabi Isa as pun tidak terkecuali waktu beliau
hidup di dunia ini harus makan Tetapi sekarang beliau tidak
makan, artinya sudah wafat.

Dalil Keempat

Allah swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 144.

Artinya: "Dan Muhammad tiada lain melainkan seorang
Rasul, sesungguhnya telah berlalu Rasul-Rasul sebelumnya."


Keterangan: Di dalam ayat lain dalam Quran Karim Allah swt
berfirman: (Surah Al Baqarah ayat 141).

Artinya: "Itulah suatu ummat yang telah berlalu sesudah
habis masanya."


Dalam kamus bahasa Arab "Lisanul Arab," terdapat tulisan
(keterangan) yang bunyinya:

Artinya: Ia berlalu, apabila sudah mati.

Maksud ayat itu jelas sekali, bahwa semua Rasul yang datang
sebelum Muhammad saw semuanya sudah wafat.

Dalil Kelima

Allah swt herfirman dalam surah Al A'raaf ayat 25:

Artinya: "Di situlah kamu akan hidup dan di situlah kamu
akan mati dan dari padanyalah kamu dikeluarkan. "


Keterangan: Jadi menurut hukum (peraturan) Allah swt
sebagaimana tersebut dalam ayat di atas, manusia hidup dan
mati di atas dunia inilah. Manusia tidak bisa hidup di luar
bumi ini tanpa hawa (udara) dari bumi. Sebab itu Nabi Isa as
pun sudah wafat.

Dalil Keenam

Allah swt berfirman dalam surah Maryam ayat 31:

Artinya: "Dan Dia menjadikan aku (Isa as) seorang yang
diberkati dimana saja aku berada dan Dia memerintahkan
kepadaku (mendirikan) sholat dan menunaikan zakat selama aku
hidup. "


Keterangan: Allah swt memerintahkan kepada Nabi Isa as agar
selama beliau (Nabi Isa as) hidup harus mendirikan sholat
dan membayar zakat. Tetapi pada dewasa ini beliau tidak
membayar zakat lagi, artinya beliau sudah wafat.

Dalil Ketujuh

Allah swt berfirman dalam surah Anbiya ayat 34:

Artinya: "Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusiapun sebelum kamu. Maka karena itu apakah jikalau kamu
mati mereka akan kekal."


Keterangan: Menurut ayat ini, apabila Nabi Muhammad saw
wafat, tidak mungkin bagi orang-orang lain, walaupun Nabi
Isa as dapat hidup untuk selama-lamanya.

Dalil Kedelapan

Di dalam kitab Hadits Kanzul Ummal jilid IV hal. 160,
Hadhrat Fatimah r.a. menerangkan bahwa Rasuluhlah saw
bersabda:

“Sesungguhnya Isa ibnu Maryam usianya seratus dua
puluh tahun”.


Dalil Kesembilan

Rasulullahh saw bersabda (lihat Tafsir Ibnu Katsir jilid II
hal. 100):

”Jika Musa as dan Isa as hidup, mereka harus ikut
aku.”


Soal: Banyak orang yang salah menafsirkan surah An-Nisa ayat
157-158. Menurut mereka, Nabi Isa as tidak disalib, tetapi
diangkat oleh Allah swt ke langit. Yang disalib itu adalah
orang lain. (Oleh Allah swt diganti dengan orang lain yang
diserupakan dengan Nabi Isa as). Ayatnya berbunyi:

Artinya: “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula
mematikannya di atas salib akan tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti yang mati di atas salib. Malahan Allah swt
telah meninggikan derajatnya kepada-Nya”.


Jawab & Keterangan: perkataan sholabuhu dalam ayat tersebut,
bukan berarti bahwa orang-orang Yahudi tidak menaruh Nabi
Isa as di atas salib, tetapi yang sebenarnya - mereka tidak
menyalibkannya sampai mati.

Didalam kamus Al Munjid kita baca:

Artinya: "Ia menyalib tulang-tulang artinya mengeluarkan
sumsumnya."
Sedangkan Nabi Isa as tidak dipatahkan
tulang-tulangnya.

Adapun maksud perkataan syubha bukan berarti bahwa Nabi Isa
as disamarkan (diganti) dengan orang lain, tetapi beliau
disamarkan seolah-olah telah mati di atas kayu salib. Yang menajdi pokok pembicaraan adalah nabi Isa [bukan orang lain], jadi mestinya Nabi Isa yang disamarkan [seperti mati], bukan orang lain yang disamarkan seperti Nabi Isa.

Tentang perkataan anjalna sudah dijelaskan dalam dalil kedua.

Soal: Banyak orang yang berkata, bahwa menurut Hadits
Bukhari:

Nabi Isa as akan turun dari langit.

Jawab pertama: Di dalam hadits tersebut tidak terdapat
perkataan langit.

Jawab kedua: Perkataan anjalna artinya bukan turun dari
langit. Contohnya yang lain kita baca dalam surah Al-Hadid
ayat 25:

Artinya: "Dan Kami turunkan besi."

Semua manusia tahu dari mana datangnya besi.

Jawab ketiga: Maksud perkataan "Isa Ibnu Maryam," tidak
berarti bahwa Isa Ibnu Maryam yang dulu yang akan datang
(sebab Isa Ibnu Maryam sudah wafat), tetapi yang akan datang
itu orang lain yang sifat-sifatnya seperti Nabi Isa as,
sebagaimana Nabi Yahya as datang dalam sifat-sifat Nabi
Ilyasa as (Matheus Bab 17 ayat 12-13).

Semoga Allah swt memberi taufik dan hidayat kepada semua
kaum Muslimin agar mereka mengerti dan meyakini tentang
wafatnya Nabi Isa as sebagaimana dijelaskan oleh dalil-dalil
tersebut di atas, sebab keyakinan atau kepercayaan tentang
wafatnya Nabi Isa as itu mengandung arti sukses dan
kehormatan bagi agama Islam dan Rasulullah saw.

-----------------------------------------------------------------

PANDANGAN BERBEDA ALIM ULAMA DALAM MEMAHAMI KEWAFATAN ISA ALMASIH

Wa’alaikum salam wr. wb. 

Alhamdulillah sehat, terima kasih. Pertanyaan sangat bagus sekali. Dalam keyakinan agama Islam, sebagaimana sama-sama kita ketahui, para ulama sepakat bahwa Nabi Isa as tidak meninggal dibunuh atau disalib, sebagaimana firman Allah yang akan saya jelaskan di bawah nanti. 

Apakah Nabi Isa as telah meninggal dunia? Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Jumhur ulama berpendapat bahwa Nabi Isa as belum meninggal dunia, ia diangkat oleh Allah ke langit, dan nanti ketika menjelang Kiamat tiba, Allah akan menurunkannya kembali untuk melawan dan membunuh Dajjal. Hal ini berdasarkan banyak hadits yang menjelaskan hal itu, yang menurut para ulama, haditsnya mencapai mutawatir. 

Sedangkan menurut sebagian kecil ulama lainnya, Nabi Isa as telah meninggal dunia. Namun, ia meninggal bukan karena dibunuh atau disalib, tetapi diwafatkan oleh Allah seperti yang lain. Penjelasannya, akan saya coba kupas di bawah nanti.

Kini, mari kita lihat ayat yang dimaksudkan oleh saudara kita, Bapak Pendeta tadi. Ayat tersebut ada dalam surat Ali Imran (surat ketiga), ayat 55. Bunyinya  adalah sebagai berikut: 

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا

Dalam ayat di atas, Allah menggunakan kata mutawaffîka, yang diambil dari kata wafat yang salah satu artinya adalah mati. Departemen Agama RI menerjemahkannya sebagai berikut: 

“Ingatlah ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir".

Lalu apa yang dimaksud dengan kata: ‘mutawaffîka’ dalam ayat di atas? Apakah betul berarti meninggal dunia?

Imam ath-Thabari, al-Qurthubi dan Ibnu Katsir, menukil banyak pendapat para ulama seputar maksud kata dimaksud. Secara umum, penulis dapat mengelompokkannya sebagai berikut: 

Pendapat pertama, mengatakan bahwa arti dari kata ‘wafat’ dalam ayat di atas adalah tidur (an-naum). Maksud ayat di atas menurut pendapat ini: “Sesungguhnya Aku menidurkanmu dan mengangkatmu ke langit ketika kamu tidur”. Jadi, pendapat pertama mengatakan, bahwa Nabi Isa as tidak meninggal dunia, hanya ditidurkan oleh Allah, lalu diangkat ke langit ketika ia tidur. 

Pendapat ini berhujjah, di antaranya,  karena kata ‘wafat’ dalam al-Qur’an juga digunakan untuk maksud tidur (an-naum), misalnya seperti dalam firman Allah di bawah ini: 

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَار [الأنعام [6]: 60]

Artinya: “Dan Dia lah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari” (QS. Al-An’am [6]: 60).

Dalam ayat di atas, Allah menggunakan kata ‘wafat’ dan yang dimaksudkan adalah tidur, bukan wafat meninggal dunia. 

Dalam ayat lain pun demikian, misalnya dalam surat az-Zumar ayat 42 di bawah ini: 

اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا

Artinya: “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya” (QS. Az-Zumar [39]: 42). 

Dalam ayat di atas, Allah juga menggunakan kata ‘wafat’ untuk maksud meninggal dunia dan tidur. 

Lebih jelas lagi, apabila kita melihat doa yang diajarkan Rasulullah saw ketika bangun dari tidur di bawah ini: 

الْحَمْدُ لله الَّذِي أحْيَانَا بَعْدَمَا أمَاتَنَا وإلَيْهِ النُّشُورُ

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami (maksudnya tidur), dan hanya kepadaNya lah akan dibangkitkan”. 

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa kata ‘wafat’ dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, di antaranya berarti tidur (an-naum). 

Lalu pertanyaannya, mengapa kata ‘wafat’ dalam ayat 55 surat Ali Imran tersebut, diartikan dengan tidur, bukan dengan meninggal dunia? 

Hal ini karena dalam ayat lain, Allah menegaskan secara jelas, bahwa Nabi Isa as itu tidak meninggal dunia, tidak dibunuh, juga tidak disalib. Perhatikan ayat-ayat dimaksud: 

وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا * وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا * بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

Artinya: “Artinya: “Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisa [4]: 156-158).

Dalam ayat di atas, Allah secara tegas mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak membunuh Nabi Isa as dan tidak pula menyalibnya, tapi yang mereka bunuh dan salib itu adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa as. Allah mengangkat Nabi Isa ke langit, untuk diturunkan lagi kelak ketika kiamat sudah dekat, untuk membunuh Dajjal yang sudah diturunkan sebelumnya, sebagaimana dijelaskan dalam banyak hadits shahih yang mencapai mutawatir.

Bahkan, dalam ayat ke 159 nya Allah lebih tegas lagi mengatakan: 

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

Artinya: “Tidak ada seorangpun dari ahli kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya” (QS. An-Nisa [4]: 159).

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan, bahwa dhamir dari kata ‘mautih’ (sebelum kematiannya), kembali kepada Nabi Isa as. Jadi maksud ayat di atas, lanjutnya: “Tidak ada satupun ahlul kitab kecuali akan beriman kepada Nabi Isa as, sebelum Nabi Isa as meninggal nanti. Yaitu, ketika Allah menurunkannya ke muka bumi sebelum kiamat tiba. Pada saat itu, seluruh ahlul kitab akan mengimaninya, karena ia akan menetapkan tebusan, dan ia tidak menerima kecuali agama Islam” (Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, Manshurah: Maktabah al-Îmân, 1996, 2/28). 

Di tempat lain Ibnu Katsir juga mengatakan: “Sebelum kematiannya’, maksudnya adalah sebelum kematian Nabi Isa as. Ini menunjukkan bahwa seluruh ahlul kitab akan  membenarkannya ketika diturunkan untuk membunuh Dajjal, sehingga seluruh agama menjadi satu, yaitu hanya agama Islam, agamanya Nabi Ibrahims as” (Ibid., 2/ 281). 

Pendapat pertama ini, menurut Ibnu Katsir adalah pendapat jumhur mufassirin, kebanyakan para ulama (Ibid., 2/28).

Pendapat kedua mengatakan, bahwa kata ‘wafat’ dalam ayat di atas maksudnya adalah menggenggam (al-qabdh) dalam keadaan hidup dan mengangkat, bukan dalam pengertian meninggal dunia. Hal ini karena kata ‘wafat’ dalam bahasa Arab juga dipergunakan untuk makna menggenggam (al-qabdh) dalam keadaan hidup. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam bahasa Arab: 

توفيت مالي من فلان أي قبضته

Artinya: “Aku mewafatkan hartaku dari si fulan, maksudnya adalah aku menggenggamnya”. 

Jadi maksud ayat di atas, menurut pendapat kedua, sebagaimana disampaikan Imam ath-Thabari, adalah: “ Aku menggenggammu dari bumi dalam keadaan hidup untuk di bawa ke sisiKu. Dan Aku membawamu ke sisiKu tanpa dimatikan terlebih dahulu. Aku juga mengangkatmu dari orang-orang musyrik, dan orang-orang yang mengingkarimu” (Jâmi’ul Bayân fî Ta’wîlil Qur’ân, Kairo: Maktabah Taufiqiyyah, T.th, 3/314). 

Pendapat ini adalah pendapatnya Hasan al-Bashri, Abu Ja’far, Ibnu Juraij, juga pendapat para ulama lainnya, termasuk Imam ath-Thabari (Ibid., 3/316) dan Imam al-Qurthubi. Imam al-Qurthubi juga mengatakan bahwa pendapat ini adalah pendapat shahih nya Ibnu Abbas juga ad-Dhahak (Al-Jâmi’ Li Ahkâmil Qur’ân, Kairo: Maktabah Taufiqiyyah, T.th., 4/90). 

Pendapat ini juga berdalil karena dalam banyak hadits yang derajatnya sampai mutawatir Rasulullah saw menegaskan bahwa Nabi Isa as kelak di akhir zaman akan diturunkan ke bumi untuk membunuh Dajjal. Ia akan tinggal di bumi beberapa lamanya, yang diperdebatkan oleh para ulama berkaitan lama tinggalnya tersebut, kemudian Nabi Isa setelah itu meninggal dunia, dan dishalatkan oleh orang-orang muslim, juga dikuburkannnya (Tafsîr ath-Thabari, 3/315). 

Pendapat ketiga mengatakan, bahwa kata ‘wafat’ dalam ayat di atas adalah wafat dalam pengertian meninggal dunia. Pendapat ini dinisbahkan kepada pendapatnya Ibnu Abbas.(Tafsîr Ibn Katsir, 2/28). 

Menurut pendapat ini, Allah mematikan Nabi Isa beberapa saat, yaitu selama tiga jam pada siang hari sebagaimana menurut Wahab bin Munabbih sebagaimana dikutip Imam al-Qurthubi, lalu Allah menghidupkannya kembali dan mengangkatnya ke langit. (Tafsîr al-Qurthubî, 4/89).

Hanya saja, pendapat ini, menurut Imam al-Qurthubi adalah pendapat yang jauh dari kebenaran (Ibid.). Bahkan, Syaikh Muhammad al-Amîn asy-Syanqithî dalam tafsirnya mengatakan pendapat ini termasuk berita israiliyyat, di mana Rasulullah saw melarang membenarkannya atau mendustakannya (Mulhaq Adhwâil Bayân Fî Îdhâh al-Qurân Bil Qur’ân, Kairo: Dârul Hadîts, 2006, 10/31). 

Pendapat ini juga dibantah oleh Abu Ja’far, sebagaimana dinukil Ath-Thabari dalam tafsirnya (3/316), bahwa kalau Allah betul-betul mematikannya, maka tidak mungkin makhluk yang sudah dimatikan, akan dimatikan yang kedua kalinya. Karena dengan demikian, akan berkumpul dua kematian, sementara Allah menegaskan bahwa manusia itu diciptakan, kemudian dimatikan, kemudian dihidupkan kembali, sebagaimana dalam firmanNya di bawah ini:
 
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)” (QS. Ar-Rûm [30]: 40). 

Pendapat keempat mengatakan, bahwa ayat dimaksud adalah termasuk dari bagian disebutkan pertama tapi artinya diakhirkan, dan disebutkan terakhir, tapi artinya didahulukan (minal muqaddam alladzî ma’nâhu at-ta’khîr, wal mu’akhkhar alladzî ma’nâhu at-taqdîm) (Tafsîr ath-Thabari, 3/315).

Menurut pendapat ini, kata râfi’uka dan muthahhiruka didahulukan secara artinya, baru kemudian mutawaffîka, sekalipun dari susunan yang tertulis,mutawaffîka lebih dahulu baru râfi’uka dan muthahhiruka.

Jadi maksud ayat di atas adalah: “Ketika Allah berkata: ‘Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mengangkatmu ke sisiKu, juga akan mensucikanmu dari orang-orang kafir, dan aku akan mematikanmu setelah Aku menurunkanmu ke bumi”. (Tafsîr ath-Thabari, 3/315).

Dan hal ini sesuatu yang biasa dalam bahasa Arab. Bahkan, dalam al-Qur’an pun terdapat seperti ini, yaitu seperti dalam ayat berikut: 

وَلَوْ لا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكانَ لِزاماً وَأَجَلٌ مُسَمًّى

Artinya: “Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang  telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti (azab itu) menimpa mereka” (QS. Thaha [20]: 129). 

Dalam ayat di atas, kata ‘lizâman’ disebutkan lebih dahulu dari pada kata ‘wa ajalum musammâ’. Namun maksud juga artinya, ‘wa ajalum musammâ’ lebih didahulukan dari pada kata ‘lizâma’, karena ia athaf (mengikuti) kepada kata sebelumnya yaitu kata ‘kalimatun’. Karena itu, dalam mengartikannya pun ia lebih didahulukan dari kata ‘lizâman’, sebagaimana nampak dalam arti di atas. 

Pendapat kelima mengatakan, bahwa kata ‘mutawaffîka’ dalam ayat di atas adalah betul-betul meninggal dunia. Menurut pendapat ini, Nabi Isa as sudah meninggal dunia, namun meninggalnya bukan karena dibunuh atau disalib, tapi wafat biasa. Dan nanti, di akhir zaman, ia akan dihidupkan kembali oleh Allah untuk diturunkan ke dunia. 

 Pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Isa as telah wafat di antaranya adalah Imam az-Zamakhsyary. Dalam tafsirnya al-Kasysyâf  ‘an Haqâiq at-Tanzîl Wa ‘Uyûn al-Aqâwîl Fî Wujûh at-Ta’wîl (Kairo: Maktabah Mishr, T.th., 1/323) ia mengatakan: 

{ إِنّي مُتَوَفّيكَ } أي مستوفي أجلك. معناه: إني عاصمك من أن يقتلك الكفار؛ ومؤخرك إلى أجل كتبته لك.ومميتك حتف أنفك لا قتيلاً بأيدهم، { وَرَافِعُكَ إِلَىَّ } إلى سمائي ومقرّ ملائكتي

Artinya: “Sesungguhnya Aku mewafatkanmu’, maksudnya adalah mewafatkan usiamu. Maknanya: Sesungguhnya Aku menjaga dan melindungimu dari upaya pembunuhan orang-orang kafir, dan menangguhkan usiamu, sampai waktu yang telah Aku tetapkan kepadamu. Dan Aku mewafatkanmu dengan kematian seperti biasa, bukan karena dibunuh oleh tangan-tangan mereka. ‘Dan Aku mengangkatmu ke sisiKu’ maksudnya ke langitKu dan ke tempat para malaikatku”. 

Pendapat ini kemudian ditentang oleh Imam al-Buqâ’i dalam tafsirnya, ketika menafsirkan ayat di atas, mengatakan: 

وأما قول الزمخشري : .... فلا ينبغي الاغترار به لأنه مبني على مذهب الاعتزال من أن القاتل قطع أجل المقتول المكتوب

Artinya: “Adapun perkataan az-Zamakhsyari….(di atas), jangan sampai tertipu dengannya, karena pendapatnya itu bersandar kepada pemahaman Madzhab Mu’tazilah bahwa pembunuh dapat memutuskan ajal terbunuh yang sudah ditetapkan”. 

Hanya saja, hemat penulis, bantahan Imam al-Buqa’i, ini terlalu berlebihan. Karena yang berpendapat bahwa Nabi Isa as meninggal pun, juga dikutip oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya, at-Tafsîr al-Kabîratau Mafâtîh al-Ghaib(Kairo: Maktabah Taufiqiyyah, T.th., 8/64) seperti di bawah ini:

واختلف أهل التأويل في هاتين الآيتين على طريقين أحدهما: إجراء الآية على ظاهرها من غير تقديم، ولا تأخير فيها، والثاني : فرض التقديم والتأخير فيها. 
أما الطريق الأول فبيانه من وجوه: 
الأول: معنى قوله {إِنّي مُتَوَفّيكَ} أي متمم عمرك، فحينئذ أتوفاك، فلا أتركهم حتى يقتلوك، بل أنا رافعك إلى سمائي، ومقربك بملائكتي، وأصونك عن أن يتمكنوا من قتلك وهذا تأويل حسن 
والثاني : {مُتَوَفّيكَ} أي مميتك، وهو مروي عن ابن عباس، ومحمد بن إسحاق قالوا: والمقصود أن لا يصل أعداؤه من اليهود إلى قتله، ثم إنه بعد ذلك أكرمه بأن رفعه إلى السماء، 
ثم اختلفوا على ثلاثة أوجه أحدها : قال وهب : توفي ثلاث ساعات، ثم رفع، وثانيها: قال محمد بن إسحاق:توفي سبع ساعات، ثم أحياه الله ورفعه، الثالث: قال الربيع بن أنس: أنه تعالى توفاه حين رفعه إلى السماء. 

Artinya: “Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang dua ayat ini kepada dua pendapat. Pendapat pertama, memahami ayat tersebut secara zhahirnya, tanpa taqdîm atau ta’khir. Pendapat kedua, mentaqdirkan adanya taqdim dan ta’khir, (yaitu kata mutawaffîka yang disebutkan pertama, artinya dibaca terakhir setelah râfi’uka dan muthahhiruka, yang dari segi urutan setelah mutawaffîka, sebagaimana telah penulis jelaskan di atas). 

Adapun pendapat pertama (yang memahami berdasarkan zhahirnya), penjelasannya ada beberapa pemahaman. Pertama, maksud: ‘innî mutawaffîka’ adalah menyempurnakan umurmu, lalu jika saatnya tiba, aku mewafatkanmu. Aku tidak membiarkan mereka membunuhmu, akan tetapi Aku mengangkatmu ke langitKu, dan mendekatkanmu dengan para malaikatKu. Aku juga menjagamu dari upaya pembunuhan mereka. Ta’wil ini adalah ta’wil yang bagus. 

Kedua,  ‘mutawaffîka’ maksudnya adalah betul-betul mematikanmu. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Muhammad bin Ishak. Mereka berpendapat: Maksud ayat tersebut adalah musuh-musuh Nabi Isa yang merupakan orang-orang yahudi tidak dapat membunuhnya, kemudian setelah itu, Allah memuliakannya dengan mengangkatnya ke langit. 

Mereka lalu berbeda pendapat, kepada tiga pendapat: Pertama, Wahab bin Munabbih berkata: “Nabi Isa diwafatkan selama tiga jam, kemudian baru diangkat”. Kedua, Muhammad bin Ishak berkata: “Nabi Isa as diwafatkan selama tujuh jam, kemudian Allah menghidupkannya kembali dan mengangkatnya (ke langit). Ketiga, ar-Rabi’ bin Anas berpendapat: Allah mewafatkan Nabi Isa as, ketika diangkat ke langit”. 


Bahkan, jika kita membuka tafsir Muhammad at-Thâhir Ibnu ‘Asyûr, at-Tahrîr wat Tanwîr, sepemahaman penulis dari apa yang dipaparkannya, ia cenderung mengatakan bahwa Nabi Isa as telah meninggal dunia. 

Menurutnya, ketika menafsirkan ayat di atas, dalam bahasa Arab, katamutawaffîka, secara zhahir artinya adalah mewafatkanmu (mumîtuk). Dengan bahasa lain, kata wafat dalam bahasa arab, makna hakikinya adalah meninggal dunia, wafat. 

Sedangkan, kata ‘wafat’ diartikan tidur, adalah arti secara kiasan (majâz), bukan arti sebenarnya. Menurutnya, mengartikan kata wafat dalam ayat di atas dengan tidur kepada Nabi Isa as, kurang tepat. Karena, jika Allah bermaksud mengangkatnya, tidak mesti Nabi Isa as harus tidur dulu. Karena dengan demikian, tidur menjadi  pelantara diangkat ke langit, dan tidak layak diberikan perhatian dengan menyebutkannya, sementara di sisi lain meninggalkan menyebutkan inti atau maksud utamanya (At-Tahrîr wat Tanwîr, Tunisia: Dâr Suhnûn, T.th., 3/258). Perhatikan perkataan Ibu Asyur di bawah ini: 

وحملُها على النوم بالنسبة لِعيسى لا معنى له؛ لأنهُ إذا أراد رفعَه لم يلزم أن ينام؛ ولأنّ النوم حينئذ وسيلة للرفع، فلا ينبغي الاهتمام بذكره، وترك ذكر المقصد

Demikian juga Ibnu Asyur membantah pendapat yang mengatakan bahwa kata ‘wafat’ dalam ayat di atas diartikan diangkat (al-qabdh war raf’u) dari dunia. Menurutnya, pengertian ini adalah pengertian mengada-ngada dalam bahasa Arab tanpa ada sandaran dalil yang kuat. Karena itu, Ibnu Abbas dan Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa kata ‘wafat’ dalam ayat di atas maksudnya adalah wafat meninggal dunia (wafâtu maut). 

Dan pemahaman ini juga, lanjutnya, sesuai dengan zhahir perkataan Imam Malik yang mengatakan bahwa: Nabi Isa as wafat pada usia tiga puluh satu (31) tahu. Lalu Ibnu Rusyd dalam kitabnya al-Bayân wat Tahshîlmengatakan: “Boleh jadi perkataan Imam Malik: “Bahwa Nabi Isa wafat pada usia tiga puluh tiga (33) tahun itu, dalam pengertian sebenarnya (yaitu meninggal dunia), bukan dalam pengertian kiasan, majâz (Ibid.)

Berikut penulis kutipkan perkataan Ibnu Asyur dimaksud: 

فالقول بأنها بمعنى الرفع عن هذا العالم، إيجاد معنى جديد للوفاة في اللغة بدون حجة، ولذلك قال ابن عباس، ووهب بن منبه: إنها وفاة موت، وهو ظاهر قول مالك في جامع العتبية، قال مالك: مات عيسى وهو ابن إحدى وثلاثين سنة، قال ابن رشد في البيان والتحصيل: ((يحتمل أنّ قوله: مات وهو ابن ثلاث وثلاثين على الحقيقة، لا على المجاز)).

Ibnu Asyur juga berkata, dalil pendapat yang memperkuat Nabi Isa telah wafat adalah ayat berikut ini: 

وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيد

Artinya: “(Nabi Isa berkata): Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu” (QS. Al-Maidah [5]: 117).

Di akhir penafsirannya, Ibnu Asyur berkata: 

والوجه أن يحمل قوله تعالى: { إني متوفيك } على حقيقته، وهو الظاهر، وأن تؤوّل الأخبار التي يفيد ظاهرها أنه حيّ على معنى حياة كرامة عند الله، كحياة الشهداء وأقوى، وأنه إذا حمل نزوله على ظاهره دون تأويل، أنّ ذلك يقوم مقام البعث، وأنّ قوله في حديث أبي هريرة: ((...ثم يتوفّى فيصلي عليه المسلمون)) مدرج من أبي هريرة، لأنّه لم يروه غيره ممن رووا حديث نزول عيسى، وهم جَمْع من الصحابة، والروايات مختلفة وغير صريحة. ولم يتعرض القرآن في عدّ مزاياه إلى أنه ينزل في آخر الزمان

Artinya: “Dan hendaknya firman Allah: “Sesungguhnya Aku mewafatkanmu’ perlu dipahami secara pengertian hakikatnya, dan ini  adalah pengertian secara lahirnya. Sementara hadits-hadits yang zhahirnya menjelaskan bahwa Nabi Isa as masih hidup, perlu ditafsirkan kepada pengertian hidup mulia di sisi Allah, sebagaimana hidupnya para Syuhada dan orang-orang pilihan lainnya. Demikian juga, jika pengertian Nabi Isa akan turun ke bumi diartikan secara zhahirnya tanpa ta’wil, maka itu harus dipahami bahwa dihidupkannya itu seperti hidup ketika dibangkitkan dari kubur kelak (artinya, setelah itu Nabi Isa as tidak akan meninggal lagi, tapi terus hidup sampai hari akhirat, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Asyur sebelumnya. Sepemahaman saya, perkataan Ibnu Asyur ini untuk keluar dari pemahaman Nabi Isa as dimatikan dua kali=pent). 

Adapun hadits Abu Hurairah yang menyebutkan: “…Kemudian Nabi Isa as diwafatkan dan dishalati oleh orang-orang muslim), hadtis tersebut adalah Mudraj dari Abu Hurairah. Karena rawi-rawi lain yang meriwayatkan akan turunnya Nabi Isa as, tidak menyebutkan redaksi dimaksud. Dan rawi-rawi tersebut adalah sekelompok para sahabat. Riwayat-riwayat (seputar turunnya Nabi Isa as ke bumi) berbeda-beda dan tidak jelas. Bahkan,  al-Qur’an pun dengan segala kelebihan yang dimilikinya tidak menjelaskan bahwa Nabi Isa as akan diturunkan di akhir zaman kelak” (At-Tahrîr wat Tanwîr, 3/259). 

Demikian, pemaparan Ibnu Asyur seputar masalah ini. Sekali lagi apa yang saya utarakan, adalah berdasarkan pemahaman saya kepada teks yang disampaikan Ibnu Asyur. Saya sengaja mengetengahkannya secara lebih panjang, dengan harapan kita dapat mengambil istifadahdari Ibnu Asyur, juga membuka wawasan kita, bahwa terdapat pendapat sebagian ulama muslim yang mengatakan Nabi Isa as telah wafat. 

Demikian penafsiran dan penjelasan para ulama tafsir seputar ayat dimaksud. Dari penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 

1. Kata ‘wafat’ dalam bahasa Arab dan dalam al-Qur’an, mempunyai banyak pengertian. Di antaranya dapat berarti meninggal dunia (al-maut), tidur (an-naum), juga menggenggam (al-qabdh).

2. Adapun apakah Nabi Isa as masih hidup atau sudah wafat, ini merupakan masalah ijtihadiyyah. Karena itu para ulama berbeda pendapat. Jumhur  ulama mengatakan, Nabi Isa as belum meninggal, dan sampai sekarang juga nanti, masih hidup, dan ia akan diturunkan oleh Allah kelak di akhir zaman. Pendapat lain mengatakan, bahwa Nabi Isa as telah wafat, dan kelak akan dihidupkan kembali, lalu diturunkan ke bumi di akhir zaman.

3. Sekalipun para ulama berbeda pendapat seputar maksud kata  ‘wafat’ dalam ayat di atas, namun semua sepakat bahwa Nabi Isa as tidak dibunuh, juga tidak disalib oleh orang-orang Yahudi, sebagaimana yang diyakini saudara-saudara kita dari Kristiani, akan tetapi yang disalib itu adalah murid Nabi Isa yang diserupakan wajah dan bentuk tubuhnya dengan Nabi Isa as.  Dan ini ditegaskan langsung oleh Allah dalam surat an-Nisa ayat 156-159 sebagaimana telah penulis jelaskan di atas.

4. Dari beberapa pendapat di atas, penulis cenderung untuk mengambil pendapat yang dirajihkan oleh Imam at-Thabari, juga al-Qurthubi, bahwa maksud ayat di atas adalah Allah menggenggam dan mengangkat Nabi Isa as ke langit dalam keadaan hidup, dan sampai saat ini masih hidup. Nanti di akhir zaman Allah akan menurunkannya kembali ke bumi untuk membunuh Dajjal dan  mengajak ahlul kitab kepada agama Islam, sekaligus menegaskan kekeliruan mereka, di antaranya bahwa Nabi Isa adalah Tuhan. Yang benar, Nabi Isa as adalah rasul atau utusan Allah, bukan Anak Allah. Wallâhu ‘alam bis shawâb.


Nabi Isa Telah Wafat dan Tidak Akan Turun ke Bumi

 brainwash1
Pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Isa as. telah wafat, merujuk pada penafsiran Al-Qur'an, sebagaimana firman-Nya:
 "(Ingatlah) tatkala Allah ber firman, 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku akan memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang kamu perselisihkan padanya'..." (Ali Imran: 55).
 "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, 'Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.' Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada diantara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu." (al-Maa'idah: 117)
 Berkaitan dengan surat al-Maa'idah ayat 117 maka timbul penafsiran kata tawaffaitani-tawafa, yatawaffa, mutawaffi, yang artinya 'mematikan, mencabut nyawa atau mewafatkan'. Pengertian ini tentu saja berlaku untuk seluruh ayat yang berkaitan dengan kata tawafaa. Sehingga surat Ali Imran ayat 55 di atas harus dipahami secara yakin bahwa Allah telah mewafatkan, mematikan, atau mencabut nyawa Nabi Isa a.s..
 Kata tawaffa berasal dari kata kerja wafaya (wau-fa-ya) mempunyai arti: 'melunasi, menyelesaikan, menyempurnakan, wafat' (mati). Akar kata wafat (mati) sangat dekat dengan akar kata wifa' yang artinya, 'penyempurnaan atau pelunasan'. Sehingga dua kata itu merujuk pada sesuatu tugas yang sempurna atau telah selesai, atau seseorang yang telah selesai menjalani hidupnya alias mati. Apabila kata wafaya tersebut ditambah huruf mati ta dan fa, yaitu tawaffaya memberikan arti 'sangat bersungguh-sungguh'. Dan bila kata tawaffa dihubungkan dengan firman Allah surat al-Maa'idah ayat 117, maka memberikan arti yang pasti bahwa, "...Engkau wafatkan (angkat) aku..."
 Dengan pembahasan kata tersebut sampailah pada kesimpulan bahwa kata muttawafika dalam surat Ali Imran: 55, berarti Allah sungguh-sungguh (benarlah) akan mewafatkan engkau (Nabi Isa). Hal ini tidak dapat ditafsirkan lain kecuali Allah akan mewafatkan Nabi Isa.
 Apabila kata tersebut ditafsirkan lagi dengan ayat yang lain, maka akan didapat pengertian yang sama pada ayat ayat sebagai berikut: "... sampai mereka menemui ajalnya (yatawaffahunna)...." (an-Nisa' 4:15)
 "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan (tawaffaahum) malaikat... " (al-Maa'idah: 97)
"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa (yatawaffa) orang-orang...." (al-Anfal 8:50)
Masih banyak lagi kata atau ungkapan tawaffa dalam surat-surat pada Al-Qur'an yang keseluruhannya memberikan arti 'mewafatkan, mencabut nyawa', dan sebagainya. 2
 Apabila seluruh kata tawaffa dalam ayat-ayat yang disebutkan tersebut menunjukkan arti "mewafatkan dan mematikan", lantas atas dasar apa meragukan bahwa Nabi Isa telah diwafatkan (mati). Oleh karena itu, tidak dapat ditafsirkan lain bahwa Nabi Isa tidur, Nabi Isa istirahat, dan sebagainya.
 l. Kata Rafi'a
  • Kata raafi'uka (mengangkatmu) sebagaimana terdapat dalam Ali Imran: 55, tidak dapat ditafsirkan sebagai mengangkat Nabi Isa ke langit, karena tidak didukung oleh ayat lain yang memperkuat argumentasi bahwa kata raafi'uka menisbatkan kepada naiknya Nabi Isa ke langit dan kemudian hidup, tidur, atau istirahat di sana.
  • Kata rafi'u adalah isim fa'il atau pelaku yang berasal dari kata kerja rafa'a (telah mengangkat) dan bentuk rafa'a dengan segala bentukannya yang disebutkan di dalam Al-Qur'an menunjukkan pada sebuah makna 'meningkatkan derajat, mengungguli, dan mengatasi', sebagaimana di sebut di dalam Al-Qur'an sebagai berikut :
". . . dan sebagiannya Allah meninggikan beberapa derajat.... (wa rafa'a ba'dhuhum darajatin)." (al-Baqarah 2:253 ).
 "... dan mengangkat sebagian kamu di atas sebagian yang lain (wa rafa'a ba'dhukum fawqa ba'dhin)." (al-An'am 6:165).
 Selanjutnya kata-kata rafa'a yang berarti 'mengangkat derajat'sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur'an-terdapat pula pada surat surat "wa rafa'na" (az-Zukhruf 43:32); "wa rafa'na" (Alam Nasyrah 94:4); "yarfa'u" (al-Mujadilah 58:11); dan "narfa'u" (Yusuf 12:76).
Dari uraian tadi dapat disimpulkan, sebagai berikut :
  • Nabi Isa a.s. telah diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuai dengan Sunnatullah yang tidak mungkin akan berubah selama-lamanya (al-Ahzab 33:62). Nabi Isa telah wafat dan diangkat derajatnya oleh Allah. Dan tentang wafatnya Nabi Isa, sesuai pula dengan Sunatullah bahwa segala benda yang bernyawa pasti akan menemui kematian.
  • Al Qur'an tidak pernah menyebutkan secara jelas dan muhkamat3 maupun mutasyabihat,4 apakah Nabi Isa masih hidup dan apakah sampai saat ini masih berada di langit? Lalu apakah setelah itu, ia akan turun kembali ke bumi untuk membasmi Dajjal. Padahal, tidak ada satu kata pun di dalam Al-Qur'an yang menyebut nama Dajjal. Dengan demikian, hal ini memperkuat argumentasi bahwa Nabi Isa telah wafat, dan tidak akan turun ke bumi dan tidak akan membunuh Dajjal.
  • Kiamat akan segera tiba setelah turunnya Nabi Isa yang akan memberantas Dajjal, kemudian mempersatukan umat manusia serta menjadikan semuanya beragama Islam dan menjadi imam shalat, tentunya berita ini merupakan berita besar yang mustahil luput dari uraian Al-Qur'an.
  • Mengingat turunnya Nabi Isa dan datangnya Dajjal tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, maka tidak menyebabkan berdosa apabila kita tidak mengimaninya. Lagi pula, rukun Iman yang telah diakui seluruh ulama sejak dahulu tidak mencantumkan hal ini.
2. Hadits-Hadits tentang Nabi Isa a.s. dan Dajal
 Argumentasi yang berdasarkan pada Al-Qur'an mengatakan bahwa Nabi Isa telah wafat dan tidak akan turun lagi ke bumi untuk memberantas Dajjal. Tentu hal itu tidak berdasarkan dalil hadits, walupun hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan yang lainnya.
 Bagi mereka yang menyangkal hadits tersebut didasarkan bahwa berita-berita yang diriwayatkannya bertentangan satu sama lain, karena mereka mendasari itu terhadap alasan-alasan berikut :
  • Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Amru bin Ash disebutkan, "...kemudian Isa Almasih itu, menetap bersama manusia tujuh tahun lamanya…"
  • Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, Abu Daud, al-Hakim, dan Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah r a. menyebutkan, "…Isa menetap di bumi empat puluh tahun lamanya, kemudian ia pun wafat, maka kaum muslimin menyembahyangkannya ..."
  • Menurut Joesoef Souyb salah satu hadits yang meriwayatkan kedatangan Dajjal diterima melalui Ka'ab al-Ahbar5 yang mengatakan, "Aku akan mengirimmu kelak menghadapi Dajjal si Juling, dan engkau akan membunuhnya, lalu hidup di bumi sehabis itu selama dua puluh empat tahun dan Aku akan mematikanmu, seperti halnya orang yang hidup."
Penulisan hadits dengan isi pernyataan yang berbeda satu sama lainnya dan diceritakan melalui satu orang saja (hadits ahad) menyebabkan kedudukan hadits tersebut tidak termasuk mutawatir (hadits yang diriwayatkan oleh beberapa perawi).

Sabtu, 08 Desember 2012

Injil Barnabas Asli atau Palsu

Pengenalan
Umat Kristiani sejak awal dipercayai bahwa keempat kitab Berita Baik (Injil) yang disampaikan oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes adalah diilhamkan oleh Roh Allah, dan mengandung keterangan yang sah tentang riwayat serta karya Tuhan Yesus dan merupakan Berita Baik bagi dunia. Kitab-kitab ini disebut Berita Baik (Injil) yang disampaikan oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Sebaliknya, agama Islam mengklaim bahawa kitab Berita Baik (Injil) orang Kristiani tidak sah. Menurut klaim setengah orang Islam, sebuah buku yang berjudul Injil Barnabas, kononnya ditulis pada abad pertama (1 M) oleh Rasul Barnabas dan dikatakan bahawa inilah Injil sebenar yang diberikan oleh Yesus. Perkara yang mengherankan adalah buku ini hanya muncul pada abad ke-18 M!
Artikel ini bukan bertujuan menyindir siapa tetapi untuk memaparkan kenyataan supaya kebenaran dapat dibedakan daripada kepalsuan dan agar kebenaran akan dipercayai.
Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 8:31-32,36:
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.”
Mula-mula akan dijelaskan sebab-sebabnya mengapa setengah umat Islam menyanjung tinggi buku yang berjudul Injil Barnabas. Kemudian kita akan melihat bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan buku ini dikarang oleh Rasul Barnabas. Kita akan melihat bukti-bukti yang menunjukkan buku yang berjudul Injil Barnabas adalah palsu dan tidak mungkin dikarang lebih awal daripada abad ke-14 M.
Sebab-sebab mengapa buku berjudul Injil Barnabas dihargai oleh setengah orang Islam
Walaupun terdapat banyak sebab tetapi semua itu dapat diringkaskan kepada dua sebab:
1. Keterangan tentang kehidupan Tuhan
Yesus seperti yang tercatat dalam Injil Barnabas ada banyak persamaan dengan keterangan yang terdapat dalam Qur’an. Injil Barnabas menyatakan bahawa Yesus bukan Anak Allah, bukan Penyelamat (Mesias) dan tidak disalibkan.
Bagi orang Islam, tidak terdapat banyak bukti untuk menyokong ajaran Qur’an apabila ajaran Qur’an bertentangan dengan Alkitab. Misalnya Qur’an menyatakan bahawa Yesus tidak disalibkan. Bagaimanapun, oleh sebab itu Qur’an ditulis lebih kurang 600 tahun setelah peristiwa kematian Tuhan Yesus, maka klaim Qur’an ini tidak berdasar.
Injil Barnabas menceritakan bahawa Yesus tidak disalibkan, melainkan orang lain yang disalibkan untuk menggantikan tempatNya. Cerita ini digunakan untuk menyokong klaim yang terdapat dalam Qur’an.
Buku ini juga mencaci dan mengecam Rasul Paulus dan pelayanannya. Buku ini amat pro-Islam. Isi kandungannya berlainan sekali dengan Berita Baik (Injil) yang terdapat dalam Alkitab. Maka tidak heran jika buku ini diterima oleh orang Islam dan dianggap mereka sebagai Injil yang benar.
2. Injil Barnabas kononnya mengandung ‘nubuat’ tentang kedatangan Muhammad.
Umat Islam percaya bahwa kedatangan Muhammad dinubuatkan dalam Alkitab. Nas Qur’an yang menyokong kepercayaan mereka ini adalah QS 7 Al-’A`raf 157:
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Jika ayat ini benar, maka kita seharusnya mendapat banyak rujukan tentang Nabi Muhammad dalam nubuat-nubuat yang terdapat dalam Taurat (Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan) dan Berita Baik (Injil) yang disampaikan oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Para sarjana Islam asyik mencari nubuat-nubuat ini untuk melandaskan kepercayaan mereka bahwa kedatangan Muhammad memang dinubuatkan. Implikasi daripada nas Qur’an adalah nubuat-nubuat ini akan mudah ditemui. Tetapi sarjana Islam heran apabila mendapati bahawa Yesus Kristus dan bukan Muhammad yang dinubuatkan dalam Alkitab.
Sementara setengah sarjana Islam masih mencari-cari dalam berita Baik (Injil) dengan harapan mendapat nubuat-nubuat yang sesuai untuk menyokong klaim Qur’an, setengah umat Islam melihat Injil Barnabas sebagai jawaban kepada usaha mereka. Dengan itu, alasan mereka adalah Alkitab Kristian telah dipalsukan dan diubah oleh manusia dan Injil Barnabas saja Injil yang sebenar.
Bukti-bukti kepalsuan “Injil” Barnabas
Bagi orang yang menginginkan kebenaran, tidaklah menjadi masalah untuk mengetahui bahawa buku yang berjudul “Injil Barnabas” ini adalah Injil yang palsu. Sebenarnya sarjana-sarjana Kristiani dan juga sarjana-sarjana Islam yang sungguh-sungguh, setuju bahwa buku ini adalah Injil yang palsu, yang dikarang oleh seorang yang beragama Islam, dari Italia pada abad ke-14.
Injil Barnabas bertentangan dengan Qur’an
Para sarjana Islam yang sungguh-sungguh akan menolak buku ini kerana keterangannya bertentangan dengan apa yang terdapat dalam Qur’an. Penulis Injil Barnabas, dalam usahanya menulis sebuah buku untuk menyokong keterangan yang terdapat dalam Qur’an, telah membuat banyak kesalahan, dan akhirnya hasil usahanya bertentangan dengan Qur’an. Pertentangan-pertentangan ini harus menyadarkan orang Islam akan kepalsuan buku ini kerena jika mereka mengakui Injil Barnabas itu sahih, maka secara tidak langsung mereka mengatakan bahwa Qur’an adalah salah.
Bagi maksud kita di sini, cukuplah untuk melihat beberapa contoh pertentangan antara Qur’an dan Injil Barnabas.
Dalam beberapa petikan dari Injil Barnabas, Yesus dikatakan menyebut Nabi Muhammad sebagai Penyelamat (Mesias). Hal ini tidak mungkin berlaku dan mereka yang membaca Qur’an tahu bahwa gelar “Al-masih” atau “Mesias” diberikan kepada Yesus dan bukan Muhammad.
Barnabas 96:
… Jesus answered: `As God liveth, in whose presence my soul standeth, I am not the Messiah whom all the tribes of the earth expect, …
… Yesus menjawab: ‘Demi Allah yang hidup, yang kehadiranNya mendampingi jiwaKu, Aku bukanlah Mesias yang ditunggu-tunggu semua bangsa di dunia ini, …
QS 5 Al-Ma’idah 72:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
Dalam Injil Barnabas, sang penulis menulis tentang sembilan langit padahal Qur’an hanya menyebut tujuh langit.
Barnabas 178:
… Jesus answered: ‘Paradise is so great that no man can measure it. Truly I say to you that the heavens are nine, among which are set the planets; …
… Yesus menjawab: ‘Surga sangatlah besar sehingga tidak seorangpun dapat mengukurnya. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu bahwa langit adalah sembilan, diantaranya terdapat planet-planet; …
2 Al-Baqarah 29:
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Penulis Injil Barnabas menyatakan bahawa Mariam semasa memperanakkan Yesus tidak mengalami kesakitan. Hal ini bertentangan dengan Qur’an yang menerangkan tentang kesakitan Mariam semasa kelahiran Yesus.
Barnabas 3:
… The virgin was surrounded by a light exceeding bright, and brought forth her son without pain, whom she took in her arms, and wrapping him in swaddling-clothes, laid him in the manger, …
… Perawan itu dikelilingi oleh cahaya yang amat terang, dan melahirkan anaknya tanpa rasa sakit, lalu ia mengambil dalam pelukannya, dan membungkus dia dengan kain lampin, membaringkannya di dalam palungan, …
19 Maryam 23:
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.
Bagi orang Kristiani, pertentangan Injil Barnabas dengan Qur’an bukanlah sebab utama mengapa kita menolak Injil Barnabas, kerena bagi orang Kristiani, Alkitab adalah Firman Allah. Kita menolak Injil Barnabas ini kerana isi kandungannya tidak mungkin dikarang oleh Rasul Barnabas dan fakta-fakta yang terdapat dalam buku itu bertentangan dengan fakta sejarah, dan Rasul Barnabas tidak mungkin membuat kesalahan-kesalahan itu.
Kandungan Injil Barnabas tidak mungkin dikarang oleh Rasul Barnabas
Marilah kita lihat siapakah Barnabas itu sebenarnya untuk mengetahui apakah dia yang menulis buku yang berjudul Injil Barnabas. Nama Barnabas pertama kali disebut dalam Kisah Para Rasul. Dia seorang yang kaya, orang Lewi yang ramah dan penyayang, teman Paulus, dan seperti Paulus diberikan gelaran rasul. Kisah Rasul-Rasul 4:36; 9:26-27; 11:22,24-25,30; 12:25; 13:1,50; 14:12; 15:36,39; 1 Korintus 9:6; Galatia 2:1,13; Kolose 4:10.
Penulis buku Injil Barnabas menghantam hebat pengajaran-pengajaran Paulus terutamanya tentang penyaliban, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, dan kepercayaan Kristiani bahawa Yesus ialah Anak Allah. Buku itu pada keseluruhannya mengandung bahan-bahan kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaan Paulus. Bolehkah Rasul Barnabas yang sebenarnya mengarang buku itu?
Kita melihat dalam Kisah Para Rasul 9:27 bahawa semasa Paulus datang ke Yerusalem, Barnabas itulah yang mengakuinya sebagai pengikut Yesus.
Kisah Para Rasul 9:27
Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.
Barnabas dan Paulus bersama-sama memberitakan Yesus sebagai Anak Allah dan tentang bagaimana Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. (Kisah Para Rasul 13:33)
Dari keterangan-keterangan yang ada, jelaslah bahawa Rasul Barnabas bukan penulis buku Injil Barnabas. Orang lain telah mengarang buku itu dan menggunakan namanya dengan maksud menyesatkan orang.
Kesalahan fakta yang tidak mungkin dilakukan oleh Rasul Barnabas.
1. Apabila kita memeriksa sejarah Barnabas, kita akan mendapati bahawa dia muncul di kalangan rasul-rasul setelah kebangkitan Yesus. Namanya yang asli ialah Yusuf (Kisah Para Rasul 4:36). Oleh sebab kasihnya dia telah menjual sebidang tanah miliknya dan menyumbangkan hasilnya itu kepada rasul-rasul untuk dibagikan kepada orang yang memerlukan bantuan.
Perbuatan kasih Barnabas itu sangat mendorong orang Kristiani, sehingga rasul-rasul pun memberinya gelaran “Barnabas” yang bermakna “anak penghibur”. Maka Barnabas hanya dipanggil Barnabas selepas kebangkitan Tuhan Yesus.
Penulis Injil Barnabas membuat satu kesalahan yang besar apabila dia menulis bahwa Barnabas adalah salah seorang daripada dua belas rasul yang selalu bersama-sama Yesus semasa pelayananNya, dan Barnabas dipanggil dengan nama Barnabas oleh Yesus sendiri.
Kisah Para Rasul 4:36
Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
Barnabas 19:
… Jesus answered: “Be not sore grieved, Barnabas; for those whom God hath chosen before the creation of the world shall not perish …
… Yesus menjawab: “Janganlah bersusah hati, Barnabas; bagi mereka yang telah dipilih Allah sebelum penciptaan dunia tidak akan binasa …
2. Penulis “Injil Barnabas” menyatakan bahawa Yesus selalu menafikan bahwa Dialah Mesias. Tetapi dalam buku itu Yesus juga disebut “Kristus”.
Barnabas (Pengenalan P):
True Gospel of Jesus, called Christ, a new prophet sent by God to the world: according to the description of Barnabas his apostle. Barnabas, apostle of Jesus the Nazarene, called Christ, to all them that dwell upon the earth desireth peace and consolation.
Injil sejati Yesus, yang disebut Kristus, seorang Nabi baru yang dikirim oleh Tuhan untuk dunia: menurut keterangan Barnabas rasulNya. Barnabas, rasul Yesus orang Nazaret, yang disebut Kristus, kepada semua mereka yang diam di atas bumi yang menghendaki perdamaian dan penghiburan.
Perkataan “Kristus” sebenarnya adalah terjemahan Yunani untuk perkataan Mesias (artinya Penyelamat) dan “Yesus Kristus” dimaksudkan Yesus Mesias. Pertentangan dalam pernyataan penulis yang menyatakan Yesus bukan Mesias tetapi adalah Kristus, membongkar kepalsuan buku itu.
3. Dalam injil Barnabas, ada disebut tentang tahun Yobel. Pada masa nabi Musa, Allah telah menetapkan supaya orang Yahudi merayakan tahun Yobel setiap lima puluh tahun. Ada tertulis dalam Imamat 25:10:
Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.
Akan tetapi dalam Injil Barnabas 82, dikatakan bahwa:
… And then through all the world will God be worshipped, and mercy received, insomuch that the year of jubilee, which now cometh every hundred years, shall by the Messiah be reduced to every year in every place …
… Dan kemudian melalui seluruh dunia Allah akan disembah, dan rahmat yang diterima, sedemikian rupa sehingga tahun Yobel, yang sekarang datang setiap seratus tahun, wajib oleh Mesias dikurangi untuk setiap tahun di setiap tempat …
Di sini ada satu kesalahan fakta yang sangat jelas. Tahun Yobel yang dirayakan setiap lima puluh tahun dikatakan dirayakan setiap seratus tahun. Dengan itu, kesalahan yang sangat ketara ini memungkinkan kita mengandaikan abad keberapa buku ini ditulis. Pada tahun 1300 M Paus Boniface VIII, ketua Gereja Katolik telah mengeluarkan perintah supaya tahun Yobel ini dirayakan setiap 100 tahun. Selepas Paus Boniface VIII meninggal dunia, Paus Clement VI memberikan perintah pada tahun 1343 M supaya perayaan tahun Yobel diubah kembali menjadi sekali dalam 50 tahun, sama seperti ketetapan yang diikuti pada zaman Musa.
Dengan latar belakang ini, kita dapat menyimpulkan bahawa penulis buku Injil Barnabas hanya tahu tentang perintah Paus Boniface VIII. Perkara ini membuktikan bahawa penulis itu hidup pada zaman Paus Boniface VIII atau setelah itu. Kesimpulan yang jelas adalah Injil Barnabas tidak mungkin ditulis lebih awal daripada abad ke-14 dan semua nubuat yang terkandung di dalamnya tentang kedatangan Muhammad adalah palsu kerana buku itu ditulis setelah kedatangan Muhammad.
Kesimpulan
Bukti-bukti yang ada jelas membuktikan bahawa Injil Barnabas tidak mungkin ditulis lebih awal daripada abad ke-14 M Rasul Barnabas bukan penulisnya. Seorang yang mempunyai pengetahuan yang cetek tentang agama Kristen dan yang beragama Islam telah menulisnya untuk menyesatkan orang banyak.
Buku itu mempunyai banyak pertentangan yang membongkar kepalsuan buku itu. Orang Islam juga harus menolak buku itu kerana keterangan dalam buku itu tidak serasi dengan keterangan dalam Qur’an.
Galatia 1:8
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Bagi orang Kristiani, kita harus berpegang kepada Injil yang terdapat dalam Alkitab yang terkandung dalam kitab Berita Baik (Injil) yang disampaikan oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, bahwa Tuhan Yesus, Anak Allah telah datang ke bumi ini dan melalui kematian dan kebangkitanNya, Dia telah membuka satu-satunya jalan bagi kita kepada Allah Bapa di Surga. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yohanes 1:12). Inilah Injil yang sebenar.