Minggu, 15 Juli 2012

Pembantaian Massal Terselubung: Mengapa Humanitas Harus Menang Lawan Islam

Oleh: Azam Kamguian
 
Tulisan ini dibacakan pada acara Humanisme dan Islam di Kongres Dunia IHEU tahun 2002

Hal yang akan aku bicarakan adalah Islam; tepatnya Islam masa kini di Iran. Akan kujabarkan beberapa peristiwa pembantaian dalam Islam dan selintas tentang apa yang terjadi dan masih terjadi di Iran. Aku akan bicara tentang mereka yang telah menumbuhkan gerakan² Islam atau membenarkan Islam. Aku akan mengakhiri dengan penekanan pentingnya bagi humanitas untuk menang lawan Islam dan langkah² praktis yang harus diambil untuk mencapai hal ini.

Di akhir abad ke-20, manusia menyaksikan holocaus lain—Holocaus Islam, yang mengakibatkan jutaan manusia telah dan terus ditembaki, dipotong-potong dan dirajam sampai mati; orang² dibantai dan dienyahkan oleh negara² Islam, gerakan² politik Islam dan teroris² Islam di Iran, Sudan, Afghanistan, Aljeria, Mesir, Nigeria, Asia Tengah, dan Amerika Serikat. Jubah, sorban, dan Al-Qur’an terus memakan jiwa manusia. Suara yang menentang atau menuntut kemerdekaan dibungkam di tempat. Penindasan yang dilakukan gerakan² Islam terutama dilakukan terhadap kebebasan wanita, dengan cara meniadakan hak² sipil wanita, dengan meniadakan kebebasan menyuarakan pendapat secara umum atau pribadi, dengan memaksakan hukum² dan tradisi brutal, dan dengan melakukan pembantaian manusia, dari yang masih kecil sampai yang sudah tua.

Pada dasarnya, Islam adalah kepercayaan dan aturan militer yang berlawanan dengan kemakmuran, kebahagiaan, kebebasan manusia, persamaan hak antar manusia, dan pengembangan pengetahuan. Islam dan kehidupan manusia sepenuhnya merupakan dua konsep yang bertentangan, berlawanan satu sama lain. Diartikan dengan cara apa saja, Islam akan tetap saja bertentangan dengan sekularisme, modernisme, egalitarianisme dan hak² azasi wanita. Politik Islam adalah gerakan politik yang bertentangan dengan gerakan² sekuler dan progresif (maju) demi kemerdekaan, dan bertentangan dengan kemajuan budaya dan intelektual. Kekerasan dan penindasan harkat manusia tercantum dalam pernyataan² kelompok² politik Islam. Di mana Republik Islam berdiri di situ terjadi kekerasan brutal.

Setelah kekuasaan politik Islam berkuasa di Iran, mereka lalu mendirikan Republik Islam, dan mempengaruhi negara² Timur Tengah lainnya. Di Iran, kekuatan politik Iran mulai terbentuk dan lalu jadi pemerintahan dan lalu berubah menjadi kekuatan berpengaruh di daerah itu. Di bawah hukum negara Islam, terjadi berbagai kekerasan di Iran yang berdasarkan hukum Islam. Di mana Republik Islam berdiri, di situ terjadi kekerasan brutal. Fakta menunjukkan bahwa orang² dipaksa tunduk di bawah hukum yang dipercayai datang dari Tuhan atau nabi, dan ini sendiri sudah merupakan tindakan kekerasan. Jika orang menolak taat akan hukum itu, mereka dihukum dan ditindas. Islam menawarkan bentuk kekerasan yang paling buruk dan keji. Iran adalah contoh paling jelas apa yang bisa dilakukan Islam terhadap manusia. Aku akan mencoba menyampaikan pada kalian secara singkat periode penuh kekerasan, penindasan dan penderitaan—banjir darah yang dilakukan oleh kekuasaan Islam.

Aku hidup di Iran mengalami ribuan hari di mana Islam mengucurkan darah. Sejak tahun 1979, ratusan ribu pria, wanita dan anak² telah dibantai demi nama Allah. Aku hidup menjalani hari² itu ketika aku, bersama dengan ribuan pria dan wanita di seluruh negara, menyaksikan nama² kekasih kami, suami², istri², kawan², putri², putra², kerabat² kerja, dan murid² kami dicantumkan dalam pengumuman harian di surat kabar sebagai orang² yang dihukum mati. Inilah hari² di mana prajurit² Allah menyerang berbagai perpustakaan dan pabrik² percetakan dan membakar semua buku². Inilah haris² di mana para tentara menyerang universitas², membunuhi mahasiswa² di seluruh negara. Minggu² dan bulan² yang penuh penyerangan berdarah terhadap para buruh yang berani mogok atau melakukan demonstrasi. Tahun² yang penuhi pembunuhan terhadap para penentang rezim Islam Iran di dalam dan luar negeri. Tahun² penuh penindasan dan pembunuhan brutal atas para atheis, pemikir, sosialis, ketua² dan aktivis² persatuan pekerja, penganut Marxis, Baha’I, wanita² yang tidak mau pakai jilbab dan tidak mau tunduk di bawah hukum pemisahan seksual, dan banyak lainnya yang tidak termasuk golongan manapun, tapi ditangkap di jalanan dan dihukum mati hanya gara² tidak berpenampilan Islami. Selain ratusan ribu yang dibunuh di Iran, perlu juga ditambah jutaan yang mati di Aljeria, Sudan, Afghanistan, Pakistan dan lain². Ini merupakan holokaus diam² di mana dunia beradab tidak melakukan tindakan apapun.

Aku, beserta ribuan tawanan politik lainnya, disiksa atas perintah wakil Allah dan Sharia. Selama disiksa, ayat² Al-Qur’an disiarkan kepada para kafir di ruang² siksa. Suara pembacaan ayat² Qur’an bercampur dengan jeritan² kesakitan kami yang dipecuti dan disiksa dengan berbagai cara. Mereka memperkosa tawanan² politik wanita demi kepentingan Allah dan demi harapan hadiah darinya. Mereka sembahyang dulu sebelum memperkosa. Ribuan ditembak mati oleh regu penembak mati ketika ayat² Qur’an dilafalkan. Para tawanan terbangun setiap hari saat subuh ketika peluru² ditembakkan membunuh kawan² dan rekan² sepenjara mereka. Dari jumlah tembakan kau bisa menduga berapa yang mati hari itu. Mesin pembunuh tidak pernah berhenti setiap menit. Para ayah, ibu, suami dan istri menerima baju penuh darah buah hati mereka dan harus bayar biaya peluru. Mereka menciptakan Auschwitz Islam. Banyak orang² yang penuh kasih sayang dan berpikiran maju dibunuhi. Tingkat kengerian sukar dibayangkan. Sejak saat itu, kasih, kebahagiaan, senyum, dan berbagai interaksi kebebasan manusia dilarang. Islam mengambil alih semuanya. Inilah yang terjadi pada generasiku. Tapi tidak hanya terbatas pada generasiku, karena generasi orang tuaku pun menghadapi ancaman berdarah pula, dan demikian pula generasi berikutnya. Di tahun² ini, jutaan anak² dicuci otaknya dan dimanipulasi. Tindakan kriminal yang dilakukan Republik Islam Iran dan politik Islam sebanding dengan tindakan kriminal yang dilakukan oleh Fasisme di tahun 1930-an dan awal 1940-an, dan seperti pembantaian manusia di Rwanda dan Indonesia.

Meskipun begitu, kejadian ini luput dari pengamatan manusia di seluruh dunia. Jika manusia tahu akan terjadinya Holokaus ini, maka mereka pasti menangis. Jika rezim penindas seperti ini jatuh, maka dunia akhirnya akan mengetahui kebenaran: para korban akan bicara, ruang² dan penjara siksa akan diungkapkan, para penyiksa akan mengaku perbuatannya, penindas dan hakim² Islam akan mengaku apa yang mereka perbuat di balik dinding² penjara. Maka orang² seluruh dunia akan melihat betapa menjijikannya Islam itu. Mereka akhirnya akan menemukan kenyataan dari gerakan yang berlandaskan Islam dan yang ditutup-tutupi oleh media Barat.

Kejadian 11 September mengungkapkan beberapa realitas yang terjadi pada orang² yang hidup di bawah tekanan teror Islam terus-menerus. Dunia jadi tahu tragedi yang dialami para wanita yang hidup di bawah pemerintahan Taliban. Ini mengungkapkan sebagian akan Islam. Inilah bukti Islam yang sebenarnya.

Ketika aku datang ke negeri Barat di awal 1990-an, aku bertemu dengan masyarakat yang kebanyakan orang² yang terpelajar, media yang bebas, dunia akademis, para feminis, yang menghormati budaya² dan agama² orang lain. Mereka mencoba membenarkan Islam dengan mengelompokkan Muslim moderat dan Muslim fundamentalis, Muslim progresif dan Muslim reaksioner, Medina dan Mekah, umum dan pribadi, jahat dan baik. Bagi orang seperti diriku yang merupakan korban langsung Holokaus Islam, pandangan ini sangatlah menyesakkan dada dan aku harus mengungkapkan berbagai kenyataan yang tak kunjung habisnya untuk menepis pembenaran terhadap teror Islam, terhadap penindasan, dan penderitaan yang dilakukan Islam terhadap korbannya. Sama halnya dengan pembantaian Islami, para apologis Islam mencoba mengalihkan kebencian orang pada Islam dan gerakan Islam pada kelompok fundamentalis Islam saja. Mereka mencoba mengurangi perlawanan terhadap Islam hanya pada fundamentalis Islam saja. Mereka terus-menerus menyampaikan bahwa yang patut kita benci hanyalah para fundamentalis saja, sebab mereka bukanlah Islam yang ‘benar’, bukan Islam yang ‘sejati’. Mereka berjanji untuk ‘mengubah Islam’ dan melakukan pemahaman yang positif akan ayat² Qur’an tentang kedudukan wanita. Mereka memunculkan gagasan feminisme Islami dan mencoba menempelkan topeng wajah manusiawi pada wajah monster Islam terhadap wanita. Mereka mengatakan bahwa hak² kebebasan berpendapat, persamaan hak wanita dan pria, paham² politik sekuler juga terdapat dalam negara² Ketiga. Bukankah hal yang memalukan jika kita harus berdebat akan hal ini? Kebenaran haruslah diungkapkan. Kita tidak boleh membiarkan para apologis Islam bermain-main dengan nyawa manusia lagi. Kita harus mengatakan dengan jelas dan suara keras apakah Islam itu. Yang kami saksikan adalah realitas kekuasaan Islam. Pihak liberal Barat dan para intelektual sayap kiri merasa berdosa dengan sejarah penjajahan oleh pihak Barat dan berusaha bersikap lunak terhadap negara² ketiga karena rasa bersalah itu.

Mereka (liberal dan sayap kiri Barat) menganggap ‘Negara² Ketiga’ pada umumnya memang suka hidup di bawah hukum busuk Islam dan merasa bahagia hidup tanpa prestasi apapun di abad ke-21 ini. Menurut mereka, para wanita dunia ketiga memang suka dipisah dari para pria, dan benci hak² manusia dan kebebasan individual. Menurut mereka (liberal dan sayap kiri Barat), masyarakat dunia ketiga mendukung gerakan² dan Pemerintah Islam. Ini jelas merupakan pandangan yang sangat ngawur dari kenyataan. Ini pandangan kolonialisme terbalik. Dalam pandangan mereka yang seperti ini, masyarakat dunia ketiga yang berjuang ditegakannya hak² manusia, sekularisme dan perlawanan terhadap politik Islam tidak ada sama sekali. Mentalitas yang mementingkan diri sendiri yang beredar di sekitar rasa bersalah para intelektual Barat ini sungguh mencengangkan. Hak² azasi manusia, persamaan hak wanita dan pria, dan negara sekuler juga merupakan hak bagi masyarakat ‘Dunia Ketiga’. Sungguh memalukan bahwa kita harus berdebat akan hal ini.
Jauh berbeda dengan pendapat para liberal dan sayap kiri Barat, saat ini sedang terjadi perang yang telah berlangsung selama 20 tahun antara gerakan² progresif di Timur Tengah dan di dunia Barat dalam melawan politik Islam. Catatan harian perjuangan orang² dan kelompok anti-Islam di negara² Islam, dan berita² harian tentang kaum muda dan wanita di Iran, menunjukkan fakta apa yang diinginkan masyarakat ‘Dunia Ketiga’. Sejak 1979, masyarakat Iran telah sangat berubah secara dramatis. Gerakan sekularisme dan atheisme, bagi gagasan dan budaya modern, bagi kebebasan pribadi, bagi kemerdekaan kaum wanita dan masyarakat telah berkembang luas dan dalam. Terjadi kemuakan menyeluruh akan agama dan keprimitifan budaya kaum penguasa.

Sekularisme harus dibela dalam negara² Islam. Patokan kemanusiaan universal (seluruh dunia) dan hak² azasi manusia harus ditegakkan. Setelah pengalaman di Iran, Afghanistan, Sudan dan Aljeria, sekularisme tidak hanya bisa diwujudkan, tapi merupakan kebutuhan yang penting dan mendesak dan tuntutan masyarakat di negara itu. Sekularisme harus memisahkan secara mutlak dan menyeluruh antara agama dan negara; kebebasan beragama dan atheisme, agama dan pendidikan; hukum yang bebas dari aturan agama, dan agama adalah pilihan dan urusan pribadi setiap manusia. Kesadaran akan pentingnya hal ini harus diwujudkan untuk melawan kekuasaan pemerintah agama. Semua aliran agama harus ditetapkan secara sah oleh hukum sebagai urusan pribadi saja, dan bukan jadi alat kekuasaan negara. Untuk mewujudkan hal ini, kita butuh persatuan kekuatan yang besar. Meskipun terdapat perjuangan keras dari kelompok anti-Islam di Timur Tengah dan dunia Barat di dekade terakhir, tidak banyak terdengar laporan tentang kebrutalan politik Islam dan tidak banyak reaksi dari dunia barat, media barat, dan apologis Islam. Tapi kekuatan perlawanan anti-Islam di ‘Duniga Ketiga’ bagaikan raksasa tidur yang dapat mengubah keadaan sepenuhnya. Jika raksasa ini bangun, maka saat ini dunia akan melihat perubahan positif dan perwujudan keadaan ideal yang telah dilupakan sejak akhir abad 20. Humanitas (kemanusiaan) harus bangkit dan membela dirinya sendiri melawan kebrutalan Islam.

Lapisan humanitas beradab membentuk kekuatan besar yang, sayangnya, sampai sekarang masih terus diberangus. Meskipun demikian, humanitas akan bangkit. Bagi kepentingan masa depan kaum manusia, humanitas harus bangkit. Jika memang masa depan itu ada, maka masa depan adalah bentuk gabungan dari politik aktif, progresif dan cinta kemerdekaan di seluruh lapisan masyarakat. Kalau ini tidak terjadi, maka masyarakat akan tetap hidup dalam terorisme dan barbarisme. Aku akhiri pidatoku dengan harapan bahwa tahun² mendatang di abad ke-21, kita akan menyaksikan kemenangan humanitas dan manusia atas Islam. Semua manusia yang cinta kemerdekaan dan semua kekuatan sekuler di seluruh dunia harus bekerja sama untuk melawan kekuatan politik Islam; untuk memajukan sekulerisme, egalitarianisme, dan kemerdekaan di dalam masyarakat yang ditekan Islam.

Islam-Watch | Faithfreedom Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar