Jumat, 13 Juli 2012

Membedah Karakter dan Mentalitas Muslim

Segala macam bentuk penyakit mental biasanya ikut berperan dalam benak individu yang ‘menggila’ dan membunuh secara acak. Tapi penyakit jiwa demikian tidaklah menggambarkan karakter islami seluruhnya. Muslim hanya mencakup 1/5 penduduk dunia, jadi sukar melihat apakah ratusan juta orang yang suka jihad memang adalah penyandang penyakit jiwa.

Dilain pihak, ciri-ciri pencucian otak yang terjadi dalam pengikut cult, sekte, agama, kaum nasionalis dan gang-gang kriminal, nampak ada pada Islam.

Bukan kebetulan bahwa ritual-ritual dalam islam dipusatkan pada aktivitas kekerasan atau peperangan. Idul Adha adalah ritual tahunan yang paling penting dimana setiap anggota keluarga berpartisipasi dalam usaha menyembelih binatang.

Sementara non muslim mencoba menghindarkan anak-anak mereka agar tidak melihat tindakan barbar demikian, orang tua muslim malah melibatkan anak-anak mereka agar melihat praktek-praktek berdarah demikian.



Tindakan demikian mengurangi rasa sensitifitas si anak akan rasa sakit, darah dan kematian orang lain, dan secara tidak langsung menyiapkan para muslim muda untuk melakukan tindakan Jihad yang sangat keji terhadap sesama umat manusia.
Sebuah festival 10 hari yang disebut Ashura, juga didesain untuk menyiapkan kaum Shi’ah untuk jadi martir. Para pengikut festival, segala umur, mencambuk diri mereka dengan rantai dan cambuk dijalanan hingga berdarah-darah.

 

Penjelasan faktor-faktor lain yang mendorong muslim saleh untuk membunuh demi Jihad akan dibahas dalam bab ini.


FAKTOR DEHUMANISASI KORBAN

Prinsip-prinsip hubungan antar muslim dengan non-Muslim bagi militan islam adalah vital karena dalam semua aktivitas genosida hingga saat ini, para pembunuh pertama-tama mencoba melakukan dehumanisasi (menghilangkan kesan manusiawi) korban dalam benak mereka, ini adalah hal yang perlu dan penting.
Indoktrinasi yang terdapat dalam ayat-ayat suci atau berbagai publikasi resmi dan media-media menciptakan keyakinan bahwa orang Amerika, Yahudi, Hindu dan non-muslim lain bukanlah ‘manusia’ yang sama seperti ‘manusia’ muslim, boleh dan harus dibantai tanpa kecuali.

Islam tidak menerima hukum persamaan derajad. Dalam semua bentuk pemikiran dan praktek islam, non muslim tidak bisa disamakan dengan muslim. Sebuah prinsip dasar islamisme yang menganggap bahwa umat manusia terbagi atas hirarki yang ketat.

Pada puncak hirarki ini adalah para pria muslim non budak/bebas, puncak ‘kehebatan’ manusia. Dibawahnya, dengan urutan kemanusiaan yang lebih rendah, adalah: para budak yang muslim, lalu perempuan muslim non budak, perempuan budak yang muslim, kaum pria dari ‘ahlul kitab’ (Yahudi dan Kristen), dan kaum perempuan ‘ahlul kitab’.

Terakhir, sisa lainnya dari kategori-kategori umat manusia tersebut. Yang terakhir ini harus mati, tanpa ampun, karena mereka tidak punya jiwa dan dianggap orang paling hina yang tidak ada harganya. Kelompok yang sial ini termasuk: penganut Buddha, Hindu, Atheis, Agnostik, dll.

Tapi orang Yahudi dan Kristen jangan buru-buru gembira dan merayakan hirarki mereka yang ‘lumayan’, mereka malah harus menelaah posisi mereka lebih dalam lagi.

Saya kutip dari Quran mengenai pendapat auwloh akan kaum mereka: “Makhluk paling hina, jahat dan temannya iblis”. Petunjuk yang jelas dari Muhammad kelihatannya adalah bahwa muslim tidak diijinkan berteman atau mengambil perlindungan dari orang-orang Yahudi dan Kristen, kecuali harta/pengabdian/pajak diambil dari mereka lewat penundukan, kekerasan atau ancaman.

Kristen dan Yahudi dulu dan sekarang punya tempat spesial dalam teologi islam, dan disajikan dengan sikap kebencian yang sangat dalam Quran dan juga teologi islam sekarang. Terakhirnya mereka dipandang dengan jijik oleh Muhammad, perkataan terakhir dia ketika ajal adalah sebuah kutukan bagi kelompok ini “Semoga Auwloh mengutuk orang Yahudi dan Kristen…”

[98.6] Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
[5.51] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman-teman (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi teman, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Auwloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Banyak dari mereka yang dikenal sebagai pengikut setia dari Auwloh merasa ada jarak antara mereka dan kenalan mereka. Filosofi anti sosial ini malah bisa kita telaah lebih jauh lagi dengan membaca berbagai pengalaman banyak perempuan yang menikahi pria muslim, yang pada akhirnya dijadikan budak atau setidaknya diperlakukan kasar.

Pada sekolah-sekolah yang disponsori oleh Wahhabi di Saudi Arabia (yang katanya sekutu Amerika dalam perang melawan Teror), ada buku pelajaran kelas lima yang menyatakan demikian:
“Dilarang bagi seorang muslim untuk berteman dengan orang yang tidak percaya pada Auwloh dan UtusanNya atau yang memerangi agama islam. Tuhan telah memutuskan hubungan pertemanan antara muslim dan kafir. Muslim, meski dia tinggal ditempat jauh, adalah saudara seiman, sementara kafir, meski dia itu saudara dekatmu sendiri, adalah musuh agama.”

Quran sendirilah yang membimbing muslim untuk memutuskan pertemanan dan relasi serta persekutuan lainnya. Quran bahkan bertindak lebih jauh lagi.

[58.22] Kamu (O Muhammad) tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Auwloh dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Auwloh dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Auwloh telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Auwloh rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Auwloh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Auwloh itulah golongan yang beruntung.

Ini menunjukkan bahwa bahkan saudara sekandung pun diputuskan ikatan darahnya karena Islam, kadang hal ini menyebabkan muslims ortodoks bertempur dan membunuh kerabat mereka sendiri jika mereka menolak Muhammad.

Ikatan keluarga, pengabdian dan kesanggupan untuk empati membentuk tulang punggung peradaban Barat, dari mana kita mendapat kekuatan dan mengajarkan moralitas. Dalam Islam, bahkan ikatan keluarga yang alami dan normal pun harus tunduk dan patuh pada semua perintah Muhamad.

Ini menjelaskan kenapa, dalam banyak masyarakat dan keluarga muslim, anggota keluarga diharapkan mengawasi satu sama lain, mengawasi tindakan, pemikiran dan ungkapan dari anggota keluarga lain. Dalam skala yang lebih besar, masyarakat diharapkan mengawasi kelakuan keluarga-keluarga dilingkungannya.

Jadi dalam sebuah negara islam, struktur kontrol ditempatkan mulai dari tingkat paling tinggi yaitu pemerintahan hingga ke yang paling rendah, yaitu anggota keluarga. Hukuman diterapkan bagi yang gagal mendukung keseluruhan dari masing-masing hirarki, kebijakan hukuman untuk keluarga, tetangga, suku, dan nasional semuanya mendukung kegiatan jihad yang berbeda-beda tergantung dari daerah dan kesukuannya, tapi kebijakan hukuman yang diterapkan sama-sama brutal.

Dibawah ini adalah pendapat muslim yang didukung oleh ayat-ayat Quran mereka:
[9.23] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu teman-temanmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman-temanmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.
[5.51] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman-teman(mu); sebahagian mereka adalah teman bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi teman, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Auwloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.

Kalau ada Muslim yang menganggap serius semua yang diminta Muhammad pada pengikutnya, petunjuk agar tidak berteman dengan non muslim akan sangat masuk akal. Semua adalah bagian dari psikologi kekerasan.

Empati dan perasaan manusia yang sudah ada dari sananya serta semua dorongan hati nurani, pertama-tama harus dienyahkan lebih dahulu sebelum seseorang bisa melakukan kekerasan atau kekejian terhadap sesamanya.

Perasaan normal seperti sayang, hormat dan percaya kepada teman akan menghalangi tindakan jihad yang mungkin diperlukan untuk membunuh si teman itu. Ketika Muhammad secara khusus mengatakan pada para pengikutnya agar jangan membentuk hubungan pribadi kepada umat lain, ini berfungsi sebagai dehumanisasi semua non muslim.

Filosofi dan psikologi ini, ketika disatukan kedalam jiwa orang, menjadikannya agar berkembang menjadi seorang pejihad muslim taat yang efektif, tanpa pikiran dan tanpa perasaan (alias mesin pembunuh). Jauh lebih mudah membunuh target yang kita benci dibandingkan target yang kita sukai, hormati atau sayangi.

Hal ini sebenarnya tidaklah sejalan dengan pengakuan berulang-ulang bahwa “Auwloh maha pengampun, maha penyayang, dll”. Tapi kontradiksi ini sepertinya tidak mereka (para muslim) sadari. Tentunya dilema pribadi yang menghasilkan kontradiksi demikian akan dengan mudah dihilangkan jika telah sepenuhnya dijiwai oleh mental militan islam.

Kelihatannya istilah “maha pengampun” itu dalam benak mereka hanya berlaku bagi sesama muslim saja dan tidak ditawarkan bagi kaum kafir, kecuali mungkin mereka yang bersedia membayar ‘pajak tundukan (jizyah)’. Dari perspektif ini, para muslim mewujudkan sifat Auwloh yang sebenarnya, kejam, tanpa ampun, tiada sayang dan tanpa perasaan.

Dehumanisasi islamik terhadap non muslim ini menghasilkan orang-orang yang merasa tak bersalah membawa tabung bom di London, dalam kereta di Madrid, pesawat di Washington, bus di Yerusalem, teater di Moskow atau sekolah di Beslan.

Dan ketika video pemancungan orang sipil Amerika atau mencincang mayat mereka menimbulkan sorak sorai, kenikmatan dan perayaan didunia Arab, dimana mereka lalu mengulang-ngulang gambar-gambar tersebut atas tuntutan para penontonnya.

Video keji penyembelihan Nick Berg, sambil meneriakkan ‘Auwlohu Akbar’ membuat kita jijik dan malu sebagai manusia, betapa muslim bisa tidak punya empati dan emosi normal.

 

PENGGAL KEPALA SAMBIL TERIAK AUWLOHU AKBAR, ISLAMIKAH?

 

Bodoh sekali jika mengharapkan reformasi dari para individu atau budaya yang bergembira dan bersorak sorai melihat gambar-gambar keji demikian.
Orang bisa mempelajari budaya dan agama untuk mengerti secara abstrak tingkat kecerdasan dan psikis islam, tapi tetap saja tidak bisa sepenuhnya ‘mengerti’ kedalaman tingkat kebinatangan yang mencengkeram hati dan pikiran ‘orang barbar baru’ ini tanpa mencoba menempatkan diri kita dalam posisi mereka dan mencoba berpikir dan merasa seperti mereka, tapi upaya-upaya demikian hanya akan berakibat kehilangan kemanusiaan kita, jika tidak kehilangan kewarasan kita.

FAKTOR PENDIDIKAN DAN PENCUCIAN OTAK

Langkah pertama dalam proses apa saja dimana seorang individu menyerahkan diri sepenuhnya untuk apa saja kepada sebuah doktrin dan filosofi yang menuntut pengabdian dan pemisahan dari kenyataan ada pada keefektifan sekolah islam (madrasah, pesantren, dll) diseluruh dunia.

Ini adalah rahasia sukses dari berbagai kelompok garis keras islam, dimana jutaan anak-anak kecil yang miskin dan mudah terkagum-kagum dibuat sepenuhnya tidak tahu akan dunia sebenarnya dan secara umum tidak mengerti apapun kecuali tafsir islam saja. Sekolah-sekolah ini sering membuat anak-anak muda yang sempurna untuk menjadi mesin Jihad.

Dengan dukungan dari pemerintah, keluarga dan tradisi budaya, sekolah demikian terus menerus melayani metoda indoktrinasi utama islam. Quran dilantunkan berulang-ulang, dihafalkan lalu dilantunkan lagi. Setelah dianggap cukup menghafal materi-materi kebencian terhadap kafir (yahudi, kristen dan penyembah berhala lain) yang dibutuhkan, mudah saja bagi mereka yang telah dicuci otaknya untuk melangkah keluar sekolah, mengambil senjata dan mulai membunuhi para kafir.

Kita semua tahu (karena ini kenyataan dan telah berulang kali terjadi) bahwa “pengulangan adalah guru yang terbaik”. Pengulangan dan konsistensi, benar-benar adalah guru yang paling efektif dan terbaik, dimana para santri menerima dosis berat mereka bersamaan dengan sholat wajib lima waktu.

Bagi muslim, sholat adalah hubungan pribadi dimana pertanyaan-pertanyaan diajukan dan jawaban mereka harapkan. Tuhannya islam tidaklah bisa dijangkau dan tidak dikenal, dan pastinya diatas segala hal yang berhubungan dengan berbagai kebutuhan manusia. Semua instruksi dan jawaban sudah ada dalam Quran, perkataan dan perbuatan Muhammad, dan menjadi kewajiban para muslim untuk menerima penjelasan dari ulamanya mengenai bagaimana wahyu tersebut diterapkan dalam hidup keseharian mereka.

Seperti sholat lima waktu yang lebih menggambarkan sikap tunduk/pasrah bukannya permohonan pertolongan dalam level pribadi. Sikap pengabdian total, sholat yang diulang-ulang, lebih terlihat sebagai penghipnotisan untuk mendorong komitmen kepada semua tujuan dan Prinsip-prinsip islam.

Lalu ada kekuatan sosio-emosional dari ‘kelompok pemikir’. Dalam semua pertemuan muslim (khotbah Jum’at, pengajian, penguburan, aksi protes atau demonstrasi, dll), sorak sorai dari massa yang mengangkat tinggi tangan yang dikepalkan sambil berteriak “Auwlohu Akbar” punya efek sosio-emosional yang sama seperti awal tahun 1900-an ketika orang-orang Jerman mengangkat tangan dan berteriak “Heil Hitler!”

Individu-individu yang lemah dan tak berdaya serasa mendapat hentakan tenaga, merasa diterima dalam sebuah golongan dan dihormati dalam sebuah kelompok, semua itu mereka terima dengan cara mengabdikan diri pada kelompok, dengan demikian mereka memakai jubah kelompok untuk menutupi kelemahan dan ketidak berdayaan mereka, jubah tersebut membuat pemakainya merasakan kekuatan yang datang berikut rasa ‘mabuk’ kehebatan dan ‘mabuk’ mandat ilahi untuk berperang.

FAKTOR MENGATASI EMPATI

Manusia lahir dengan mekanisme internal yang berfungsi baik untuk masing-masing individu maupun untuk spesiesnya. Beberapa mekanisme itu ada yang berupa emosional, termasuk kecenderungan alami untuk berempati kepada sesamanya. Empati adalah kemampuan untuk melihat dan merasakan hal-hal dari sudut pandang orang lain. Empati memainkan peran penting dalam membujuk individu untuk melakukan aktivitas mereka agar tidak melukai atau mencederai orang lain.

Seseorang yang belum kehilangan kemampuan untuk berempati dan belas-kasih ‘merasa’ ada sebagian kemarahan dan luka yang dialami sang korban didalam dirinya. Seseorang akan begitu merasakan respon yang dirasakan orang lain dengan membantu orang tersebut bebas dari rasa menyakitkan tersebut, dan dengan melakukan hal demikian, otomatis dia juga membebaskan dirinya dari empati rasa sakit yang sama.
Perasaan Empati sangat alami pada anak-anak, dengan berkembangnya kemampuan pengenalan diri dan lingkungan dan dipertajam lagi ketika anak-anak lahir dan insting orang tua menjadi makin aktif. Seseorang yang kehilangan rasa empati tidak merasakan apapun ketika melihat atau mendengar sesamanya dalam kesakitan, dan mereka yang malah merasa nikmat ketika melihat atau/dan mendengar penderitaan orang lain, empatinya telah rusak lebih parah lagi, dan bisa dibilang mempunyai penyakit emosi/mental.

Narsisisme adalah salah satu penyakit mental dimana dicirikan oleh kurangnya rasa empati dan penipuan diri, ini adalah penyakit yang kebanyakan diderita oleh para orang lalim dalam sejarah dunia.

FAKTOR MENUTUP HATI NURANI

Perasaan internal alami lain juga diprogram kedalam jiwa manusia, termasuk keinginan untuk kebebasan dan nurani. Nurani didefinisikan sebagai perasaan moral internal yang membuat kita mampu membedakan benar dan salah, dan yang menunjukkan jalan untuk tingkah laku moral kita. Ini adalah ‘gut-feeling’ akan benar dan salah, yang ditunjukkan hati kita ketika kita bertindak sehari-hari oleh impulse yang mengendalikan kita.

Empati secara normal juga menjadi bagian dari kompas jiwa kita ini, tapi nurani secara pengertian dan spiritual lebih penting dari sekedar empati biasa. Semua kode-kode ini tertanam dalam pikiran dan hati kita dan membimbing kita sbg individual dan sebagai spesies, karena tanpa menempatkan tingkah laku kedalam standar umum baik dan benar, evolusi sosial tidaklah akan mungkin terjadi.

Ini alasan kenapa masyarakat primitif pun selalu mempunyai perkataan (kosa-kata) yang membedakan mana yang baik dan mana yang jelek. Meski tidak setiap komunitas masyarakat mempraktekan standar universal yang sama, tapi telah dikenal dengan baik bahwa hampir semua komunitas selalu punya kode-kode moral dan etika untuk mengenal mana hal baik dan mana hal jahat.

Kode-kode itu, contohnya, menghormati orang lain dan harta miliknya, kesetiaan atau ketaatan satu sama lain, berbicara jujur, memegang janji, menghormati hubungan kekerabatan, menolong yang miskin, lemah dan cacat. Kode-Kode ini muncul sebagai jawaban akan hati nurani kita dan secara umum dianggap sebagai tanda dari moral yang baik.

Karena masing-masing kita mengharapkan keamanan diri dan harta, bebas beribadah, pengadilan yang adil, sistem hukum yang fair & tidak diskriminatif, kebebasan berpendapat dan bicara, kebebasan berekspresi, dll. Semua fakta-fakta ini, seiring waktu, muncul menjadi apa yang disebut Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka yang melanggar HAM ini oleh negara-negara berkembang/maju dianggap sebagai musuh umat manusia.

FAKTOR SUPERIORITAS ISLAMIK

Bagi seseorang yang membuang atau mengabaikan standar-standar alami diri mereka, yang membimbing tingkah laku mereka terhadap sesama, sebuah kekuatan atau faktor tertentu pastilah telah tertanam dalam benak mereka hingga menghancurkan perasaan yang secara alami telah ada dalam diri manusia.

Terdapat banyak cara untuk mencapai itu, baik secara individu maupun masyarakat, dan berbagai metodologi terus dikembangkan dan diterapkan dengan hasil-hasil yang terukur dan bisa diperkirakan sebelumnya, seperti yang telah terjadi dalam kasus-kasus pada setiap aliran politik, maupun sekte agama, yang bertingkah laku buruk sekali terhadap mereka yang tidak menjadi anggota mereka, atau terhadap mereka yang dianggap hina oleh mereka.

Islam Fundamental mengajarkan superioritas muslim atas non muslim, segregasi sosial, kebencian terhadap kafir, dan pemusnahan mereka yang menentang lewat penundukan dan dominasi, kematian dan penghancuran. Kita lagi-lagi harus berpaling melihat Quran untuk melihat pembenaran yang dilakukan muslim atas tindakan-tindakannya:
  • Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memasuki mesjid-mesjid Auwloh, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. (9.17)
  • Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini (9.2#)
  • Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu (9.123)
  • Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Auwloh dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Auwloh dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Auwloh), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (9.29)
  • Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. (2.90)
  • Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (3.110)

Muslim yang secara alami percaya pada semua ayat-ayat Quran, ditanamkan dalam benak dan jiwanya sejak kecil, yang lalu melesat keluar dalam penampilan dan tingkah laku sosialnya, dan mengubah dia menjadi seorang sektarian berpikiran sempit.

Pendekatan psikologi ini adalah sumber dari semua fundamentalisme. Cuma mitos saja jika ada yang mengatakan bahwa Islam mnyarankan hubungan baik dengan “People of the Book” (Ahli Kitab, atau Yahudi & Kristen).

Jika ini saja belum cukup, kita bisa mengacu pada hal-hal yang dikatakan sang nabi. Hadis Sahih Muslim, bab 71, jelas menyatakan bahwa Islam adalah agama untuk semua manusia dan menggantikan semua agama-agama lain. Artinya bahwa Muslim lebih hebat dari non muslim dan punya hak sejak awal untuk mendominasi mereka. Ini sebabnya kenapa Islam menyebut dirinya Din-e-Ghalib, agama dominan.

Jelas, orang-orang yang percaya pada agama —yang diklaim sebagai— yang terbaik itu lebih superior dari orang lain, dan muslim fundamentalis harus sepenuhnya mengasimilasi perasaan superioritas ini sebelum mereka bisa bertingkah laku tanpa nurani terhadap makhluk-makhluk non-muslim yang lebih rendah dari mereka.

Seperti telah disebutkan, langkah pertama bagi pembunuh sesama, pertama-tama adalah dehumanisasi para korbannya dalam benak mereka. Maka langkah kedua adalah mempunyai rasa superioritas islamik, ini menjadi fondasi dari moral islam, seiring waktu menggantikan semua insting bawaan atau alami yang lebih superior.

FAKTOR BIRAHI

Sepanjang sejarah manusia, perampok, bandit dan para tentara menarik anak-anak muda kedalam kelompok mereka secara mutlak atau secara tegas mengiklankan kesempatan untuk memperkosa dan menjarah, tapi islam menambahkan sebuah daya tarik baru.

Berhasil dalam jihad bukan hanya mendapatkan kehormatan, jarahan dan keistimewaan dalam hidup ini, tapi juga dalam kehidupan berikutnya. untuk mengerti kekuatan hebat yang mendorong anak-anak muda berjihad, kita harus bertanya, apa yang diharapkan mereka disurga nanti?

Para ulama biasanya malu-malu ditanya hal ini dan bahkan ada yang berpura-pura dengan mengatakan bahwa semua itu bukanlah berbentuk fisik tapi sebuah kondisi pikiran saja. Tapi dalam kenyataannya “Surga islami” adalah godaan terbesar untuk ikut serta aktif dalam Jihad, khususnya para pria muda.

Alasan yang dijelaskan Quran begitu baiknya dan mendetil hingga bisa dianggap sangat efektif dipakai untuk alat rekrutmen. “Wahyu atau Ayat.” Perkataan Tuhan itu ‘turun’ pada awal perjalanan kenabian Muhammad, ketika dia baru mulai mengumpulkan atau merekrut anak-anak muda ke dalam pasukannya.

Penjelasan surga diterangkan dengan lingkungan penuh kemewahan, diramaikan oleh Houri dan juga Ghilman. Houri adalah perawan-abadi yang sangat cantik dengan mata jeli dan dada montok. Ghilman adalah anak-anak lelaki yang cantik dan awet muda, seperti mutiara, berpakaian sutra dan brokade dilapisi perak (kelihatannya dimaksudkan untuk memuaskan gaya hidup jaman dulu). Auwloh menjamin untuk setiap lelaki muslim dan jihadis, mendapatkan tidak kurang dari tujuh puluh dua Houris (bidadari perawan) dan banyak lagi Ghilman.

Untuk memastikan orang yang beruntung ini mampu melayani perempuan sebanyak itu, Auwloh sudah memikirkan semuanya, Dia menambah kekuatan seks tiap orang itu menjadi seratus kali lipat! Hasrat birahi dan seks untuk penghuni tempat demikian menjadi dorongan yang hebat demi pembenaran moralitas islam, dan kenapa para muslim (biasanya yang depresi dan putus asa) siap mempraktekan moralitas menyimpang tersebut lewat jalan kekerasan.

Mereka yang menyerahkan psikis mereka kedalam bujukan kekerasan jihad sepenuhnya mengharapkan bisa memakan makanan surga, minum arak surga dan menikmati birahi surga tanpa batas.

Kepercayaan mereka yang kuat akan kuasa intersesi dari Muhammad (kuasanya untuk memberi tempat bagi para pengikutnya di surga apapun tindakan mereka), mengilhami mereka untuk mengikuti teladannya hingga menjadi pejuang jihad.

Ini merupakan tawaran yang ‘tak ada ruginya’, jika berhasil dan masih hidup bisa menikmati kesenangan birahi dengan memperkosa, kesenangan fisik dengan menjarah harta, jika gagal dan/atau mati tetap bisa menikmati kesenangan tersebut di dunia berikutnya.

Jadi hasilnya apapun tetap enak pahalanya, terjamin. Auwloh menjanjikan segala macam pahala, kerakusan dan seks tak terbatas bagi pria muslim yang membunuh kafir dalam namanya. Dia janjikan jika berperang atas namanya baik dia terbunuh atau membunuh tetap terjamin masuk ke taman surga, dimana Auwloh akan “menikahkan kita dengan Houris yang cantik dan murni”, dan menyatukan kita dengan ‘bidadari bermata jeli’ yang berjajar bertelekan dipan-dipan, siap untuk diterkam.

Ditempat ‘penuh seks’ itu para jihadis dijanjikan makanan dan minuman yang enak-enak, yang dilarang di dunia boleh mereka makan saat itu, dan mendapat seks juga dengan “anak-anak lelaki cantik seperti mutiara” dan “awet muda dalam umur seperti mutiara yang berserakan”. (Lihat Quran 9:111, 56:54, 56:20, 56:19, 56:24, 76:19, dan The Tidings: 30).

Satu-satunya kegagalan untuk mendapatkan semua ‘hal’ menggairahkan tersebut (dan berakhir di neraka), adalah gagal melakukan peperangan terhadap kafir. Auwloh memperingatkan hal demikian:
“Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Auwloh menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. Auwloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q 9.39)

Dengan ini, lewat ketakutan, kepalsuan, kerakusan dan birahi, Islam masuk dan mengilhami hati nurani para pribadi, mewujudkannya dalam bentuk kejahatan yang mengerikan terhadap umat manusia di dunia. Setelah rakyat Taif —Kota besar Arab terakhir yang menentang Islam— menyerah di bulan Februari 631 M, untuk menghindarkan penduduknya dari bencana yang lebih mengerikan, Muhammad dihadapkan pada tiga orang perempuan cantik; dia berikan satu kepada Ali, yang satu lagi pada Usman dan yang ketiga pada Umar. Agar menyadari arti pentingnya episode ini, kita harus ingat bahwa baik Ali maupun Usman adalah menantunya dan Umar adalah mertua anak gadis muhammad, atau besan-nya sendiri.

Muhammad secara terus menerus menjanjikan pada para pengikutnya yang mau berperang baginya bahwa jika mereka mati akan diberi pahala masuk ke dalam sebuah taman surga yang penuh dengan “perawan-perawan abadi,” masing-masing lelaki mendapat jatah 72 perawan. (Surat 44.51-56; 52.17-29; 55.46-78). Mohon maaf, bagi para jihadis perempuan, anda akan tinggal gigit jari saja karena tak ada jatah ngesex bagi kalian. Maaf, anda kurang beruntung.

Semakin banyak pejuang yang kalah dalam peperangan semakin mendetil cerita surga yang dia katakan. Tipuan surga hebatnya berhasil, dan lebih hebat lagi sampai sekarang juga masih sukses menipu orang, meski ketidak-mungkinan menikmati seks fisik tanpa tubuh fisik.

Tapi mungkinkah Tuhan Pencipta Alam Semesta tega melakukan itu, mau menghadiahi kenikmatan surgawi bagi orang yang membunuh sesamanya, atau mereka (jihadis) itu hanya akan ditertawakan saja ketika rohnya sampai di surga sana? Anda pikir saja sendiri.

FAKTOR MEMBENCI DIRI SENDIRI

Dengan rasa superioritas yang dipupuk dengan seksama, rasa rendah diri mereka ternyata tetap tidak hilang. Seperti yang diterangkan dalam politik dan Ekonomi Islami, mustahil negara-negara islam mampu berkompetisi dengan kebebasan politik dan ekonomi dunia lain.

Semua usaha untuk ‘mengejar’ ketertinggalan, dengan masih tetap berada didalam konteks islamik akan terus gagal. Tapi dengan segala kebencian membabi-buta mereka terhadap Barat, kebanyakan muslim sebenarnya telah ‘di-Barat-kan’ sampai tahap tertentu, ini berujung pada kebencian akan diri mereka sendiri sampai tahap tertentu pula.

Pakaian & style Barat lebih suka mereka pakai, bahkan ketika mereka berkonvoi, berpawai, berdemo sambil meneriakkan “Death to America”, dan orang-orang yang sama pula bisa kita temukan sedang berbaris di berbagai kedutaan negara-negara Barat, mencari kehidupan yang lebih baik di dunia Barat. Bahkan pakaian Osama juga setengah Barat dan persenjataan serta perlengkapan dia malah sepenuhnya ciptaan Barat.

Orang-orang islam sebenarnya secara total bergantung pada Barat dan demokrasi itu sendiri diartikan sebagai mengorganisir, berkomunikasi dan menyerang negara atau masyarakat dan kultur Barat itu sendiri. Jadi tiap hari ada pelecehan individu disini, tanpa jalan keluar yang praktis, dimana menimbulkan kemarahan dan kecemburuan yang diperparah dengan bualan teori-teori konspirasi yang mereka percayai.

Didalam pola pikir dan konstruksi mentalitas demikian, sebuah elemen kebencian diri tumbuh dan berkembang dalam benak para muslim. Jika digabung dengan pikiran bahwa korban-korbannya selalu pasti bersalah karena tidak percaya atau/dan menentang Muhammad, karena jika tidak maka para muslim yang rasional juga akan mengubah diri mereka menjadi para jihadis dan siap membunuh mereka yang tidak percaya itu.

FAKTOR KEPATUHAN MEMBUTA PADA MUHAMMAD

Seperti yang diketahui oleh setiap orang yang mempelajari psikologi, tujuan fundamentalisme apapun adalah untuk memastikan para pengikutnya setia secara membuta. Ini dimungkinkan ketika seseorang dikondisikan untuk objek tertentu atau tujuan tertentu yang diartikan sebagai awal dari tujuan utama hidup mereka. Hasilnya, tujuan itu mulai mengabaikan tujuan-tujuan sampingan lain hidup mereka; apapun yang memelihara tujuan utama itu dianggap baik dan apapun yang menghalangi tujuan utama itu dianggap buruk.

Jelasnya, orang harus berhenti berpikir untuk diri mereka sendiri, khususnya dalam terma moralitas. Seperti orang-orang Marxis yang dicuci otak atas nama proletarianisme dan segala hal yang mendukungnya, para muslim juga dikondisikan terhadap Satu pribadi saja yaitu Muhammad, yang diproyeksikan sebagai penyelamat mereka, punya kuasa penuh untuk menempatkan mereka dalam surga (seks dan kenikmatan).

Untuk kepatuhan total, mereka bebas untuk melakukan moralitas yang paling mereka sukai seperti berbohong, memperkosa, membunuh, mencuri dan menipu tanpa kehilangan hak untuk masuk surga, karena telah mutlak dijamin dengan iman mereka terhadap si nabi.

Bagi mereka yang telah berada dalam kondisi demikian, pemakaian kekerasan untuk memastikan majunya agenda politik dan teritorial atas non muslim lalu menjadi standar utama moralitas islam yang mana tindakan demikian sebenarnya bisa dinilai jelek. Ini juga menjelaskan sistem penjara Palestina yang disebut ‘revolving door’ sebuah konsep bagi sesama muslim yang tertangkap melakukan kejahatan terhadap orang-orang Israel.

Islam menyatakan bahwa Muhammad adalah nabi terbesar dan terakhir. Perbuatan dan metoda dia menjadi sebuah keimanan yang harus ditiru. Seorang muslim yang tidak mau memaksakan islam kepada orang lain dianggap muslim yang kurang beriman.

Hasilnya, setiap muslim mencari kesempatan untuk mendemonstrasikan besarnya iman mereka dengan mengganggu non muslim, dan bahkan menyerang saudara mereka sendiri yang kelihatan menyimpang dari. Ayat-ayat Quran banyak yang menjelaskan bahwa Jihad adalah pertukaran proposisi yang pasti bagi para muslim (yakni surga karena membunuh kafir atau terbunuh ketika melakukan jihad itu dan tetap masuk surga).

Sesungguhnya Auwloh telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Auwloh; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Qs 9.111)

“Ketahuilah bahwa surga ada dibawah bayang-bayang pedang.” (Sahih Bukhari 22:73)

Organisasi teroris islam adalah yang paling merusak dan paling keji karena mereka mengirim anak-anak muda mereka untuk terbunuh atas nama jihad sambil sekalian merenggut nyawa orang-orang tak bersalah. Para pemimpin dan imam-imam mempromosikan kebrutalan demikian dengan sadar sebagai alat taktikal, tapi psikologis kejam yang mendasari kelakuan itu datang langsung dari doktrin Islam.

FAKTOR PEMIKIRAN KELOMPOK

Karena tidak ada hal baik bisa muncul dari pihak islam dan para pengikutnya, tanpa islam seorang muslim berada dalam bahaya kehilangan rasa kepemilikan. Dengan segala hal diluar islam dikeluarkan karena dianggap najis, para muslim akan sepenuhnya merasa ‘hilang’ jika dicerabut dari identitas dan hubungan keislaman mereka, dan jangan punya pikiran sedikitpun untuk mengabaikan ‘iman’ mereka.

Bersamaan dengan ancaman api neraka, hukuman mati yang pasti juga menunggu para muslim yang berani menentang metoda dan tujuan-tujuan islam, itu sebabnya kenapa memikirkan hal demikian pun dianggap penghujatan dan menimbulkan perasaan panik bagi kebanyakan muslim. Menjadi anggota dari umat islam memberinya kekuatan, keyakinan dan rasa memiliki serta superioritas yang mana tidak akan dia dapatkan jika keluar islam. Sensasi superioritas palsu ini lalu menjadi sebuah perangkap psikologis dan emosional.

Mereka yang terperangkap didudukkan pada gambaran diri yang didukung hanya oleh perkataan dan keberanian tanpa berdasarkan kenyataan. Ketika dihadapkan pada rasa takut dan tidak aman, gambaran diri ini mengubah manusia normal menjadi manusia yang berpikiran salah dan membuat dia buruk dalam menilai sesuatu, termasuk melakukan atau mendukung kefanatikan dan bahkan sampai pembunuhan juga.

Sejarah mengajarkan kita bahwa sekelompok orang, atau kadang bahkan seluruh bangsa, bisa menderita akan delusi berbahaya ini. Orang hanya perlu berkaca kebelakang, ke abad terakhir ketika jutaan orang Jerman percaya mereka adalah ‘ras terbaik’ dan orang Jepang percaya kaisar mereka adalah ‘Tuhan’ dan Asia ditakdirkan untuk jadi milik mereka.

Selama beberapa dekade, kebanyakan orang Rusia dicuci otak untuk percaya bahwa komunisme adalah sistem sosial dan ekonomis yang ideal, mereka lupa akan jutaan orang yang meninggal di gulag-gulag Soviet dan kebangkrutan spiritual mereka sendiri. Sekarang, meski ada sejarah panjang kekalahan dan kelaliman, para muslim fundamentalis diseluruh dunia mengalami delusi massa yang persis sama, percaya bahwa islam ditakdirkan untuk mendominasi dan memerintah seluruh dunia.

FAKTOR “SIA-SIA SAJA MELAWAN”

Ini berupa faktor sosial dan psikologis. Sebuah sistem saling ketergantungan yang menjamin kelanggengan pemerintahan islam. Faktor ini harus ada beriringan dengan struktur politis dan ekonomis yang sefaham.

Saling ketergantungan ini bertindak sebagai paksaan atas partisipasi individu dalam sebuah masyarakat yang organisasinya telah dikondisikan sedemikian. Keseluruhan struktur sosial, politis, psikologis, ekonomis dan religiusnya serta juga praktek-prakteknya mendorong upaya-upaya yang berarti untuk pemaksaan keterlibatan para anggotanya, dan agar melanggengkan keberadaannya. Ini sebenarnya adalah perangkap; dilihat dari sudut manapun, kemungkinan lolos dari ketergantungannya nyaris tidak mungkin.

Bagi muslim miskin yang tidak tahu jalan lain, kelihatannya satu-satunya jalan keluarnya adalah lewat pedang. Pikirkan saja hal-hal berikut ini:
  • Kebencian diajarkan dari lahir, dan muslim diwajibkan menyebarkan islam.
  • Anda hidup dalam ketakutan karena kemungkinan ada orang yang berkomplot menuduhmu sebagai ‘muslim yang palsu’
  • Anda harus mendukung dan mendanai para ulama dan tujuan-tujuannya, karena tidak melakukan itu berarti keluarga anda akan dikucilkan, jika tidak dibunuh.
  • Anda tidak bisa keluar dari organisasi dan gabung dengan organisasi agama lain; pengkhianatan demikian harus dihukum mati.
  • Segala tindakan atau ucapan yang menentang dicap sebagai penghinaan bagi muslim, atau penghujatan dengan hukuman yang mengerikan.
  • Rasa takut merusak iman, tanpa iman tidak ada hal permanen yang bisa dimulai atau dibangun dan tiap orang dijamin hidup sengsara dalam kondisi takut dan miskin.
  • Tidak bisa mengritik “agama terbaik”, oleh karena itu kondisi sengsara anda harus mencari kambing hitam, kambing hitamnya adalah orang kafir.
  • Satu-satunya jalan untuk aman adalah mengambil keuntungan di negara-negara islam, mendukung dan berpartisipasi dalam proses-proses islam yang metode-metodenya sering keji.
  • Membunuh kafir (atau muslim jelek) atau terbunuh dalam proses tersebut menjadi tawaran satu-satunya yang menjamin surga dan jalan keluar dari kesengsaraan anda.

Kesimpulannya, para muslim menderita rasa superioritas buta, meski mereka rendah kapasitas secara teknis dan intelektualitas. Ini berujung pada kebencian diri dan frustrasi setelah mengetahui kondisi mereka sebenarnya. Tidak ada jalan untuk keluar dari rasa malu yang tak berkesudahan, digabung dengan janji-janji kekayaan, seksual dan kehormatan, baik di hidup yang sekarang maupun nanti setelah mati.

Jadi dengan menyerah pada tujuan-tujuan islam, para muslim menempatkan diri mereka terhimpit diantara batu dan dinding keras. Dalam kenyataannya mereka sebenarnya bisa keluar dari keputusasaan tersebut, hanya mereka belum tahu. Mereka dicengkeram oleh pilihan terbatas dari kombinasi ketakutan dan kebodohan.

Apakah benar Tuhan Yang Maha Esa, pencipta Jagat raya ini menciptakan sebuah tatanan sosial yang menghilangkan pilihan-pilihan pribadi dan memupuk hasrat membunuh sesama manusia? Mengabadikan kesengsaraan dan keputusasaan? Apakah agama yang mengklaim dirinya sendiri sebagai agama Terakhir, Terbaik dan Terbesar ini benar? Jika bukan Tuhan, lalu siapa yang menciptakan masyarakat sosial yang demikian ‘sempurna’ dalam hal merusak ini? Masyarakat dimana anda harus membunuh atau terbunuh untuk bisa selamat Dunia Akhirat?

Sadarlah saudaraku muslim. Jangan benamkan kepalamu di dalam pasir dan memperkosa hati nuranimu sendiri. Tak usah takut dengan ancaman neraka palsu yang dikatakan si manusia cabul muhammad.


God is love, Hate is evil.
Tinggalkan kepalsuan islam sekarang juga!!!

5 komentar:

  1. Mustahil Kristen bisa menjawab
    pertanyaan setingkat SLTP ini?
    1. Mana pengakuan yesus dalam
    Bibel bahwa dirinya tuhan, dan
    perintah untuk menyembah
    dirinya ?
    2. Mana keterangan dalam Bibel
    tentang Tanggal Lahir yesus dan
    perintah merayakan natal pada
    tanggal 25 Desember ??
    3. Mana perintah yesus untuk
    beribadah hari minggu ?
    4. Kenapa kristen meghallalkan
    berzinah ? apa dasarnya ?
    pemain bokep amerika 100%
    kristen dan tidak dilarang oleh
    agama kristen !
    5. Siapa orang yang pertama kali
    melukis wajah tuhan / yesus ?
    sertakan dalil yang kuat
    6. Apa agama yang di anut yesus
    ketika masih hidup ? kristen atau
    katolik ? sertakan dalil
    7. Mana dalil dalam
    bibel ,''asalkan percaya kepada
    yesus pasti masuk surga'' ? ada
    kata PASTI !!!
    8. Kenapa jumlah ayat bibel
    berbeda-beda, bibel indonesia
    berbeda dengan bibel amerika,
    dan negara lainnya. dan
    perbedaanya sangat jauh !
    9. Sebutkan siapa yang hafal
    bibel di luar kepala, walau 1
    surah saja !
    10. Kenapa agama kristen
    menghalalkan minuman keras ?
    apa dasarnya ?
    11. Kenapa agama kristen selalu
    mengamandemen kitab sucinya
    ''bibel'' ?
    12. Kenapa agama kristen
    meghallalkan makan
    anjing,babi,dan hewan najis
    lainnya ? apa dasarnya ?
    13. Jika yesus benar tuhan, tentu
    sangat diabadikan makam
    aslinya, dimana makam asli
    yesus, sebutkan alasan tentang
    kebenarannya !
    14. Kenapa yesus
    sembahyanag ? siapa yang ia
    sembah ?
    15. Kenapa yesus di baptis ?
    kenapa tuhan di baptis oleh
    manusia ?
    16. Mana dalil bahwa yesus yang
    menciptakan alam semesta
    beserta isinya ?
    17. Mana dalil tentang tuntunan
    sembahyang dengan bernyanyi ?
    18. Jika benar yesus tuhan.
    Kenapa tuhan rela mati demi
    makhluk ciptaanya sendiri ?
    dimaa derajatnya sebagai tuhan ?

    BalasHapus
  2. Ya Allah berikanlah hidayah dan rahmatmu untuk saudaraku ini ya Allah

    BalasHapus
  3. Tontonlah diyoutube dr.zakri naik, itu akan mengungkap semua pertanyaanmu dan akan membimbingmu kejalan yg benar, insyallah

    BalasHapus
  4. Tuhan macam apa yg disembah oleh orang yg memjatuhkan bom atom dan ribuan bom lainnya terhadap kota2 yg memgakibatkan puluhan juta anak2,perempuan,orang tua warga sipil menjadi korbanya?siapa Tuhan mereka?

    BalasHapus
  5. "jika manusia tidak memiliki rasa takut, dia akan merusak dirinya sendiri"
    Kaum muslim..Takutlah kepada Allah subhanahu wata'alla.
    Hanya kepada-Nya kita kembali.
    Jangan hiraukan ocehan2 yang cukup cerdas dengan seolah2 dia mengerti Islam. Padahal sebenarnya dia tdk memahami rukun2 jihad yg diajarkan Rasulullah salallahu alaihiwasallam.
    banyak sekali yg mengatasnamakan Islam demi kepentingan politik.
    Gold, Glory, Gospel ini masih tetap terjadi hingga sekarang.

    laa hawla wa laa quwwata illa billah..

    BalasHapus