Kamis, 14 Maret 2013

KLAIM BOHONG TENTANG PENGHAFALAN QUR’AN



I. PENDAHULUAN

Setiap muslim saat berbicara tentang sejarah Al-Qur’an akan menyatakan bahwa teks Al-Qur’an yang ada sekarang ini adalah sama persis seperti yang diturunkan kapada Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu tanpa adanya perubahan sedikitpun, tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan.
Sumber :

Studi Ulumul Qur’an

Telaah Atas Mushaf Ustmani

Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah
CV Pustaka Setia, Bandung, 2003, halaman 108 dan 193
Sesungguhnya kaum muslim telah bersepakat bahwa yang ditulis dalam mushaf-mushaf dan dihafalkan ribuan orang dan diperoleh dari ribuan orang juga adalah Al-Qur’an yang diturunkan Tuhan Semesta Alam kepada nabiNya, Muhammad SAW, tanpa ada penambahan didalamnya, dan tidak pula pengurangan …..
Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum di dalam mushaf sekarang, adalah Al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad SAW
Muslim mengklaim dan kesamaan dan kemurnian Al-Qur’an tersebut dijaga melalui hafalan yang luar biasa kuatnya.
Sumber :

Mukadimah Al-Qur’an
CV Toha Putra Semarang, 1989 halaman 21 Kendatipun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tetapi mereka mempunyai ingatan yang amat kuat….. Dengan jalan demikian banyaklah orang yang hafal Al-Qur’an. Surat yang satu macam dihafal oleh ribuan manusia, dan hafal sama sekalipun banyak.

Proses penghafalan itu bahkan mendapat supervisi langsung dari jibril dan Muhammad.
Sumber :
http://eramuslim.com/ks/us/5b/21762,1,v.html.

Selain itu malaikat Jibril as membacakan kembali ayat demi ayat Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW pada malam-malam bulan Ramadan pada setiap tahunnya……
Para sahabat senantiasa menyodorkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW baik dalam bentuk hafalan maupun tulisan. …. Dan mereka menyebutkan pula bahwa Zaid bin Sabit ra. adalah orang yang terakhir kali membacakan Al-Qur’an dihadapan Nabi.

Dan saat Muhammad SAW meninggal, ribuan sahabatnya telah hafal Al-Qur’an.
Sumber :
Ibid.
Kemudian Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah disaat Al-Qur’an telah dihafal oleh ribuan para shahabat dan tertulis dalam mushaf dengan susunan seperti disebutkan diatas

Menurut muslim, sarana utama dalam pemeliharaan Al-Qur’an adalah hafalan, sementara Al-Qur’an dalam wujud kitab atau tulisan hanyalah berfungsi untuk membantu hafalan.
Sumber :
Ibid
Rasullullah SAW telah mengangkat para penulis wahyu Al-Qur’an dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali bin Abi thalib ra, Muawiyah ra, ‘Ubai bin K’ab ra. dan Zaid bin Tsabit ra. Setiap ada ayat turun, beliau memerintahkan mereka menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembar itu membantu penghafalan didalam hati…… Dan dengan demikian, penulisan Qur’an ini semakin menambah hafalan mereka.

Jadi hipotesa muslim adalah :
1. Al-Qur’an tetap sama dari jaman Muhammad SAW dengan jaman sekarang
2. Kesamaan itu diperoleh dengan jalan hafalan yang sama dari sahabat-sahabat nabi dan generasi penerusnya.
3. Hafalan lebih utama daripada teks tertulis.

Apakah klaim ini benar? Atau hanya sekedar utopia?

Kita akan melihat dari satu sisi saja, yaitu tentang kiraah untuk membuktikan bahwa klaim-klaim muslim diatas tidak lebih hanyalah sekedar klaim hiperbolis tanpa dasar sama sekali.


II. TULISAN AWAL AL-QUR’AN

Al-Qur’an mushaf Usmani ditulis dalam huruf Arab yang masih sangat sederhana, yaitu tidak ada huruf hidup dan tidak ada titik diakrits untuk membedakan konsonan yang memiliki symbol sama namun beda pengucapan.
Sumber :

Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an

Taufik Adnan Amal
FKBA, Yogyakarta, 2001, halaman 273 Bentuk scriptio devectiva yang digunakan untuk menyalin Al-Qur’an ketika itu masih membuka peluang bagi seseorang untuk membaca teks kitab suci secara beragam. Selain non eksistensi tanda-tanda vocal, sejumlah konsonan yang berbeda dalam aksara ini dilambangkan dengan simbol-simbol yang sama, …

Sebagai contoh diberikan beberapa huruf konsonan Arabic yang mempunyai symbol sama namun dengan penambahan titik diakritis dapat diucapkan secara berbeda.

1. Huruf r (atas) dan z (bawah) memiliki symbol dasar yang sama.



2. Huruf d (atas) dan th (bawah) memiliki symbol dasar yang sama



3. Huruf j (atas) dan h (bawah) memiliki symbol dasar yang sama



Karena huruf yang digunakan masih sangat terbatas maka timbullah kesulitan pada saat muslim hendak membaca Al-Qur’an mushaf Usmani yang hanya mengenal huruf mati tanpa titik diakritis.
Sumber :

Orthographical Peculiarities in the Text of the Qur’an

M. Hamidullah,
Islamic Order, Vol. 3, no. 4, 1981, halaman 73

"When the Meccans, probably the first in Arabic, introduced a script for their language, importing it from Hira, as the tradition goes, on the eve of Islam, this script was crude and extremely defective. So much so that 22 out of 28 letters of the alphabet were always uncertain. To wit, if b, t, th, n, y, (i m q ã í) were written exactly alike - since there were no dots on them which now distinguish them -- so were j, h, and kh (u y ?), d and dh (sic) (Arabic letters), r and z (Arabic letters), s and sh …..

Ketika penduduk Mekah, mungkin yang pertama di Arab, memperkenalkan tulisan dalam bahasa mereka yang diadopsi dari Hira, huruf-huruf masih sangat sederhana dan tidak sempurna. Sehingga 22 huruf dari 28 huruf selalu tidak dapat dipastikan dalam penggunaannya. Jadi b, t, th, n, y (i m q ã í) ditulis dengan cara yang sama – karena tidak ada titik-titik pembedanya seperti yang dikenal sekarang – begitu juga j, h, dan kh (u, y), d dan dh, r dan z, s dan sh ………

Further, Arabic script has got the longer vowels (aa, ee, oo), but not the shorter vowels (a, i, u) in the alphabet. The result is that a trilateral word could be pronounced in as many as 69 different ways; for instance, they wrote BDR (Arabic), and pronounced badr, bidr, budr, badar, bidar, budar, badran, badrin, badrun, etc.

Lebih lanjut, tulisan Arab memiliki vokal panjang (aa, ee, oo) namun tidak vokal pendek (a, i, u) dalam huruf-hurufnya. Hasilnya adalah jika ada 3 HURUF dapat diucapkan dalam 69 CARA YANG BERBEDA. Sebagai contoh ,rangkaian huruf BDR, dapat dibaca badr, bidr, budr, badar, bidar, budar, badran, badrin, badrun dan seterusnya.
What is terrible in all this is that in the last three possibilities, badran meant "to a full moon", badrin "with a full moon", and badrun "a full moon has..."
Yang kacau adalah tentang 3 kemungkinan pembacaan terakhir, badran berarti “PADA TERANG BULAN”, badrin berarti “DENGAN TERANG BULAN”, dan badrun berarti “TERANG BULAN MEMILIKI …..”
How can, for instance, "God has said," "one said to God" and "one asked the help of God" be alike, yet in the Arabic script, when the final vowel is not marked (allahu, allaha, allahi), it is impossible to say whether the word "Allah" is in nominative case or accusative or else.
Bagaimana bisa, sebagai contoh : “ALLAH TELAH BERKATA”, “SESEORANG BERKATA KEPADA ALLAH” dan “SESEORANG MEMINTA PERLINDUNGAN ALLAHmemiliki tulisan yang sama. Dalam tulisan Arab, ketika huruf hidup terakhir tidak diberi tanda (allahu, allaha, allahi), menjadi tidak mungkin untuk mengetahui apakah Allah adalah PIHAK PERTAMA atau PIHAK PENDERITA atau lainnya.
The early Arabs guessed and deciphred (sic.) as best they could ……
This was on the eve of Islam. When Islam came things had to change for the better, yet only gradually."
Orang-orang Arab awal (saat membaca tulisan harus) MENDUGA dan MENGARTIKAN SUSAH PAYAH sebaik yang mereka mampu




Sebagai ilustrasi adalah contoh dengan kalimat bahasa Indonesia sebagai berikut :
Untaian konsonan KM KN MKN TH, pada saat disisipkan huruf hidup yang berbeda maka akan dapat dibaca sebagai :

1. KaMu aKaN MaKaN TaHu
2. KaMi aKaN MaKiN TaHu

Karena tulisan Arab yang digunakan oleh Usman hanya menggunakan huruf mati saja tanpa huruf hidup dan tanpa titik diakritis maka dapat diperkirakan akan timbul perbedaan dalam hal :

1. Penyisipan huruf hidup yang berbeda.
2. Penyisipan titik diaktritis yang berbeda sehingga menghasilkan konsonan yang berbeda.

Hal seperti inilah yang terjadi dengan AL-Qur’an. Munculnya perbedaan cara membaca karena perbedaan penyisipan huruf hidup dan perbedaan penambahan titik diakritis.


III. PERKEMBANGAN PENULISAN AL-QUR’AN

III.1. PENYEBARAN AL-QUR’AN DALAM BENTUK TULISAN

Dikisahkan setelah Usman menyalin Al-Qur’an yang resmi, maka dikirimkanlah copy Al-Qur’an itu kebeberapa daerah.
Sumber :

Muqqadimah Al-Qur’an
CV. Toha Putra , Semarang, 1989, halaman 25 Al-Qur’an yang telah dibukukan itu dinamai dengan Al Mushaf, dan oleh panitia ditulis lima buah Al Mushaf. Empat buah diantaranya dikirim ke Mekah, Syria, Basrah dan Kufah …..

Penyebaran Al-Mushaf itu disertai dengan pengiriman orang yang tahu bagaimana cara membacanya (maklum karena tulisannya tidak ada huruf hidup dan titik diakritis)
Sumber :
http://eramuslim.com/ks/us/5b/21762,1,v.html.
Penyebaran Islam bertambah dan para penghafal Al-Qur’an pun tersebar di berbagai wilayah. Dan penduduk di setiap wilayah itu mempelajari qira’at (bacaan) dari qari yang dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qiraat) Qur’an yang mereka bawakan berbeda-beda sejalan dengan perbedaan ‘huruf ‘ yang dengannya Al-Qur’an diturunkan.

Dalam perkembangan selanjutnya, tulisan Arab mulai berkembang dengan dikenalnya huruf hidup dan titik diakritis untuk membedakan huruf mati yang memiliki symbol yang sama. Sejalan dengan perkembangan tulisan ini maka penyalinan Al-Qur’anpun semakin maju dengan menambahkan huruf hidup dan titik diakritis tersebut.

Namun apa lacur, ternyata penambahan huruf hidup dan titik diakritis itu tidak berjalan dengan seragam. Sungguh mengherankan karena diklaim bahwa hafalanlah yang lebih utama dibandingkan tulisan. Jika hafalan sama maka penambahan huruf hidup dan titik diakritis sudah dapat dipastikan juga akan sama.


III.2. MUNCULNYA KIRAAH YANG BERBEDA-BEDA

Pengertian kiraah sendiri adalah :
Sumber :

Ulumul Qur’an

Prof DR. H. Abdul Djalal H.A
Dunia Ilmu, Surabaya, 2000, halaman 327 Qiraah adalah salah satu cara membaca Al-Qur’an yang selaras dengan kaidah bahasa Arab dan sanadnya mutawatir serta cocok dengan salah satu dari beberapa mushaf Utsman

Dari teks dasar mushaf Usmani itulah kemudian dikembangkan berbagai cara penulisan diberbagai wilayah dengan penambahan huruf hidup dan titik diakritis yang sayangnya dalam proses penambahan itu ternyata berbeda-beda antar satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Sumber :

http://islamlib.com/id/page.php?page=article&id=447

Merenungkan Sejarah Alquran
Luthfi Assyaukanie Otoritas bacaan bukanlah satu-satunya sumber yang menyebabkan banyaknya varian bacaan. Jika otoritas tidak dijumpai, kaum Muslim pada saat itu umumnya melakukan pilihan sendiri berdasarkan kaedah bahasa dan kecenderungan pemahamannya terhadap makna sebuah teks. Dari sinilah kemudian muncul beragam bacaan yang berbeda akibat absennya titik dan harakat …..

Jika saja sarana utama pemeliharaan Al-Qur’an adalah dari hafalan yang sangat kuat maka tidak akan muncul perbedaan penulisan Al-qur’an karena semua akan menghafal dengan cara yang sama.


III.3. CONTOH PERBEDAAN KIRAAH

Berikut diberikan beberapa contoh penyisipan huruf-huruf hidup dan titik diakritis yang mengubah makna ayat-ayat Al-Qur’an dalam kiraah yang berbeda.
Semua sumber diambil dari buku :

Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an

DR. Subhi As Shalih
Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001, bab III, halaman 129 – 135

Beberapa variasi dapat diringkas sebagai berikut.

III.3.1. Perbedaan Penyisipan Huruf Hidup

1. Merubah Kalimat Aktif Menjadi Pasif (contoh 1)


QS 2 : 37 :
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat [40] dari Tuhannya,

Transliterasi bahasa Arabnya adalah :
Fa talaqa aadamu min rabbihi kalimatin ………

Struktur konsonan Fatalaqa diatas terdiri dari untaian sbb :
F T L Q

Ayat diatas menurut kiraah Yaqub dibaca dan dituliskan sebagai :
Fa TuLQa aadamu min rabbihi kalimatin ………,
yang memiliki arti :
Kemudian kalimat disampaikan kepada Adam dari Tuhannya

Perhatikan perbedaan penyisipan huruf hidup yaitu :
Fa TaLaQa menjadi Fa Tu L Qa
Perbedaan penyisipan huruf-huruf hidup ini telah merubah kalimat dari bentuk aktif menjadi pasif.

2. Merubah Kalimat Aktif Menjadi Pasif (contoh 2)


QS 9 : 111 :
…. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. …..
Transilerasinya adalah :
…. fa yaqtuluuna wa yuqtaluuna

Struktur konsonan yuqtaluuna dan yaqtaluuna terdiri dari untaian yang sama yaitu :
Y – Q – T – L – N

Ayat diatas pernah ditulis dan dibaca sebagai :
Fa yuqtaluuna wa yaqtuluuna,
yang memiliki arti :
…. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka terbunuh atau membunuh. …..

Perhatikan bagaimana perbedaan penambahan huruf hidup telah membuat perbedaan tentang mana yang dituliskan dahulu, apakah Yaqtuluuna atau Yuqtaluuna.

3. Merubah Kalimat Perintah Menjadi Kalimat Berita Masa Lalu


QS 34 : 19 :
Maka mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami [1240]"
Transliterasinya adalah :
Faqaloo rabbana baa’id bayna asfarina …….

Struktur konsonan baa’id diatas terdiri dari untaian sbb :
B – D

Ayat diatas menurut kiraah Yaqub dibaca dan dituliskan sebagai :
Fatalaqoo baa’ada bayna asfarina …….,
yang memiliki arti :
Maka mereka berkata: "Tuhan kami telah menjauhkan jarak perjalanan kami [1240]"

Perhatikan perbedaan penyisipan huruf hidup yaitu :
Baa’iD menjadi Baa’aDa
Perbedaan penyisipan huruf-huruf hidup ini telah merubah kalimat dari bentuk perintah (jauhkanlah) menjadi kalimat berita dahulu (telah menjauhkan)

4. Merubah Kalimat Sekarang Menjadi Kalimat Akan Datang


QS 26 : 13
Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku
Transliterasinya adalah :
Wa yadeequ sadree wala yantaliqu ……..

Struktur konsonan yadeequ diatas terdiri dari untaian sbb :
Y - D- Q

Ayat diatas menurut kiraah Yaqub dibaca dan dituliskan sebagai :
Wa yadeeqa sadree wala yantaliqu ……..,
yang memiliki arti :
Dan akan sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku

Perhatikan perbedaan penyisipan huruf hidup yaitu :
Yadeequ menjadi yadeeqa
Perbedaan penyisipan huruf-huruf hidup ini telah merubah kalimat dari bentuk sekarang menjadi bentuk akan datang.

5. Merubah Obyek Tunggal Menjadi Obyek Jamak


QS 23 : 8
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Transliterasinya adalah :
Waallatheena hum li-amanaatihim wa ‘ahdihim ra’oona

Struktur konsonan amanaatihim diatas terdiri dari untaian sbb :
M – N – T – H – M

Ayat diatas pernah ditulis dan dibaca sebagai :
Waallatheena hum li-amanatihim wa ‘ahdihim ra’oona,
yang memiliki arti :
Dan orang-orang yang memelihara amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

Perhatikan perbedaan penyisipan huruf hidup (a panjang dengan a pendek) yaitu :
Amanaatihim menjadi amanatihim
Perbedaan penyisipan huruf hidup yang merubah pengertian jamak (amanat-amanat) menjadi tunggal (amanat)



III.3.2. Perbedaan Penambahan Titik Diakritis

1. Mengubah Pengertian Menjadi Bertolak Belakang


QS 2 : 259 :
………. dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, ….
Transliterasinya adalah :
wanthur ilaal ithami kayfa nunshizuha …….

Struktur konsonan nunshizuha diatas terdiri dari untaian sbb :
N – S – Z - H

Ayat diatas menurut kiraah Warsh dibaca dan dituliskan sebagai :
wanthur ilaal ithami kayfa nunshiruha …….,
yang memiliki arti :
………. dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyerakkannya kembali, ….

Perhatikan perubahan dari :
Nunshizuha (merangkai) menjadi nunshiruha (menyerakkan)
Perbedaan timbul karena huruf dasar Z dan R memiliki bentuk yang sama. Perbedaan hanya pada huruf Z ada titik diatas, sementara R tidak memiliki titik diatas. Jadi sebagian membaca sebagai Z, sementara yang lainnya membaca sebagai R.


IV. TUJUH HURUF

Perbedaan cara membaca Al-Qur’an diatas jelas membuktikan bahwa telah terjadi perbedaan dalam penambahan huruf hidup dan titik diakritis dalam komunitas muslim. Ini membuktikan bahwa komunitas muslim sangat tergantung dari teks tertulis.

Jadi untuk membela banyaknya versi Al-Qur’an yang berbeda-beda, komunitas muslim terpaksa harus mengklaim bahwa Al-Qur’an ditulis dalam “tujuh huruf”.
Sumber :

Ulumul Qur’an

Prof DR. H. Abdul Djalal H.A
Dunia Ilmu, Surabaya, 2000, halaman 329
Rasulullah SAW bersabda : “Bahwa sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh macam bacaan, maka kalian bacalah dengan cara yang mudah dari cara-cara itu.

Bahkan dilkaim berbagai cara bacaan itu dari jibril.
Sumber :
Ibid, halaman 329
Sesungguhnya RAsulullah SAW bersabda : “Malaikat jibril telah membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu cara membaca, tetapi saya minta dia mengulanginya sehingga saya selalu minta dia menambah cara bacaannya dan diapun selalu menambah bacaan kepadaku sehingga sampai berjumlah tujuh bacaan.

Atas dasar inilah kemudian Ibn Mujahhid hanya memilih 7 macam cara baca yang dianggapnya valid dari sekian banyak cara pembacaan Al-Qur’an yang disebabkan karena perbedaan penambahan huruf hidup dan titik diakritis.
Sumber :

http://islamlib.com/id/page.php?page=article&id=447

Merenungkan Sejarah Alquran
Luthfi Assyaukanie
Untuk mengatasi varian-varian bacaan yang semakin liar, pada tahun 322 H, Khalifah Abbasiyah lewat dua orang menterinya Ibn Isa dan Ibn Muqlah, memerintahkan Ibn Mujahid (w. 324 H) melakukan penertiban. Setelah membanding-bandingkan semua mushaf yang ada di tangannya, Ibn Mujahid memilih tujuh varian bacaan dari para qurra ternama, yakni Nafi (Madinah), Ibn Kathir (Mekah), Ibn Amir (Syam), Abu Amr (Bashrah), Asim, Hamzah, dan Kisai (ketiganya dari Kufah). Tindakannya ini berdasarkan hadis Nabi yang mengatakan bahwa “Alquran diturunkan dalam tujuh huruf.”

Dan Al-Qur’an yang sekarang beredar secara luas dikalangan muslim sebetulnya adalah cara baca menurut Hafs yang hanyalah salah satu dari sekian banyak cara membaca Al-Qur’an yang pernah eksis.
Sumber :
Ibid

Alquran dalam bentuknya yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah sebuah INOVASI yang usianya tak lebih dari 79 tahun. Usia ini didasarkan pada upaya pertama kali kitab suci ini dicetak dengan percetakan modern dan menggunakan STANDAR EDISI MESIR PADA TAHUN 1924. Sebelum itu, Alquran ditulis dalam beragam bentuk tulisan tangan (rasm) dengan teknik penandaan bacaan (diacritical marks) dan otografi yang BERVARIASI.
Edisi Mesir adalah salah satu dari ratusan versi bacaan Alquran (qiraat) yang beredar sepanjang sejarah perkembangan kitab suci ini. Edisi itu sendiri merupakan satu versi dari tiga versi bacaan yang bertahan hingga zaman modern. Yakni masing-masing, versi Warsh dari Nafi yang banyak beredar di Madinah, versi Hafs dari Asim yang banyak beredar di Kufah, dan versi al-Duri dari Abu Amr yang banyak beredar di Basrah. Edisi Mesir adalah edisi yang menggunakan versi Hafs dari Asim.

Namun hadis tentang tujuh huruf yang menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan cara baca yang berbeda-beda ini sangat mungkin adalah hadis palsu yang bertujuan untuk memberikan legitimasi atas kondisi dimana terlalu banyak versi Al-Qur’an yang beredar saat itu. Kita coba telaah satu kisah yang terekam tentang tujuh huruf berikut.
Sumber :

Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an

DR Subhi As Shalih
Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001, halaman 119

Diceritakan tentang percekcokan Umar bin Khatab dengan Hisyam bin Hakim sbb :

Pada suatu hari semasa Rasulullah masih hidup, aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca SURAH AL FURQAAN. Aku mendengarkan baik-baik bacaannya. Tapi tiba-tiba ia membaca BEBERAPA HURUF YANG TIDAK PERNAH DIBACAKAN RASULULLAH kepadaku sehingga hampir saja ia kuserang ketika ia sedang shalat. Akhirnya kutunggu ia sampai mengucapkan salam. Setelah itu kutarik bajunya. Aku bertanya kepadanya : “Siapakah yang membacakan surah itu kepadamu?”. IA MENJAWAB, “RASULULLAH YANG MEMBACAKANNYA KEPADAKU.” Kukatakan, “Engkau berdusta! Demi Allah, RASULULLAH TIDAK MEMBACAKAN SURAH ITU KEPADAKU SEPERTI KUDENGAR DARIMU.” Hisyam bin Hakim lalu kuseret menghadap rasulullah dan aku bertanya, “Ya Rasulullah, aku mendengar orang ini membaca surah Al-Furqaan dengan huruf-huruf yang tidak engkau bacakan kepadaku ketika engkau membacakan surah Al-Furqaan kepadaku.!” Rasulullah menjawab, “Hai Umar, lepaskan dia. Hai Hisyam, bacalah.” Hisyam kemudian membaca surah Al-Furqaan sebagaimana yang kudengar tadi. Kemudian rasulullah menanggapinya, “Demikian surah itu diturunkan.”. Beliau melanjutkan, “Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf, karena itu BACALAH MANA YANG MUDAH DARI AL-QUR’AN.” (Sahih Bukhari VI, hal 185)

Muslim biasanya berargumen bahwa perbedaan hanya sekedar perbedaan dialek. Inipun tidak tepat karena 2 alasan :

1. Umar dan Hisyam keduanya adalah ORANG QURAISH.

Sumber :
Ibid, halaman 125 :
Ibnu Abdulbir tidak membenarkan kalimat “tujuh huruf” tersebut bermakna “tujuh dialek” sebab : Kalau begitu halnya maka sejak mula kaum muslim tidak akan saling berbantah, karena hal itu merupakan bahasa alamiah mereka. Lagipula, baik UMAR DAN HISYAM KEDUANYA ADALAH DARI BANI QURAISY. MUSTAHIL UMAR MENYALAHKAN DIALEK HISYAM.

Satu hal yang SANGAT GANJIL dari penuturan hadis diatas adalah :
Muhammad pertama berkomunikasi dengan Jibril sekitar tahun 610 M
Umar memeluk Islam di tahun ke 6 kenabian Muhammad SAW (616 M)
Hisyam baru masuk Islam setelah penaklukan Mekah di tahun 8H / 629 M

Sementara menurut hadis di atas, Umar baru tahu bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam 7 huruf SETELAH HISYAM MASUK ISLAM DITAHUN 629 M ATAU 13 TAHUN SETELAH dia bergaul dengan Muhammad SAW dan menghafal Al-Qur’an.

Sungguh aneh, MUHAMMAD SAW YANG TELAH MENERIMA WAHYU JIBRIL SELAMA 19 TAHUN DALAM 7 HURUF TERNYATA TIDAK PERNAH MENGINFORMASIKAN HAL TERSEBUT KEPADA SAHABAT-SAHABATNYA.
manado.anti.islam


2. Diklaim al-Qur'an diturunkan dalam dialek Quraish

Sumber :

Muqadimah Al-Qur’an
Bab Satu, halaman 25


Tugas panitia adalah membukukan al-Qur’an, yakni menyalin dari lembaran-lembaran yang tersebut menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas ini Usman menasihatkan supaya :

a. mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Qur’an
b. kalau ada pertikaian antar mereka tentang bahasa (bacaan), maka haruslah dituliskan dalam menurut DIALEK SUKU QUIRAISY, SEBAB AL-QUR’AN DITURUNKAN MENURUT DIALEK MEREKA

Jadi terlihat bagaimana carut marutnya penjelasan diatas :
Umar dan Hisyam yang sama-sama orang Quraish, yang berbicara dialek Quraish, ternyata saling bertentangan dalam bacaan Qur’an dalam dialek Quraish, dan konon ada 7 macam Al-Qur’an dialek Quraish. Terus kemana sekarang 6 macam Qur’an dialek Quraish lainnya yang ternyata juga tidak diketahui oleh Umar hingga 13 tahun setelah bergaul dengan Muhammad SAW???


V. KOMENTAR ULAMA KUNO

Menarik untuk mencermati kutipan dari ulama-ulama kuno berikut.

1. Abu'l-Faraj Muhammad ibn Ishaq Al-Nadim

Mengarang buku yang sangat terkenal yaitu Fihrist yang berisi ulasan tentang buku-buku kuno Islam yang ditulis sebelumnya. Buku ini diselesaikannya pada tahun 987/988 M. Meninggal pada 17 September 995

Sumber :

The Fihrist - A 10th Century AD Survey of Islamic Culture

edited and translated by Bayard Dodge
Columbia University Press, 1970, halaman 62 :
He [Al-Fadl ibn Shadhan] said:
So far I have followed the Qur'anic copy of Ubayy ibn Ka ‘b. According to the statement of Ubayy ibn Ka‘b the total number of the verses of the Quran IS SIX THOUSAND, TWO HUNDRED AND TEN. The total number of the surahs of the Qur'an according to the statement of ‘Ata ibn Yasar is one hundred and fourteen, ITS VERSES ARE SIX THOUSAND, AND ONE HUNDRED AND SEVENTY, ITS WORDS SEVENTY-SEVEN THOUSAND, FOUR HUNDRED AND THIRTY-NINE, AND ITS LETTER THREE HUNDRED AND TWENTY THREE THOUSAND AND FIFTEEN.
According to the statement of ‘Asim al-Jahdari , THERE ARE ONE HUNDRED AND THIRTEEN SURAHS. The total number of verses of the Qur'an as stated by Yahya ibn al-Harith al-Dhamari IS SIX THOUSAND, TWO HUNDRED AND TWENTY-SIX, WHILE ITS LETTERS ARE THREE HUNDRED AND TWENTY-ONE THOUSAND, FIVE HUNDRED AND THIRTY.
Dia [Al-Fadl ibn Shadhan] berkata :
Selama ini aku telah mengikuti Qur’an menurut Ubbay bin Kaab. Menurut pernyataan Ubbay bin Kaab jumlah total ayat adalah Enam Ribu Dua Ratus Sepuluh (6.210). Total jumlah sura menurut Ata ibn Yasar adalah seratus Empat Bela s (114), jumlah ayatnya adalah Enam Ribu Seratus Tujuh Puluh (6.170), jumlah kata-katanya adalah Tujuh Puluh Tujuh Ribu Empat Ratus Tiga Puluh Sembilan (77.439), jumlah hurufnya adalah Tiga Ratus Dua Puluh Tiga Ribu Lima Belas (323.015).
Menurut pernyataan Asim al Jahdari, ada Seratus Tiga Belas Surah (113). Jumlah total ayat Qur’an menurut Yahya ibn Al-Harith al Dhamari adalah Enam Ribu Dua Ratus Dua Puluh Enam (6.226), jumlah hurufnya adalah Tiga Ratus Dua Puluh Satu Ribu Lima Ratus Tiga Puluh (321.530).

2. Menurut Ibn Kathir

Namanya Abul Fida Ismail ibn Abi Hafs Shihabuddin Omar ibn Kathir ibn Daw ibn Kathir. Lahir di Busra (Syria) tahun 1302 M, meninggal 1373 M. Mengarang kitab tafsir yang diakui oleh muslim sebagai satu yang terbaik.

Sumber :

Tafsir Ibn Kathir

Abridged, Volume 1, Parts 1 and 2 (Surat Al-Fatihah to Verse 252 of Surat Al-Baqarah)
Shaykh Safiur-Rahman Al-Mubarakpuri
Darussalam Publishers & Distributors, Riyadh, Houston, New York, Lahore
Januaury 2000, halaman 35 – 36 :


The Number of the Qur'anic Ayat
As for the count of the Ayat of the Glorious Qur'an, these are at least SIX THOUSAND. THERE IS A DIFFERENCE OF OPINION OVER THIS COUNT; some said the number is SIX THOUSAND, while some added TWO HUNDRED AND FOUR Ayat and some added FOURTEEN. Also, some added TWO HUNDRED AND NINETEEN, while some others added TWO HUNDRED AND TWENTY-FIVE OR TWENTY-SIX. Furthermore, others added TWO HUNDRED AND THIRTY-SIX, as Abu ‘Amr Ad-Dani said in his book, Al-Bayan.

Jumlah Ayat al-Qur’an
Tentang jumlah ayat Al-qur’an, paling sedikit ada Enam Ribu (6.000). Ada perbedaan pendapat tentang jumlah ayat ini. Beberapa menyatakan jumlahnya Enam Ribu (6.000), sementara yang lain menambahkan Dua Ratus Empat (6.204) ayat dan beberapa menambahkan Empatbelas (6.014). Juga, beberapa menambahkan Dua Ratus Sembilan Belas (6.219), yang lain menambahkan Dua Ratus Dua Puluh Lima (6.225) atau Dua Puluh Enam (6.226). Lebih lanjut lagi, beberapa menambahkan Dua Ratus Tiga Puluh Enam (6.236), sesuai yang dilaporkan oleh Abu Amr Ad Dani dalam bukunya, Al-Bayan
The Number of Words and the Letters of the Qur'an
As for the number of the words and the letters of the Glorious Qur'an, Al-Fadl bin Shadhan said that ‘Ata bin Yasar said they are, "Seventy-seven thousand, four hundred and thirty-nine words."
As for the number of letters of the Qur'an, ‘Abdullah bin Kathir said that Mujahid said, "This is our count of the letters in the Qur'an: THREE HUNDRED TWENTY-ONE THOUSAND ONE HUNDRED AND EIGHTY LETTERS." Further, Al-Fadl said that ‘Ata bin Yasar said that the Qur'an has, "THREE HUNDRED TWENTY-THREE THOUSAND AND FIFTEEN LETTERS." In addition, Salam Abu Muhammad Al-Hamani said, "Al-Hajjaj gathered the readers [of the Qur'an], THOSE WHO MEMORIZED IT, AND THE SCRIBES, and he asked them, ‘Tell me about the entire Qur'an, how many letters does it consist of?’ They said, ‘We counted THREE HUNDRED FORTY THOUSAND SEVEN HUNDRED AND FORTY LETTERS.’"
Jumlah Kata dan Huruf Dalam Qur’an
Tentang jumlah kata dan huruf dalam Qur’an, Al Fadl bin Shadhan berkata bahwa Ata bin Yasar berkata jumlah kata adalah “Tujuh Puluh Tujuh Ribu Empat Ratus Tiga Puluh Sembilan (77.439) kata”
Tentang jumlah huruf dari Qur’an, Abdullah bin Kathir berkata bahwa Mujahid berkata, “Inilah perhitungan kami tentang jumlah huruf dalam Qur’an : Tiga Ratus Dua Puluh Satu Ribu Seratus Delapan Puluh (321.180) huruf .” Lebih lanjut, Al Fadl berkata bahwa Ata bin Yasar berkata bahwa jumlah huruf Qur’an adalah Tiga Ratus Dua Puluh Tiga Ribu Lima Belas (323.015) huruf . Sebagai tambahan, Salam Abu Muhammad Al-Hamani berkata, “Al Hajjaj mengumpulkan pembaca Qur’an, mereka yang menghafal, berikut salinan-salinan Qur’an, dan bertanya kepada mereka, “Katakan padaku, berapa jumlah huruf dalamkeseluruhan Qur’an.?” Mereka berkata, “Kami menghitung ada Tiga Ratus Empat Puluh Ribu Tujuh Ratus Empat Puluh (340.740) huruf.”

Jadi setidak-tidaknya hingga era Ibn Kathir (1300-an M) atau sekitar 700 tahun setelah wafatnya Muhammad SAW ternyata belum ada Qur’an yang baku karena jumlah ayat dan jumlah hurufpun masih diperdebatkan.
Perdebatan yang masih mengemuka adalah :

1. Ada berapa ayat dalam Qur’an : 6.236 atau 6.226 atau 6.225 atau 6.219 atau 6.014 atau 6.210 atau 6.204 atau 6.170 atau 6.000?
2. Berapa jumlah huruf dalam Al-Qur’an : 340.740 atau 323.015 atau 321.530 atau 321.180?


VI. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tulisan Qur’an mushaf Usmani hanya terdiri dari huruf dasar konsonan sehingga memungkinkan pembacaan yang berbeda seturut dengan penambahan huruf hidup dan titik diakritisnya

2. Setelah disebarkan, dimasing-masing daerah muncullah cara pembacaan yang berbeda-beda seturut dengan penambahan huruf hidup dan titik diakritis versi masing-masing daerah. Akibatnya muncullah ratusan versi cara membaca Qur’an

3. Untuk menertibkan, maka ditahun 322 H (sekitar 300 tahun setelah Muhamamd SAW meninggal), oleh ibn Mujahhid dipilihlah 7 versi cara baca Qur’an yang dianggap valid.

4. Qur’an yang sekarang ini tidak lebih hanya satu versi dari cara baca Qur’an yaitu kiraah Ashim dengan perawi Hafsh yang juga dituliskan ulang di Kairo 1924/25

5. Munculnya berbagai cara baca Qur’an membuktikan bahwa komunitas muslim tergantung dari TEKS KONSONAN DASAR yang kemudian dikembangkan SECARA BERBEDA. Al-Qur’an tidak dijaga MELALUI HAFALAN KARENA HAFALAN YANG SAMA AKAN MENGHASILKAN TULISAN YANG SAMA.


6. Jadi klaim kemurnian Qur’an dijaga melalui hafalan tidak lebih adalah klaim bohong dengan tujuan untuk :

a. Memberikan bukti yang tidak akan dapat dikritisi secara ilmiah karena siapa yang dapat membuktikan hafalan Muhammad SAW, siapa yang bisa membuktikan hafalan Zaid bin Tsabit, siapa yang bisa membuktikan hafalan Usman karena orangnya sudah pada meninggal 1400 tahun yang lalu.
b. Melarikan diri dari pembuktian melalui KRITIK TEKSTUAL PERBANDINGAN TEKS KUNO QUR’AN

Sebagai penutup saya tambahkan satu kutipan dari Ibn al Nadim
Sumber :

The Fihrist - A 10th Century AD Survey of Islamic Culture

edited and translated by Bayard Dodge
Columbia University Press, 1970, halaman 57 : Thus saith Muhammad ibn Ishaq [al-Nadim]: I have seen a number of Quranic manuscripts, which the transcribers recorded as manuscripts from Ibn Mas‘ud. NO TWO QUR'ANIC COPIES WERE IN AGREEMENT and most of them were on badly effaced parchment.

Jadi dikatakan oleh Mhammad ibn Ishaq [al-Nadim] : Aku telah melihat sejumlah salinan Qur’an, dimana sang penyalin menyatakan sebagai mushaf Ibn Mas’ud. TIDAK ADA DUA SALINAN QUR’AN YANG SELARAS dan kebanyakan dalam kondisi rusak.

Jadi dimana klaim hafalan yang luar biasa kuatnya tersebut??

12 komentar:

  1. izinkan sy mrnyanpaikan TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, MUHAMMAD ROSUL ALLAH....... membahas satu ayat di dalam al quran sungguh luar biasa walau hal negatip, sungguh alquan, taurot, zabur dan injil kitab suci dari sang pencipta.......... sy meng imaninya..... amin....

    BalasHapus
  2. izinkan sy menyampaikan tiada tuhan selain ALLAH, MUHAMMAD rosul ALLAH...........
    BACA ATURAN INJIL JIKA RAGU BERLANJUT HUBUNGI ALQUR AN..... INGA.... INGA...

    BalasHapus
  3. saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan AllahMaha suci Allah dari apa-apa yang mereka persekutukan

    BalasHapus
  4. 1 - Qur’an adalah pedoman hidup, bukan sekedar buku bacan atau koran. Tulis menulis itu kebudayaan manusia, online wal offline, kertas wal html. Bro, Qur’an sangat cocok dengan kebudayaan itu, dan untuk itulah Qur’an cucok bagi manusia kita-kita nih... Aseeek.
    Saat baca Qur’an baik baca secara hafalan maupun baca tulisan, jiwa menjadi adem ayem. Plus doorprize pahala, tidak seperti kitab yang lainnya ruwet puyeng dan bikin bingung, apalagi kitab togel hehehe...
    Tulisan hijaiiyah harus ada titiknya mas bro, lengkap..., kalau titiknya hilang orang Indon susah bacanya... apalagi titik puspa atau titik kadarsih nya hilang, bisa ribut orang sekabupaten... eh... se Indon.

    2 - Kalau di sebar di madura ama medan juga beda. Orang madura bilang: Bar se bar tak iye (madura). Orang medan: Ku sebar aja kau. Kalau yang disebar duwit, Dollar di Amerika sama Dollar di Cipete maupun di Jonggol gak beda-beda banget. Bedanya dikit kalau di Amrik Dollar, (r) nya nyungsep, Dollal kata anak balita. Saat ini, Bacaan Qur’an seluruh dunia sama persis bacannya, kecuali kalau lidah kamu kram.

    3 - Budayakan tertib, persis kamu saat pembantu kita antri tabung gas. Nggak mau tertib, ke laut saja.

    4. - Yang jelas bukan versi kamu, kasihan deh... tidak dipakai. Versi kamu kan versi Android.

    5 - Komunitas orang biasa yang cinta Islam dan semakin Cinta Islam seperti saya, memang baru tarap membaca qur’an, ngapalin dikit-dikit... kebanyakan pessbukan layauu....

    6 – a) Andai 1400 yang lalu sudah ada kompyuter... ama smartphone, kira-kira para nabi mau diajak selpie narsis nggak ya...
    b) HP, yang rusak tidak dipakai, di serpis di conter hp kali. Mudah-mudahan penjaga konternya nggak lari deh... HP kuno belum ada blutuutnya.
    ===
    Terucap rindu padamu ya Rasulullah Muhammad s.a.w. Sholawat dan salam kepada mu dan keluargamu sebagaimana pula kepada Eyang Ibrahim a.s. beserta keluarganya. Rindu bertemu engkau Ya Rasulullah, begitu indah dapat menatap wajahmu di syurga nanti. Amien.

    BalasHapus
  5. Topiknya adalah informasi bahwa KLAIM BOHONG TENTANG PENGHAFALAN QUR’AN , mengapa tonwsh membalas dengan BIBLE / Alkitab ? Rasanya nggak nyambung .. Seharusnya kalau diberi informasi itu direnungkan - dipikirkan .. Kan disitu sudah dijelaskan sumber-2nya .. Jangan ngeyel ngototnya didahulukan ... Mikir dulu supaya segera sadar kalau selama ini sudah tertipu....

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Ohhhh.,..jdi ilmu loe dalam ya, coba aja loe sanggah klw loe mampu wahai manusia beragama palsuuuuuuuuuu.....!?

    BalasHapus
  8. Dari jaman dulu sampai hari kiamat , musuh Allah terus menerus berusaha memadamkan cahayanya dengan tuduhan macam macam

    Surat 11,13

    13. Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar."

    BalasHapus
  9. Surat 9,32

    32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.

    BalasHapus
  10. Adminnya KAFIR utusan iblis.....sama dengan yang komentar atas nama Arie Rosses.....tapi statusnya cuma jongosnya urusan iblis.....

    BalasHapus
  11. Blog lawak.Si penulis sok paham.

    BalasHapus