Sekapur Sirih
“Menghormati iman orang-orang percaya yang tulus seharusnya tidak menyebabkan investigasi yang dilakukan para ahli sejarah dilarang atau dibelokkan … Seseorang harus mempertahankan hak-hak dari metodologi dasar sejarah.” – Maxime Rodhinson.
Agama adalah agama yang pesat kemajuannya dengan jumlah pemeluknya ± 1,3 milyar orang. Mereka yang memeluk agama Islam disebut sebagai orang Muslim. Pendiri agama Islam adalah Muhammad bin Abdullah. Sejarah penyebaran agama ini dari mula-mula sampai akhir abad ke-19 adalah melalui perjuangan hingga kepada kekerasan dan peperangan-peperangan. Sejarah memperlihatkan bahwa bangsa atau suku bangsa yang dikalahkan oleh pendudukan Islam dipaksa memeluk agama Islam, diusir atau hilang nyawanya. Nabi Muhammad berkata terus terang: “Aku dimenangkan melalui teror” (Bukhari 4.52-220). Sebuah pengakuan jujur bahwa prestasi dan warisan “kemenangan” Islam tidak tegak tanpa pedang.
Pada zaman itu satu persatu daerah dan negara ditaklukkan oleh Islam seperti Mekah, Saudi Arabia, Syria, Mesir, Turki, Iran, Irak, Byzantium, Afrika Utara dll. Mereka juga menyerbu ke Eropa, Spanyol ditaklukkan dan 400 tahun lamanya negara ini dikuasai oleh Islam. Invasi Islam di Eropa ditahan di Wina oleh orang-orang Austria dan Charles Martel pemimpin pasukan Italia mengalahkan pasukan Islam di pegunungan Pyrene, Perancis sehingga Eropa selamat dari serbuan Islam.Di Turki orang-orang Islam membantai ± 1,5 juta orang Kristen Armenia pada akhir abad 19 – awal abad 20. Kemajuan Islam mulai memudar setelah teknologi Barat mengungguli orang-orang Islam terutama dalam membuat senjata dan perangkat-perangkat perang, mulai dari bedil dan meriam.
Untuk sementara Islam seakan-akan tertidur. Tetapi pada tanggal 9-11-2001 dunia disentakkan oleh penghancuran WTC, ini awal teror Islam dalam zaman modern. Teror demi teror telah terjadi, dari seluruh peristiwa terorisme yang terjadi didunia ini, 90% adalah sumbangan Islam. Dunia mulai bertanya-tanya, agama Islam itu dan bagaimana ajaran, filosofi serta sejarahnya?
Kebanyakan orang Muslim sendiri tidak mengetahui tentang Islam. Ini diakui sendiri oleh banyak Muslim, khususnya yang tidak lagi Muslim. Orang-orang menjadi Muslim karena faktor keluarga dan lingkungan seperti tinggal di negara Islam sehingga mau tidak mau mereka harus memeluk Islam. Oleh karenanya buku ini diterbitkan dengan menghimpun tulisan-tulisan dari sumber-sumber Islam terpercaya seperti buku-buku sejarah Islam, Al Qur’an dan Hadits dan dari berbagai sumber dan otoritas yang netral dan independent. Tujuan penulisan buku ini agar dunia Muslim maupun non-Muslim dapat mengetahui hakekat Islam adanya.
Selamat membaca dan merenungkannya.
Serba Onar
Setelah serangan 9/11 ada seorang ibu “kafir” Amerika yang bercerita bahwa ia mempunyai seorang putra 23 tahun, telah masuk Islam dan menikah dengan seorang muslimah.Sekarang mereka telah mempunyai seorang bayi. Putranya ingin pergi ke Afganistan untuk bertempur bersama Taliban membunuhi tentara Amerika dan siap mati sebagai sahid. Ibu itu mengatakan putranya pernah berkata, apabila Islam menguasai Amerika dia tidak ragu lagi untuk memancung kepala para kafir termasuk ibunya, jika perintah untuk membunuh kafir dikumandangkan.Muhammad Ali al-Ayed 23 tahun putra jutawan Arab Saudi tinggal di Amerika Serikat.Pada saat petang bulan Agustus 2003 dia mengundang kawannya seorang Yahudi Maroko bernama Sellouk untuk bertemu. Keduanya minum di sebuah bar lalu pergi ke apartemen Al-Ayed sekitar tengah malam. Al-Ayed tiba-tiba mengambil pisau dan menusuk kawan Yahudi sampai bagian tubuh kawannya hampir terpisah.Rekan sekamar Al-Ayed berkata kepada polisi bahwa “kedua orang itu tidak berdebat sebelum akhirnya Al-Ayed membunuh Sellouk”. Alasan pembunuhan itu adalah perbedaan agama, demikian kata pengacara Al-Ayed.
Muhammad Taheri-azar 25 tahun keturunan Iran, lulusan University of North Carolina. Suatu hari pada bulan Maret 2006, dia menyewa sebuah jip dan mengendarainya pelan-pelan ke dalam kampus University of North Carolina.
Lalu tiba-tiba dia menginjak gas menabrak sekelompok mahasiswa dengan tujuan membunuh sebanyak mungkin orang. Dia menabrak 9 orang dan melukai parah 6 orang.
Samao Menghwar dan istrinya adalah pasangan Hindu yang tinggal di Karachi, Pakistan. Pada suatu senja bulan November 2005 mereka pulang kerja dan terkejut ketika mendapatkan ke tiga putri mereka hilang, ternyata putri-putri mereka telah diculik dan dipaksa masuk Islam. Polisi menangkap pelakunya pemuda-pemuda Muslim tetapi mereka semua dilepaskan pengadilan karena masih belum berusia dewasa, namun ke tiga putrinya tetap hilang.
Menculik gadis-gadis Hindu sudah menjadi tindakan lumrah. Mereka diculik, di-Islamkan dengan paksa, juga dipaksa kawin dengan orang Muslim, orang tua mereka tidak boleh menjenguk si gadis, alasannya “gadis Muslimah tidak boleh berhubungan lagi dengan kafir”. Ketika seorang gadis Hindu di-Islamkan, ratusan muslim turun ke jalan dan berteriak-teriak mengucapkan slogan-slogan Islam, jerit tangis orang tua si gadis tidak didengar oleh pihak manapun. Kalau gadis itu berani murtad pasti dibunuh. Banyak kejadian dimana pengacara-pengacara enggan membela keluarga korban karena takut dibunuh ekstremis Islam.
Ini dibuktikan dengan terjadinya ribuan serangan teroris dimana-mana pada tahun-tahun terakhir. Dari 28 peperangan yang sedang berlangsung di dunia ternyata 25 melibatkan umat Islam yang jumlahnya seperlima manusia di dunia. Dan berdasarkan statistik, Muslim secara berkelompok mempunyai kecenderungan 33 kali lipat lebih besar untuk menggunakan kekerasan sebagai solusi masalah dibandingkan manusia-manusia non Muslim.
Islam adalah hasil pikiran dan klaim-klaim Muhammad atas nama Allah, dan Muslim membaca kata-katanya dalam Al Qur’an dan Hadits dan mengikutinya secara seksama dalam praktek hidup-nya.
Bagi Muslim, Muhammad adalah makhluk terbaik, manusia berakhlak mulia, paling sempurna dan teladan yang patut dicontoh, mereka telah menerima Muhammad sebagai manusia unggul dan “rahmat Allah atas manusia” (Qs 33:21; 68:2,4). Mereka percaya jika Muhammad melakukan sesuatu, tidak peduli itu kejam atau biadab ukuran apapun, maka itu adalah tindakan yang benar dan mulia dalam ukuran Allah. Mereka tidak menilai dia sebagai nabi dengan standard moral, kemanusiaan atau hukum emas batiniah. Konsep moral seperti itu sungguh asing bagi seorang Muslim. Bagi mereka baik dan buruk lebih ditentukan dari legalitas halal dan haram, nilai-nilai dan syariah Islam yang tidak usah mengenal logika, etika atau moralitas, yang dicap “Barat”.
Tidak boleh ada pertanyaan, kritik dan tidak boleh ada masalah moral yang dipertanyakan karena mempersoalkan itu berarti meragukan Allah sendiri. Dan pemikiran demikian harus dilenyapkan mulai dari orangnya. Walaupun Muslim telah mendengar bahwa Muhammad adalah perampok, penipu daya, pembantai massal, kejam, pedofil, haus wanita dll, namun mereka tidak pernah menyelidikinya sendiri, melainkan tetap percaya padanya tanpa berkedip.
Zaman Sebelum Muhammad
Pada zaman jahiliyah yaitu sebelum Muhammad lahir, sebagian besar bangsa Arab menyembah patung-patung dan batu-batu berhala dan mereka juga menyembelih hewan-hewan kurban dihadapan patung-patung berhala itu.Pada waktu itu bangsa Arab hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri dan saling bermusuhan, setiap sengketa yang timbul mereka serahkan penyelesaiannya kepada pemimpin kabilah mereka.
Dasar hubungan dalam kabilah adalah pertalian darah. Rasa kesukuan (ashabiyah) amat kuat dan mendalam sehingga bila terjadi salah seorang diantara mereka teraniaya maka seluruh anggota kabilah akan bangkit membelanya.
Ada berbagai macam agama di Arabia, ada suku penganut Yudaisme, Kristen, Zoroastria, Sabean (agama yang percaya satu Tuhan, sekarang sudah musnah) dll.
Para penganut agama-agama ini bebas melakukan ibadah agamanya. Ada pula nabi-nabi lain yang bebas berkhotbah tentang agamanya. Ada pertemuan-pertemuan rutin di Okaz dan kota-kota lainnya yang membicarakan secara terbuka masalah-masalah keagamaan, kotbah dan adu syair. Tidak ada masalah. Sikap tidak toleran terhadap kepercayaan lain di Arabia hanya bermula dari Islam.
KA’BAH.
Ka’bah disebut juga Ka’bah Baitullah yang berarti Ka’bah rumah Allah.
Ka’bah ini merupakan bangunan berbentuk kubus tanpa atap, yang terdapat di kota Mekah di Arab Saudi. Menurut kata orang, Ka’bah ini dibangun oleh Ibrahim dan Ismail. Tetapi Abraham yang tercatat dalam Kitab Suci tidak pernah ke Arab Saudi. Sejarah dan arkeologi pun tidak membuktikan jejak-jejaknya. Rute jalannya belum exist. Perjalanan Abraham dari Ur-Kasdim, di daerah Mesopotamia, Irak saat ini, ke utara sampai di tanah Haran, Syria, lalu masuk ke tanah Kanaan.
Pada dinding sebelah timur Ka’bah, dekat sudut tenggara Ka’bah terdapat pintu masuk ke Ka’bah yang disebut pintu Ali, sedang pada sudut tenggara Ka’bah terdapat Hajarul Aswad atau lebih sering disingkat Hajar Aswad, yang berarti Batu Hitam yang diletakkan sekitar satu meter di atas tanah.
Pada zaman pra-Islam, di dalam dan di luar Ka’bah ini terdapat 360 patung-patung dan benda-benda batu-batuan yang diberhalakan oleh penduduk Mekkah, disembah sebagai sesembahan atau sebagai ilah-ilah mereka. Pedagang-pedagang Arab dalam perjalanannya sehari-hari melakukan persinggahan di Ka’bah itu, berdoa kepada ilah-ilah mereka supaya mendapat banyak rezeki.
Dahulu kala para pagan melakukan ziarah haji, ketika mengelilingi Ka’bah itu mereka harus telanjang bulat dan bertepuk tangan (Footnote HSB 843).
Ka’bah ini pernah dilanda banjir dan mengalami kerusakan, sehingga memerlukan renovasi. Di dalam Hadits diceritakan bahwa Muhammad juga ikut bekerja dalam merenovasi Ka’bah tersebut.
Ketika Muhammad memberitakan bahwa dirinya adalah seorang nabi, maka ia mendapat tantangan dan permusuhan dari sukunya sendiri yaitu suku Quraish.
Karena adanya permusuhan dari suku Quraish ini, maka Muhammad terpaksa hijrah ke kota Medinah pada tahun 622. Di kota inilah Muhammad banyak berinteraksi dengan Yahudi dan Nasrani, yang menyembah Tuhan Yang Esa. Dan kelak ketika Muhammad telah mendapat banyak pengikut dari kota Medinah, Muhammad kembali menyerang kota Mekah.
Pada tahun 630 M, ketika Muhammad berdiri diluar Mekah, bersama dengan 10.000 tentara Muslim, ia ingin merebut kota itu dengan sesedikit mungkin menumpahkan darah. Ia sangat me-mahami mengapa orang-orang Mekah memeranginya. Mereka takut jika Islam menang maka pendapatan mereka yang berasal dari peziarah yang berkumpul di kuil-kuil berhala di kota mereka akan terhenti, dan mereka akan mengalami kehancuran ekonomi. Karena itu Muhammad menawarkan pada mereka kompromi berikut ini: “Hai, kalian orang-orang Mekah, jadilah Muslim sehingga dengan demikian kamu menaati Allah, Quran dan saya, utusan Allah, dengan menghancurkan semua berhala di Mekah dan saya akan menjamin bahwa kamu akan mempunyai sumber pendapatan yang tak berkesudahan. Oleh karena di masa yang akan datang bukan penyembah-penyembah berhala yang akan berziarah ke Mekah tetapi orang-orang Muslim, dan kamu akan memperoleh pendapatanmu”. Untuk membuktikan hal ini ia meminta Allah mewahyukan beberapa ayat rujukan di dalam Qur’an yang memerintahkan orang Muslim untuk melaksanakan ibadah Haji (ziarah) ke Mekah dan sekitarnya. Itu dapat kita saksikan dalam Quran surat 3: 97 dan 2: 125
UPACARA IBADAH HAJI.
Sampai hari ini umat Islam seluruh dunia tiap tahun berbondong-bondong pergi ke Mekah, melakukan rukun Islam yang ke lima, yaitu ibadah haji sebagai tamu Allah. Di dalam upacara ibadah haji ini mereka berusaha untuk dapat mencium Hajar Aswad sebanyak tujuh kali. Mencium Hajar Aswad ini mereka lakukan sesuai apa yang telah dilakukan oleh nabi mereka seperti yang tertulis di dalam Hadits Shahih Muslim (HSM 1190) sebagai berikut:
“Tatkala Rasulullah SAW tiba di Mekah, mula-mula beliau men-datangi Hajar Aswad lalu beliau mencium”.
Sebelum mencium Hajar Aswad itu, Muhammad menyebutkan:
“Labbaik allahuma labbaik” yang berarti:
“Ya Allah atas panggilanMu aku datang kepadaMu”.
(HSM 1150).
Pada hakekatnya upacara ibadah haji saat ini tidak lain adalah kelanjutan dari upacara haji penyembah berhala pada zaman pra-Islam. Bedanya hanya terletak pada yang mereka sembah.
Pada zaman pra-Islam mereka menyembah pelbagai berhala diantara 360 buah, sedang zaman sekarang ini mereka me-nyembah berhala yang esa atau satu, yaitu Hajar Aswad yang dipanggil dengan namanya yaitu Allah.
RIWAYAT SINGKAT MUHAMMAD.
Riwayat hidup atau biografi Muhammad disebut Sirat Rasul Allah.
Dengan mmempelajari kisah kehidupan sang nabi yang tertulis di dalamnya, maka kita bisa menelusuri sejarah kehidupannya, serta mengintip jalan pikir Muhammad untuk mengerti perbuatannya dan mengapa dia berbuat demikian.
Kelahiran dan masa kecil Muhammad
Pada tahun 570 M di Mekah lahirlah seorang anak laki-laki dari ayahnya yang bernama Abd Allah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd Munaf bin Qusai bin Kilab bin Murra bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fahd bin Malik bin Al-Nadr bin Kinana bin Khuzaima bin Mudraka bin Elias bin Mudar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Dikatakan oleh sebagian pakar Islam bahwa Adnan adalah salah satu dari anak Ismail, namun hal ini tidak dapat dipastikan oleh sarjana-sarjana Muslim. Malahaan Ibn Abbas melaporkan:“Antara Adnan dan Ismail ada 30 generasi yang tidak diketahui” (Al-Sira al-Nabawiyya, by Ibn Kathir).
Yang menarik pula adalah fakta bahwa asal usul Muhammad justru mempunyai garis keturunan Yahudi karena Mudraka bin Elias bin Mudar adalah seorang Yahudi dari suku Gad. (Dicatat oleh Al-Tabari dan Imam As-Suheili, yang dianggap sebagai sarjana-sarjana Muslim yang hebat).
Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zurah bin Kilab bin Murah. Dengan demikian ayah dan ibu Muhammad masih satu keturunan. Waktu Aminah hamil tiga bulan Abdullah meninggal. Waktu Muhammad berusia lima tahun, Aminah meninggal. Waktu Muhammad lahir ia dibawa kakeknya Abdul Muthalib ke kaki Ka’bah dan disana bayi itu diberi nama Muhammad (berarti yang terpuji). Meskipun Muhammad anak laki-laki Aminah satu-satunya, setelah Muhammad lahir dia diserahkan kepada Thueiba, pelayan dari paman Muhammad yang bernama Abu Lahab (orang yang sama yang dikutukinya dalam Quran sura 111, sekalian juga dengan istrinya). Tetapi kemudian Aminah menyerahkan Muhammad kepada Halimah seorang wanita Bedouin untuk dibesarkan di padang pasir, kala itu Muhammad berusia 6 bulan.
Halimah adalah wanita yang menyusui Muhammad, enam puluh tahun kemudian baru terungkap bahwa awalnya Halimah tidak mau mengurus Muhammad karena dia anak yatim dari janda miskin. Tetapi akhirnya Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan anak dari keluarga kaya dan keluarganya sendiri sangat memerlukan uang walaupun sedikit upah yang diterimanya.
Halimah melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia suka hidup dalam khayalannya sendiri dan bercakap-cakap dengan teman-teman khayalannya yang tidak bisa dilihat orang lain. Kesehatan mental Muhammad mengkhawatirkan ibu asuhnya sehingga dia mengembalikan Muhammad kepada ibunya Aminah ketika berusia lima tahun. Karena masih belum punya suami baru, Aminah ragu-ragu untuk menerima kembali anaknya sampai Halimah menceritakan kepadanya kelakuan dan khayalan Muhammad yang aneh.
Ibn Ishaq mencatat kata-kata Halimah:
Ayahnya (ayah dari anak laki-laki Halimah satu-satunya) berkata kepadaku: “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung, maka bawalah dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi akibat buruk” … Dia (ibu Muhammad) terus menggangguku sampai aku menceritakan kepadanya. Ketika dia bertanya apakah aku takut anaknya (Muhammad) kerasukan setan, maka kujawab: iya.
[Sirat ibn Ishaq, page 72: Ibn Ishaq (baca Is-haq, nama Arab bagi Isaac) adalah penulis sejarah Muslim, lahir di Medina kira-kira 85 tahun setelah Hijra (yakni tahun 704, dia meninggal tahun 768). Dialah penulis pertama sejarah hidup Muhammad dan peristiwa-peristiwa perangnya. Kumpulan kisahnya tentang Muhammad disebut “Sirat al-Nabi” (“Kisah hidup sang Nabi”). Buku ini telah hilang. Akan tetapi kumpulan tulisan Ibn Ishaq dengan catatan-catatan tambahan dari Ibn Hisham (mati tahun 834) masih tersedia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ibn Hisham mengaku sengaja tidak menyertakan beberapa tulisan Ibn Ishaq yang dianggap memalukan kaum Muslim. Beberapa bagian kisah memalukan ini dikutip oleh Tabari (838-923) yang adalah penulis sejarah terkenal dan paling terkemuka dari Persia dan juga penulis tafsir Qur’an.].
Suami Halimah berkata: “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung”. Keterangan ini penting. Bertahun-tahun kemudian Muhammad menceriterakan pengalaman masa kecilnya yang aneh:
Dua orang berpakaian putih datang kepadaku dengan baskom emas penuh salju. Mereka memegangku dan membelah tubuhku dan mengambil dari dalam tubuhku gumpalan hitam yang lalu mereka buang. Lalu mereka mencuci jantung dan tubuhku dengan salju sampai murni. [W.Montgomery Watt: terjemahan tulisan biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq (hal 36)].
Muhammad sekarang hidup bersama ibunya lagi, tetapi ini tidak berlangsung lama. Setahun kemudian Aminah meninggal (576 AD) dan dikuburkan di Abwa, yang terletak diantara Mekah dan Medinah.
Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, limapuluh tahun setelah kematian ibunya, dia menyambangi kuburan ibunya. “Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa baginya, tetapi tidak dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan lembut tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis”.
[Tabaqat Ibn Sa’d p.21. Ibn Sa’d (784-845) adalah ahli sejarah, murid dari al Waqidi. Dia membagi tulisannya dalam delapan bagian, dan menamakannya Tabaqat (kategori2). Yang pertama adalah kisah hidup Muhammad (Vol.1), lalu perang2nya (Vol.2), pengikut-pengikutnya di Mekah (Vol.3), pengikut-pengikutnya di Medinah (Vol.4), cucu2nya, Hassan dan Hussein dan tokoh2 Muslim yang utama (Vol.5), pengikut2 dan sahabat-sahabat Muhammad (Vol.6), pengikut penting berikutnya (Vol.7) dan beberapa tokoh Muslimah (Vol.8)].
Apakah yang dilakukan Aminah sehingga Tuhan tidak mengabulkan Muhammad berdoa bagi ibunya? Mungkinkah dia mengingatnya sebagai wanita dingin yang tidak sayang anak sehingga Muhammad mengalami luka batin yang tidak pernah sembuh? Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya Abdul Muthalib yang sangat memanjakan dan memperhatikan Muhammad lebih banyak dari putra-putranya sendiri.
Muir dalam Biography of Muhammad menulis: “Anak itu dirawat dengan penuh kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah bayang-bayang Ka’bah dan Abdul Muthalib berbaring terlindung dari terik matahari. Di sekitar karpet dengan jarak yang tidak jauh, duduklah putra-putranya. Muhammad kecil berlari mendekat kakeknya dan mengambil karpet tersebut. Putra-putranya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul Muthalib mencegahnya dan berkata: “Jangan larang putra kecilku”. Dia lalu mengelus punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya yang kekanakan.
Muhammad diurus oleh Baraka ibu asuhnya, tetapi dia selalu pergi darinya dan pergi ketempat tinggal kakeknya bahkan jika dia sedang sendirian dan tidur. Muhammad ingat perlakuan penuh kasih sayang dari kakeknya, dia sering berkhayal, di kemudian hari dia berkisah bahwa kakeknya biasa berkata: “Biarkan dia karena dia punya nasib yang hebat dan akan menjadi pewaris kerajaan” dan berkata kepada Baraka: “Awas jangan sampai dia jatuh ke tangan orang-orang Yahudi dan Kristen, karena mereka mencarinya dan akan melukainya”.
Paman-pamannya tidak percaya kepadanya kecuali Hamza yang usianya sepantar dengan Muhammad. Abas di kemudian hari bergabung dengan Muhammad tetapi setelah bintang Muhammad bersinar dan dia beserta pasukannya berada di depan Mekah siap untuk menyerang.
Nasib tidak berpihak pada Muhammad, dua tahun setelah dia hidup bersama kakeknya, sang kakek meninggal dunia pada usia 82 tahun.
Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakeknya, ketika dia berada di penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian dia masih mengenang kakeknya. Muhammad kemudian diasuh oleh pamannya Abu Talib, dengan kasih sayang yang sama besarnya seperti kasih sayang Abdul Muthalib kepadanya, tulis Muir. “Dia mengizinkannya tidur di atas ranjangnya, makan di sisinya dan pergi bersamanya ke luar negeri. Dia terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad dewasa”.
Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib meskipun tidak kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri. Suatu hari (582 AD) Abu Talib hendak pergi ke Syria untuk berdagang. Dia tidak membawa Muhammad yang berusia 12 tahun pergi, “ketika kafilah sudah siap berangkat dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya yang tidak mau ditinggal lama, memeluknya erat-erat. Abu Talib terharu dan membawa dia pergi bersamanya”.
Eratnya hubungan Muhammad dan pamannya menunjukkan Muhammad selalu takut kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Ketika pamannya hampir ajal di ranjang, Muhammad menengoknya, semua putra-putra Abdul Muthalib ada disitu. Abu Talib meminta dengan tulus kepada saudara-saudara lakinya untuk melindungi Muhammad yang sekarang berusia 53 tahun. Mereka berjanji untuk melakukannya termasuk Abu Lahab yang dikutuki Muhammad dalam Qur’an.
Setelah itu Muhammad meminta pamannya masuk Islam tetapi sang paman tersenyum dan berkata bahwa dia lebih memilih mati dengan agama kakek moyangnya. Muhammad meninggalkan ruangan sambil berkata: ”Aku ingin berdoa baginya, tapi Allah melarangku”. Ini adalah kata-kata yang sukar dipercaya dimana Allah melarang nabinya meminta ampun bagi orang yang membesarkannya, melindunginya sampai ajal, dan berkorban begitu banyak baginya.
Pengikut Muhammad adalah orang-orang lemah dari kalangan rendah, untuk mendongkrak keberadaannya dia butuh orang-orang yang berpengaruh masuk Islam. Muhammad sangat girang ketika Abu Bakar dan Omar menjadi pengikutnya. Jika Abu Talib bersedia masuk Islam, maka Muhammad akan tampak lebih terhormat di antara para pamannya dan masyarakat Quraish. Suku Quraish adalah suku Arab yang tinggal di Mekah dan penjaga bangunan Ka’bah. Dan Muhammad sangat butuh pengakuan kebenaran agamanya dari Abu Talib. Pengorbanan Abu Talib dan keluarganya kepada Muhammad sangatlah banyak, meskipun tidak percaya Islam, Abu Talib bagaikan batu tegar menghadapi seluruh rakyat Quraish untuk membela Muhammad dari segala ancaman yang ada selama 38 tahun.
Sampai saat itu Muhammad tidak melakukan pekerjaan apapun yang penting. Saat-saat tertentu dia menggembalakan kambing dan ini sebenarnya adalah pekerjaan kaum perempuan dan dianggap bukan pekerjaan lelaki oleh orang-orang Arab. Bayarannya rendah dan dia bergantung pada kemurahan hati pamannya. Pada tahun 595 AD ketika Muhammad berusia 25 tahun, Abu Talib mencarikan pekerjaan sebagai bendahara disebuah perusahaan milik wanita pedagang kaya yang masih saudara jauh bernama Khadijah berusia 40 tahun. Dia adalah seorang janda yang sukses dalam berdagang. Khadijah memerintahkan Muhammad melakukan satu perjalanan ke Syria untuk menjual dagangannya dan membeli pesanannya. Ketika dia kembali, Khadijah jatuh cinta pada Muhammad dan meskipun Muhammad hanya pelayannya, Khadijah melamar Muhammad untuk menikah dengannya.
Bagi Muhammad (25 th) pernikahan dengan Khadijah (40 th) merupakan untung besar karena dari Khadijah dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil dan juga jaminan keuangan dan emosional sehingga dia tidak perlu kerja lagi. Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluan suaminya.
Muhammad punya tujuh anak dengan Khadijah, yang sudah berumur 40 tahun ketika dinikahinya. Anak-anak ini didapat ketika Muhammad berumur 25 sampai 40 tahun. Muhammad tidak suka bekerja, juga Muhammad tidak membantu Khadijah mengurus ke sepuluh anaknya karena dia lebih memilih menyendiri di gua Hira dekat Mekah, menghabiskan waktunya di dunianya sendiri, sibuk berkhayal dan merenung.
Pada tahun 613 AD ketika Muhammad berusia 40 tahun dan setelah berhari-hari menghabiskan waktu di gua seorang diri, Muhammad mengalami pengalaman yang aneh. Dia juga mulai mengalami kontraksi otot, sakit perut dan merasa seperti dihimpit kuat-kuat, kejang-kejang otot, kepala dan bibir bergerak-gerak diluar kontrol, berkeringat dan jantung berdebar-debar. Dalam keadaan ini dia mendengar suara-suara dan mengaku melihat hantu. Dia lari ke rumah ketakutan, gemetar dan berkeringat.
“Selimuti aku, selimuti aku” pintanya kepada isterinya.
“O Khadijah, ada apa dengan diriku?” Dia menceriterakan semua yang terjadi dan berkata: “Aku takut sesuatu telah terjadi padaku”. Dia mengira kerasukan setan lagi. Khadijah menenangkannya dan mengatakan padanya untuk tidak merasa takut, karena sebenarnya dia didatangi seorang malaikat dan dipilih sebagai nabi. Setelah pertemuannya dengan makhluk halus yang disebut-sebut sebagai malaikat Jibril, Muhammad yakin atas keterangan isterinya tentang status kenabiannya. Kedudukan nabi menye-nangkan hatinya dan memenuhi angan-angannya untuk merasa megah diri.
Sejak masa mudanya Muhammad sering menghadiri bazar yang diadakan di Okaz, orang-orang dari berbagai tempat bertemu untuk berdagang dan bersuka ria. Disana para pengkhotbah Kristen membacakan kisah-kisah nabi dan Yesus dari Alkitab mereka untuk menangkap para hadirin. Muhammad terkagum-kagum oleh kisah-kisah tersebut. Menjadi orang yang dicintai dan dihargai serta ditakuti setiap orang, betapa hebat rasanya menjadi seorang nabi, itulah angan-angan dan pemikiran yang memenuhi benaknya.
Maka Muhammad memilih Tuhan sebagai pasangannya. Sekutu khayalannya ini maha kuasa dan maha kuat. Ini akan membuat dirinya kuat tanpa batas. Dia satu-satunya yang punya akses langsung ke Allah dan dialah utusanNya di bumi. Melalui Dia, Muhammad bisa mendapat wewenang tak terbatas terhadap para pengikutnya. Dia menjadi tuan atas nyawa mereka. Hanya ada satu Tuhan, maha kuasa, ditakuti, murah hati dan juga pengampun dan dia Muhammad adalah satu-satunya yang menjadi penghubung antara Tuhan dan manusia. Ini membuat Muhammad sebagai wakil Allah. Agar yakin tak seorangpun merampas posisinya, dia juga meng-klaim sebagai nabi terakhir. Kekuasaannya dengan demikian menjadi mutlak dan kekal. Diapun mulai berkhotbah yang isinya menyampaikan berita bahwa dia telah menjadi seorang rasul …
Pada zaman pra-Islam, di dalam dan di luar Ka’bah terdapat ± 360 patung-patung dan benda-benda batu-batuan yang diberhalakan dan disembah sebagai ilah-ilah masyarakat zaman itu. Salah satu dewa bernama Allah yaitu dewa bulan yang beristerikan dewi matahari lalu mempunyai anak-anak perempuan yang diberi nama Al-Lata, Al-Uzza dan Al-Manat yang adalah dewi-dewi bintang. Allah dengan ke tiga putrinya digambarkan dengan symbol bulan sabit dan bintang. Allah ini mempunyai karya mengairi bumi, tanah-tanah gurun di jazirah Arab, mereka percaya bahwa Allah ini adalah dewa yang paling utama atau paling besar dibandingkan dengan semua dewa-dewa yang lain dan merupakan dewa termulia dalam kuil pemujaan.
Dalam perenungannya, Muhammad memutuskan bahwa Allah merupakan dewa yang terbesar, dia meniadakan isterinya (dewi matahari), ketiga putrinya dan juga semua dewa yang lain dan menetapkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Walaupun oleh Muhammad, Allah ditetapkan sebagai satu-satunya Tuhan, tetapi tetap berasal-usul dari kaitan politeisme yang dimodifikasi dari penyembahan banyak ilah/berhala menjadi penyembahan terhadap satu Tuhan yang berakar pada penyembahan dewa bulan.
Islam membuktikan dirinya sebagai sebuah agama terpisah dan antagonistik yang muncul dari penyembahan berhala. Symbol Islam yang adalah bulan sabit menunjukkan akar penyembahannya yang berasal dari dunia:
- Bulan sabit terletak di puncak-puncak masjid dan menara azan.
- Bulan sabit digambarkan pada bendera-bendera negara Islam.
- Umat Muslim berpuasa pada bulan yang berawal dan berakhir dengan munculnya bulan sabit di langit.
Turunnya Wahyu Kepada Muhammad
Di dalam Mukadimah Al Qur’an terbitan Departemen Agama, disebutkan bahwa:
Wahyu datang seperti suara lonceng, yaitu gemerincingnya lonceng. Ini dirasakan amat berat oleh Muhammad. Keningnya banyak berkeringat, sekalipun pada musim dingin. Kadang -kadang wahyu datang ketika Muhammad sedang naik unta. Saat wahyu turun nabi seperti menderita demam yang keras, menggigil. Setelah gejala-gejala ini maka keadaannya baru bisa kembali seperti biasa.
Disamping itu semua, hadits-hadits juga menyebutkan sebagai berikut:
- Ketika wahyu selesai turun, maka nabi bersimbah peluh walaupun hari amat dingin (HSB no.3).
- Nabi cemas akan dirinya, dan rasa ketakutan.
- Nabi jatuh ke tanah tak sadarkan diri, dengan ke dua mata melotot menghadap ke langit.
- Umar bertanya, nabi diam seketika, dan ketika itu wahyu turun. Umar memberi isyarat kepada Ya’ala, lalu ia datang mendekat. Lalu nabi diselubungi dengan kain, kepalanya dimasukkan ke dalam selubung itu. Kelihatan muka nabi merah dan beliau seperti mendengkur. (HSB 799).
- Ketika wahyu terhenti, Muhammad sangat sedih dan cemas akan dirinya. Lalu pergi ke puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya. Hal ini dilakukan berkali-kali, tetapi selalu dihalangi oleh Jibril. (HSB 1846).
- Muhammad merasakan adanya deringan dalam telinganya seolah-olah seperti mendengar bel berdering (Hadits I/1, dan IV/438).
- Jantungnya berdegup dengan cepat. (Hadits I/3).
- Wajahnya menjadi merah. (Hadits II, pasal 16, hal 354; V/618; VI/508).
- Nafasnya sangat berat. (Hadits VI/508).
- Dia tiba-tiba terjatuh atau terbaring. (Hadits II, pasal 16, halm 354; IV/461, “Saya jatuh ke tanah”; V/170, “Dia jatuh tak sadarkan diri di tanah dengan ke dua mata melotot menghadap ke langit”; VI/448, “Saya jatuh ke tanah.”)
- Dia akan minta diselimuti badannya. (Hadits I/3; II pasal 16, halm 354; III/17; IV/461, “Saya jatuh ke tanah …. Dan berkata, “Selimuti saya! (dengan) selimut, selimuti saya!” Kemudian Allah mengirimkan wahyunya: “Wahai engkau yang terbungkus selimut!” (Hadis V/170, “Dia jatuh tak sadarkan diri di tanah dengan kedua mata (terbuka) menghadap ke langit. Ketika dia sadar, dia berkata, “Kain sarung saya! Kain sarung saya!” (Hadits IV/447, 448, 468, 481).
- Bibirnya gemetar ketika dia terkapar di tanah. (Hadits, I/4).
- Dia mendengar dan melihat sesuatu yang orang lain tidak dengar dan tidak lihat. (Hadits I/2,3; IV/458, 461; III/829; IV/95; V/462).
- Dia akan berkeringat banyak sekali. (Hadits I/2; II/544; III/829; IV/95; V/462).
- Dia kadang-kadang mendengkur seperti onta. (Hadits II, ps 16, halm 354; III/17).
- Dia kadang-kadang bermimpi. (Hadits I/3; V/659; VI/478).
“Dia pernah kena sihir, sehingga beliau mengkhayalkan mengerjakan sesuatu, padahal beliau tidak mengerjakannya.” (HSB 1414).
Dampak negatif demikian tak pernah dialami oleh nabi-nabi manapun, tetapi Khadijah meyakinkan Muhammad bahwa Muhammad telah diangkat menjadi nabi dan ruh yang datang kepada Muhammad adalah ruh Jibril, dan itu sudah teruji. Uji yang dimaksud adalah uji yang berkonotasi seks yang dilakukan oleh Khadijah terhadap Ruh Jibril.
Ibn Hisham menulis demikian:
Khadijah bertanya kepada Muhammad: “Apakah engkau dapat mengatakan kepadaku tatkala kawan yang mengunjungimu (ruh Jibril) itu datang?”
Muhammad menjawab: “Ya”. Ketika dia datang, Muhammad memberitahukan kepada Khadijah. Khadijah berkata lagi: Apakah engkau melihatnya sekarang?” Muhammad menjawab: “Ya.” Dia mengatakan berbaliklah dan duduk di paha sebelah kananku. Muhammad pun melakukannya. Dia mengatakan kepadanya: “Apakah engkau masih dapat melihatnya?” Muhammad menjawab: “Ya.” Khadijah kecewa dan membuka hijabnya dan melemparkannya ke bawah, saat Muhammad sedang duduk di pangkuannya, Khadijah berkata kepada Muhammad: “Apakah engkau masih dapat melihatnya?” Dan Muhammad menjawab: “Tidak.” Khadijah berseru kepadanya: “Yakin dan bersuka-citalah, demi Allah, dia adalah malaikat dan bukan setan, karena setan tidak akan malu (dan menghilang jika wanita membuka baju), tidak seperti malaikat.” (The Life of the Prophet by Ibn Hisham, hal 174).
Hal yang sama juga telah ditulis dalam banyak referensi Islam:
Lihat The Beginning and the End oleh Simail Ibn Kathir, vol.III, hal.15; Sirat Al-Maghzai, oleh Ibn Ishaq, hal.133; Rawd Al-Unuf oleh Ibn Hisham, hal.271-272; The Life of Muhammad oleh Dr Haikal (1982), hal.152; dan Al-Isabafi tamyiz al-Sababa (Finding the Truth in Judging the Muhammad’s Companions) oleh Ibn Hajar Asqalani (1372-1449), vol.IV, hal.273.
Dengan demikian “Kenabian” Muhammad tidak pernah dibuktikan oleh siapapun kecuali oleh isterinya, Khadijah, dengan cara-caranya pribadi.
Muhammad Mulai Berkotbah
Muhammad pun mulai berkhotbah. Mula-mula kepada penduduk Mekah, isi khotbahnya adalah pernyataan bahwa Muhammad adalah seorang rasul, pemberi peringatan dari Tuhan. Kemudian diserukan agar masyarakat Mekah membuang semua dewa-dewa yang lain kecuali Allah. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, siapapun diharapkan untuk menghormatinya, mencintainya, menaatinya dan bahkan takut padanya. Tidak ada tuhan selainnya, selain Allah!Muhammad sadar akan pengaruh khotbah, dia percaya bahwa dalam kemahiran berkhotbah terdapat kekuatan sihir. (Sunan Abu Dawud; Book 41, Number 4994). Artinya beberapa orang yang tadinya tidak mau melakukan sesuatu tetapi karena pengaruh khotbah yang hebat, maka kemudian orang-orang itu mau melakukannya. Dalam Hadits yang lain dia berkata: “Aku telah diberi kunci-kunci khotbah yang berpengaruh dan diberi kemenangan melalui teror” (Shahih Bukhari Vol.9 Book 87, Number 127).
Masyarakat Arabia adalah penganut politeisme. Monoteisme yang diserukan Muhammad mendapat penolakan dan penentangan dari masyarakat penduduk Mekah. Tigabelas tahun telah berlalu dan Muhammad hanya mendapatkan pengikut sekitar 80 orang. Khadijah adalah pengikut pertama Muhammad, kemudian pengikutnya bertambah dengan sosok Abu Bakar, Utsman dan Umar. Selain dari mereka, pengikut Muhammad yang lain adalah budak-budak milik orang kaya Quraish dan beberapa pemuda yang tidak punya pengaruh. Setelah membuat jengkel masyarakat Mekah selama bertahun-tahun dengan mengejek agama dan dewa-dewa mereka maka masyarakat Mekah akhirnya tidak mau berhubungan dengan dia maupun pengikutnya, termasuk hubungan dagang.
AYAT-AYAT SETAN
Ibn Sa’d menulis: “Suatu hari Nabi berada dikumpulan orang-orang di Ka’bah dan membacakan bagi mereka Sura an Najm (Sura 53). Ketika sampai di ayat 19-20 yang tertulis: “Apakah kau telah mempertimbangkan Lat dan Uzza dan Manat, ketiga yang lain?”, maka setan menaruh kedua ayat-ayat itu di mulut sang Nabi: “Mereka adalah pengantara-pengantara yang ditinggikan, yang syafaatnya diharapkan.” (Tabaqat Volume 1, page 191). Kata-kata ini menyenangkan hati masyarakat Quraish dan mereka segera menghentikan boikot ekonomi dan permusuhan. Kabar ini terdengar oleh para Muslim Abyssinia yang dengan senang balik ke Mekah.
Tak lama kemudian Muhammad sadar bahwa mengakui putri-putri Allah sebagai dewi-dewi telah merusak kedudukannya sendiri sebagai satu-satunya perantara bagi Allah dan manusia, dan membuat agamanya tidak beda dengan agama pagan dan karenanya agamanya menjadi tak berguna. Maka diapun menarik kembali kedua ayat yang mengakui putri-putri Allah, dan menyebutnya sebagai ayat-ayat yang diinspirasikan oleh setan.
Setelah itu dia meralatnya dengan:
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang) musyrik menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Al Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil (Qur’an 53:19-22). Artinya betapa beraninya kamu menyebut Tuhan punya anak-anak perempuan, sedangkan kau sendiri bangga punya anak-anak laki-laki? Ya, kaum perempuan memang dianggap bodoh oleh Islam dan karenanya tidak layak bagi Allah untuk punya anak-anak perempuan. Memang ini benar-benar tidak adil.
Tetapi atas kejadian ini sejumlah pengikut Muhammad me-ninggalkan Islam, untuk mendapatkan kembali kepercayaan pengikutnya buru-buru Muhammad mengeluarkan ayat sebagai berikut Qur’an Al Hajj 22:52-53, demi membenarkan dirinya ditengah-tengah semua nabi-nabi lainnya.
Qur’an Al Hajj 22:52-53:
52 Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak
(pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
setanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, dan Allah
menguatkan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
53 agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan itu, sebagai cobaan
bagi orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan yang kasar
hatinya.
Dari mana Muhammad dapat mengatakan bahwa semua nabi juga telah dimasuki ayat-ayat setan seperti dirinya? Beberapa pengikutnya sadar Muhammad mengarang Al Qur’an sesuai situasi dan kondisi yang diinginkan dirinya, sehingga mereka meninggalkannya. Para penyembah berhala di kota Mekah mengejek bahwa Allahnya Muhammad tidak konsisten dan selalu berubah-ubah pikirannya. Inilah kisah munculnya “ayat-ayat setan” yang sangat menghe-bohkan tatkala Islam masih lemah.
Walaupun kini disembunyikan, literatur mengenai ayat-ayat setan ini sesungguhnya banyak sekali sehingga bila dibukukan bisa merupakan buku yang sangat tebal. Ini bukan bikinan musuh-musuh Islam seperti yang sering dituduhkan (misalnya terhadap Salman Rushdy), melainkan dihimpun oleh tokoh-tokoh Muslim sendiri yang terkenal seperti al-Tabari, Ibn Ishak, Waqidi, Ibn Sa’d dll.
Muhammad kemudian bertobat tetapi tanpa minta ampun kepada Allah atas dosanya dan kembali menyembah satu-satunya Allah Swt.Karena ejekan-ejekan masyarakat Mekah kepada Muhammad, dia kemudian meninggalkan Mekah menuju Ta-if. Tetapi di Ta-if tidak ada orang yang mau masuk Islam, sehingga Muhammad memutuskan untuk kembali ke Mekah. Dalam perjalanan kembali ke Mekah, menurut Al Qur’an surat 46:29-35, 72:1-28, Muhammad berkhotbah di hadapan para jin dan mereka bertobat dan masuk Islam. Menurut Al Qur’an para jin tersebut kemudian berkhotbah tentang Islam kepada manusia. Jadi roh-roh jin laki-laki dan perempuan yang mendiami pohon-pohon, batu-batu karang dalam sungai dan kolam di jazirah Arab sekarang masuk Islam dan berada di bawah kekuasaan Muhammad (Guillaume, Islam, pp 37-38). Inilah bentuk klasik shamanisme yang kini di klaim oleh Muhammad sebagai penguasa atas roh-roh jin yang ada di bumi.(Shamanisme adalah suatu paham keagamaan yang mempercayai roh-roh sakti yang dapat dikuasai oleh para dukun, santet atau penyihir).
Setibanya Muhammad di Mekah tetap saja masyarakat Mekah tidak menggubris ajakan Muhammad untuk masuk Islam. Masyarakat Mekah sama seperti kebanyakan non-Muslim, mereka adalah polytheis yang umumnya toleran terhadap agama lain. Pluralitas agama-agama dikenal di jaman itu dan tidak ada penindasan dengan alasan agama. Maka penduduk Mekah merasa tersinggung ketika Muhammad menghina dewa-dewa mereka, sedangkan sejak semula mereka tidak melukai Muhammad.
AYAT-AYAT MAKIYAH
Ayat-ayat yang dikeluarkan di Mekah waktu Islam masih lemah disebut ayat-ayat Makiyah yang dijuluki sebagai ayat-ayat merpati, contohnya:
- “Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku” (Qs 109:6).
- Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (Qs 73:10).
- Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu. (Qs 20:130)
- Kami (Allah) lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Qs 50:45)
- Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (Qs 7:199)
- maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (Qs 15:85)
- Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS 45:14)
- Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik. (Qs 29:45).
Dan sesungguhnya akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya terhadap orang-orang beriman, yaitu orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani” (Qur’an, Surat 5:82).
Seakan-akan Islam adalah agama yang penuh kasih sayang, amat bertoleransi dan cinta damai terhadap pemeluk-pemeluk agama non Islam.
AYAT-AYAT MADANIYAH
- Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu. (Qs 9:123).
- Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Qs 3:85)
- bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka. (Qs 9:5).
- Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu. (Qs 2:191)
- Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. (Qs 9:193)
- Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. (Qs 9:14)
- Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa .. (Qs 9:66)
- Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. (Qs 9:28).
- Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (Qs 9:29)
- Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir, maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka. (Qs 47:4).
Atas dasar ayat Madaniyah yang kontradiktif itulah maka orang Kristen tiba-tiba menjadi orang kafir. Malahan orang kafir dicap sebagai binatang yang paling jahat.
“Sesungguhnya sejahat-jahat binatang disisi Allah ialah orang-orang kafir”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. Maka bukan kamu yang membunuh mereka tetapi Allah-lah yang membunuh mereka.” (Qur’an Surat 8:12,17).
Bukan terhadap orang-orang Kristen saja diberlakukan perintah untuk dibunuh, tetapi juga kepada orang-orang non Muslim yang beragama lain.
Dimanapun engkau berjumpa dengan orang-orang yang tidak beriman/orang kafir bunuhlah mereka, karena barangsiapa membunuh mereka, kepadanya akan diberikan pahala pada hari kiamat/kemudian. (HSB IX /4).
Ayat yang menyatakan “tidak ada paksaan dalam beragama Islam” (Qs 2:256) hanya berumur pendek, karena harus digantikan. Mereka yang kafir akan diperangi, dikucilkan, atau dipaksa masuk Islam atau hilang nyawa.
Demikian juga “jika seorang Muslim meninggalkan Islam dan masuk ke agama lain, bunuhlah mereka” (HSB IX/57). Era teror mulai diberlakukan Islam. Darah seorang Muslim juga dibedakan dengan darah non Muslim/kafir, sementara darah seorang Muslim yang membunuh non Muslim itu dihalalkan, namun seorang Muslim tidak akan dijatuhi hukuman mati ketika mereka membunuh orang nom Muslim (HSB IX/50, HSB IV/196, I/25,35).
Lihat Mahasiswa Kristen Doulos di Cipayung Jakarta yang dibunuh oleh Muslim, dan siswi-siswi Kristen di Poso dll, tidak ada Muslim yang dihukum mati karena pembunuhan-pembunuhan itu. Malahan Tibo dkk yang Katolik dan belum tuntas persoalannya dieksekusi dengan hukum mati.
Kekerasan dalam Islam sungguh telah dicirikan sendiri oleh Muhammad yang berkata: “Ketahuilah bahwa firdaus terletak di bawah bayang-bayang pedang” (HSB IV/73).
Semuanya ini menjadikan Islam berkultur teror dalam arti kata apa adanya!!
Sekalipun ada sebagian Muslim yang percaya bahwa kata-kata dan ketentuan Allah itu bersifat tetap dan kekal (Surat 6:34; 10:64; 33:62 dst), namun Islam menganut pula doktrin “nasakh dan mansukh” dimana ayat yang satu bisa dibatalkan dan diganti dengan ayat baru yang lain. Surat 2:106 memberi Allah dan Muhammad untuk menggonta-gantikan kalimatNya. Nah, ayat-ayat yang keras tersebut di atas adalah ayat-ayat Madaniyah yang dikeluarkan Muhammad waktu dia sudah mempunyai tentara (angkatan perang) di Medinah. Dan ayat-ayat inilah yang menggantikan/nasakh ayat-ayat lemah (Makiyah) yang dikeluar-kan Muhammad waktu ada di Mekah yaitu waktu Islam masih lemah.
Dengan demikian ayat-ayat yang lembut (Makiyah) sudah tidak berlaku lagi, karena yang berlaku adalah ayat-ayat keras.
Ini menjadikan Islam bermuka dua.
TOLERANSI AGAMA
Waktu peristiwa-peristiwa teror/pembunuhan seperti WTC 9-11-2001, bom
Bali dll terjadi, maka komentar sebagian ulama-ulama Islam adalah Islam
itu tidak begitu, Islam itu agama yang toleran, penuh kasih sayang,
tidak ada kekerasan, lalu dibacakan ayat-ayat Makiyah tersebut. Tetapi
disisi lain banyak orang-orang Islam dari Timur Tengah sampai Indonesia
menari-nari atas penghancuran itu, dan dari masjid-masjid dibacakan
ayat-ayat Madaniyah yang membenarkan peristiwa-peristiwa teror tersebut.Muhammad bukanlah orang pertama yang mengaku sebagai nabi, beberapa orang yang lain juga mengaku diri nabi dan mereka adalah saingannya.
Yang paling terkenal adalah Musailama, dia berhasil diterima oleh masyarakat sedangkan seorang wanita yang lain bernama Sijah juga mengaku sebagai nabi dan diapun punya banyak pengikut.
Kedua nabi ini mengajarkan monotheisme. Berlawanan dengan anggapan orang jalanan, sebelum masa Islam mendominasi Arabia, wanita-wanita justru lebih punya hak dan lebih dihormati dari pada jaman setelah Islam. Tidak satupun nabi-nabi yang mengembangkan agama dengan memakai kekerasan, menindas atau merampok orang lain. Mereka tidak menaklukkan daerah-daerah baru dengan perang atau mendirikan kerajaan, mereka hanya ingin berkhotbah dan mengajak umat menyembah Tuhan. Nabi-nabi yang lain tidak bermusuhan satu sama lain untuk mendapatkan pengaruh, hanya Muhammad-lah satu-satunya nabi yang gemar mengobarkan perang dan menjarah atas nama Allah.
Sebenarnya orang-orang Quraish sangat bertoleransi dengan segala macam agama apa saja. Ka’bah Mekah dengan 360 dewa di sekelilingnya adalah saksi atas penyembah-penyembah dari agama mana saja.
Kaum tua-tua Quraish merasa jengkel dan muak dengan hinaan-hinaan Muhammad lalu melaporkan hal itu kepada Abu Talib pamannya yang sudah tua dan berkata: “Keponakanmu ini telah mengucapkan kata-kata hinaan terhadap dewa-dewa dan agama kami, dan telah mengatakan kami bodoh, dan mengatakan semua kakek moyang kami sesat. Sekarang, kau yang berada di pihak kami silahkan balas dia (karena kaupun mengalami hinaan yang sama) atau jangan lindungi dia agar kami yang membalasnya”. (Sir William Muir, Life of Muhammad, Vol.2, Ch.5. p. 162).
Ini bukan ucapan orang-orang yang suka menindas, ini hanya sebuah permintaan dan peringatan agar Muhammad berhenti menghina dewa-dewa mereka. Itulah asal muasal perseteruan Muhammad dengan kaum Quraish, dan bukan yang diputar balik-kan seolah mereka yang mulai memusuhi dan menganiaya Muhammad.
Bandingkan dengan tindakan kaum Muslim modern ketika nabi mereka digambarkan di beberapa kartun. Para Muslim ini langsung mengamuk dan membakar sampai di tempat-tempat yang jauh seperti Nigeria dan Turki, dan yang terbunuh hampir 100 orang yang tidak bersalah terhadap pembuatan kartun-kartun itu. Tetapi sebaliknya, masyarakat Quraish bertoleransi atas hinaan-hinaan terhadap dewa-dewa mereka selama tigabelas tahun!!
HIJRAH
Karena sibuk mengurus sepuluh anak tanpa bantuan suami, Khadijah
tidak sempat mengurus bisnisnya, sehingga setelah dia meninggal dunia
(65 tahun), keluarganya jadi miskin. Setelah Khadijah meninggal pada 620
M, pendukung lain Muhammad yakni pamannya Abu Talib juga meninggal.
Karena kehilangan dua pendukung setianya dan tidak dipedulikan
masyarakat Mekah, maka Muhammad mengambil keputusan hijrah ke Medinah.Pada tahun 623 M dalam usia 53 tahun Muhammad melakukan perjanjian dengan dua suku terkuat di Medinah sebagai pelindungnya. Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah duluan, dengan sendirinya mereka yang tinggal di Mekah tidak suka akan hal ini khususnya majikan-majikan dari budak yang memeluk Muslim tidak merasa suka. Beberapa budak Muslim yang mencoba melarikan diri ditangkap dan dipukuli oleh majikannya yang mempertahankan hak milik atas budaknya.
Contohnya ketika seorang Muslim kulit hitam bernama Bilal ditangkap oleh majikannya yang bernama Umaiyah, iapun memukulinya dan merantainya. Abu Bakar lalu membeli Bilal dan memerdekakannya.
[Ibn Sa’d mengatakan Bilal mati sebagai martir, tetapi kenyataannya Bilal kembali ke Mekah saat kota ditaklukkan Muhammad. Bilal mengumandangkan azan di atap Ka’bah, dia meninggal secara alamiah].
Tetapi jangan salah, Muhammad tidak menentang perbudakan. Di kemudian hari setelah dia berkuasa, dia justru memaksa ribuan orang merdeka kafir untuk diperbudak.
Meski Muhammad menjadi orang yang dibenci oleh masyarakatnya sendiri yaitu masyarakat Quraish, namun Muhammad dan pengikutnya tidak diperangi dan dianiaya gara-gara ajaran Islam itu sendiri.
Kaum politheis kebanyakan tidak peduli agama orang lain karena mereka cenderung pluralistik. Sikap tidak toleran terhadap kepercayaan lain di Arabia bermula dari Islam saja.
Tidak ada bukti penindasan terhadap Muhammad dan Muslim di Mekah kecuali kekerasan kecil yang diprovokasi oleh Muhammad sendiri, seperti kasus Muhammad dicekik oleh Uqba, kemudian dilepas. Ini yang dikatakan oleh Ibn Ishaq sebagai perlakuan terjelek yang dilakukan Quraish terhadap Muhammad selama 13 tahun. (Ibn Ishaq, halaman 184).
Meski demikian Muslim tetap menuduh begitu hanya karena itu adalah strategi defensif dengan alasan bahwa Muhammad yang mengatakannya! Muslim memang tidak ragu dengan apa yang dikatakan Muhammad, dan itu semata-mata karena tidak berani kritis melihat dan menelusuri sejarah. Tidak percaya? Mari kita simak satu contoh kasus dimana Allah sendiri yang menjadi saksi bahwa Muhammad yang memulai gara-gara terhadap orang-orang Mekah yang dimusuhinya:
Abu Jahl menemui rasul dan berkata: “Demi Allah, Muhammad, engkau berhenti mengutuki ilah-ilah kami, atau kami yang akan mengutuki Tuhan yang kalian sembah.” Maka turunlah ayat Qur’an kepada Muhammad surat 6:108, “Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.”
Tampak bahwa Muhammad-lah yang memulai penistaan agama kaum Quraish secara melewati batas sehingga ia ditegur oleh Allah sendiri!
Beberapa pengikut Muhammad ragu-ragu untuk meninggalkan Mekah sehingga Muhammad mengancam mereka, jika mereka tidak mau pergi, maka mereka akan menjadi penghuni neraka. (Qur’an Surat 4:97).
Suatu malam (623 M) Muhammad mengaku Allah memberi tahukannya bahwa musuh-musuhnya berusaha untuk mencelakainya. Dia lalu minta kawan setianya Abu Bakar untuk menemaninya diam-diam ke Medinah. Ayat berikut ini mengisahkan kejadian tersebut.
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Qs 8:30).
Tampaknya Allah menduga-duga apa yang akan direncanakan orang-orang Mekah, sepertinya ini hasil dari kecurigaan dan perasaan was-was Muhammad saja.
Hijrahnya Muhammad ke Medinah merupakan tahun pertama kalender Islam (tahun Hijria).
Masyarakat Arab Medinah lebih dapat menerima Muhammad, bukan karena ajarannya tetapi karena mereka bersaing dengan masyarakat Yahudi yang lebih kaya dan terpelajar dibandingkan masyarakat Arab.
Sebagian besar tanah-tanah di Medinah dimiliki orang-orang Yahudi. Kota Medinah adalah kota Yahudi.
Kitab Al-Aghani (Puisi-puisi beberapa jilid yang dikumpulkan oleh Abu al Faraj Ali dari Esfahan, kumpulan puisi dari literatur Arab tertua mulai dari abad ke-9 M. Ini merupakan sumber keterangan penting tentang masyarakat Islam kuno) mencatat penduduk Yahudi pertama di Medinah datang pada jaman Musa.
Akan tetapi dalam buku abad 10 berjudul Futuh al-Buldan (Penaklukan Kota-kota), Al Baladhuri menulis bahwa perpindahan penduduk Yahudi ke dua terjadi pada tahun 587 SM, ketika raja Babilon Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem dan mengusir kaum Yahudi sehingga tersebar dimana-mana.
Di Medinah kaum Yahudi hidup sebagai pedagang, ahli emas, ahli besi, ahli seni, petani sedangkan kaum Arab adalah pedagang kecilan, kuli dan pekerja yang bekerja bagi kaum Yahudi. Kaum Arab ini datang ke Medinah sekitar tahun 450 atau 451 SM karena terjadi banjir besar di Yaman yang memaksa suku-suku Arab yang tinggal didaerah Sab mengungsi ke daerah lain di Arabia sebagai pengungsi.
Orang-orang Muslim Mekah yang tadinya memiliki relasi dan pekerjaan di Mekah disuruh Muhammad meninggalkan rumah mereka dan pindah ke Medinah. Muhammad menjanjikan ini:
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,
pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka didunia. Dan
sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui. (Qs 16:41).
Orang-orang Muslim yang hijrah ke Medinah tidak punya pencaharian, mereka jadi miskin dan tergantung belas kasihan orang-orang Medinah untuk bisa hidup. Jadi bagaimana Muhammad memenuhi janjinya untuk memberi “tempat yang bagus” pada mereka yang meninggalkan rumah mereka karena perintahnya? Muhammad nyaris kehilangan wibawanya, beberapa pengikut bahkan meninggalkannya. Reaksi Muhammad adalah ayat ancaman baru:
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir,
lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di
antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan
Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka dimana saja
kamu menemuinya dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka
pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong. (Qs 4:89).
Arti dari ayat diatas adalah larangan untuk berteman dengan penduduk Mekah dan mengatakan pada pengikutnya untuk membunuh “Muslim-Muslim” lain yang meninggalkan jalan Allah dan yang berniat kembali ke Mekah.
Semua ini dilakukan Muhammad agar orang-orang Muslim itu dijauhkan dari keluarga dan teman-temannya sehingga dia bisa mengendalikan dan mencuci otak mereka dengan lebih.
Meskipun telah mengeluarkan ayat-ayat penuh ancaman bagi mereka yang berniat meninggalkannya, Muhammad harus menemukan jalan untuk menafkahi pengikut-pengikutnya. Tidak ada cara lain! Dia lalu memerintahkan mereka untuk merampok kafilah-kafilah pedagang Mekah dengan alasan karena masyarakat Mekah telah mengusir mereka keluar dari rumah mereka, karena itu sudah menjadi hak mereka untuk merampok orang-orang Mekah tersebut.
Diizinkan berperang bagi orang-orang (Islam) yang diperangi (oleh golongan penceroboh), karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah Amat Berkuasa untuk menolong mereka (mencapai kemenangan).
yaitu mereka yang diusir dari kampung halamannya dengan tidak berdasarkan sebarang alasan yang benar, (mereka diusir) semata-mata karena mereka berkata: Tuhan kami ialah Allah …. (Qs. 22:39-40).
Dia juga mengeluarkan banyak ayat-ayat Qur’an yang membujuk dan mengobarkan pengikutnya untuk memerangi non-Muslim.
Wahai Nabi, perangsangkanlah orang-orang
yang beriman itu untuk berperang. Jika ada diantara kamu dua puluh yang
sabar, niscaya mereka dapat menewaskan dua ratus orang (dari pihak
musuh yang kafir itu) dan jika ada diantara kamu seratus orang, niscaya
mereka dapat menewaskan seribu orang dari golongan yang kafir,
disebabkan mereka (yang kafir itu) orang-orang yang tidak mengerti. (Qs.
8:65).
Sebagai akibatnya, banyak kejahatan-kejahatan yang dilakukan kaum Muslim selama berabad-abad berasal-usul dari ayat-ayat ini.
Muhammad menghalalkan serangan-serangan ini melalui cara yang kita kenal saat ini sebagai pihak yang jadi korban (yang dizalimi), sama persis seperti yang dilakukan Muslim masa kini. Dia mengaku non-Muslim telah menekan kaum Muslim dan melakukan perang terhadap mereka. Pada kenyataannya, dia sendiri yang memulai permusuhan dengan merampoki kafilah-kafilah Mekah demi “menafkahkan” para pengikutnya yang perlu dihidupi. Begitu dia mulai cukup tentara yang bersedia melakukan perintahnya, Muhammad pun memerintahkan mereka membunuhi para pedagang Quraish pula.
Kebohongan Muhammad jelas-jelas tampak. Di satu ayat, Muhammad memerintahkan para pengikutnya hijrah ke Medinah dan mengancam mereka yang tidak ingin ikut itu dengan ancam-an pembunuhan dan neraka. Tapi di ayat-ayat lain dia menuduh bahwa Muslimlah yang diusir tanpa sebab dan mereka jadi korban “yang diperangi”.
Simak kata kiasan Arab berikut: ”Darabani, wa baka; sabaqani, wa’shtaka” artinya “Dia memukulku dan mulai menangis; lalu dia datang padaku dan menuduhku memukulnya!”
Kiasan ini dengan tepat menggambarkan modus operandi/siasat Muhammad, para pengikutnya saat ini juga melakukan siasat seperti itu: menuduh pihak lain menzalimi Muslim, menuduh kafir menghina Islam, tak ada habisnya.
Dan siasat Muhammad ini ternyata sukses sekali. Dia berhasil membuat anak laki-laki berperang melawan ayah-ayah mereka, mengadu domba saudara kandung lawan saudara kandung, menghancurkan persatuan suku dan mencerai-beraikan masyarakat.
Muhammad mengaku sebagai korban, tapi sebenarnya dialah sendiri yang mulai memusuhi, menindas dan menjarah. Islamist (untuk lebih menentang dan bisa dipercaya Muslim, dipakai istilah ini) pun melakukan hal yang sama, dimana-mana Muslimlah yang membunuh karena Allahnya, tetapi mereka sendiri yang menjerit paling keras dan mengaku sebagai korban dan pihak yang dilecehkan dan ditindas. Bukankah Qur’an yang pertama-tama memusuhi non-Muslim? Adakah Taurat dan Injil memusuhi Muslim?
Di Medinah pendatang Muslim dari Mekah hanya beberapa puluh orang saja. Agar berhasil dalam usaha penyerangannya, Muhammad butuh bantuan Muslim dari Medinah yang disebut sebagai Ansar (pembantu). Mereka diiming-iming dengan janji Allah dan jarahan perang yang menggiurkan.
Mulanya orang-orang Medinah memeluk Islam bukan dengan tujuan untuk merampok dan berperang, sebab sebelum Muhammad datang, orang-orang Arab tidak mengenal agama perang. Tetapi Muhammad dengan pidato-pidatonya yang menyihir mampu membangkitkan nafsu dasar keserakahan manusia.
JIHAD
Untuk membujuk pengikut seperti ini, Muhammad membuat Allah mengeluarkan perintah ini:Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Qs 2:216).
Disamping memerintahkan Muslim menyerang orang-orang tak berdosa dan merampoki mereka, beberapa ayat-ayat Al Qur’an juga menjanjikan hadiah di dunia dan akhirat.
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang kamu akan mengambilnya. (Qs 48:20).
Untuk mematikan hati nurani pengikutnya dari rasa berdosa dan bersalah, Muhammad membuat Allah menghalalkannya:
“Nikmatilah apa yang kamu ambil dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik.” (Qs 8:69).
Karena Allah tidak perlu barang-barang curian atau hasil perampokan dari sekelompok orang-orang Arab, maka semua harta-harta rampasan perang harus masuk kepada wakilnya sang utusan Allah.
Karena tidak ada seorangpun yang bisa melihat atau mendengar Allah maupun Jibril, semua kepatuhan harus dilimpahkan kepada utusannya yaitu Muhammad.
Dialah yang harus ditakuti karena dia satu-satunya perantara antara Allah dan manusia.
Allah sangat diperlukan Muhammad untuk mendominasi manusia, tanpa percaya dan takut kepada Allah dan Muhammad, para pengikutnya tak akan mau mengorbankan nyawa mereka, membunuh orang termasuk keluarga mereka sendiri, menjarah orang, memberikan semuanya kepada Allah melalui Muhammad.
Muhammad berkhotbah tentang dosa shirik larangan memper-sekutukan Allah, tetapi dalam kenyataannya dia bersekutu dengan Allah dengan cara yang membuat ke duanya secara logika dan praktek tak bisa dipisahkan.
Muhammad mengungkapkan dengan jelas rasa pentingnya diri, kebesaran dan kemutlakan Muhammad disamping Allah.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan baginya.” (Qs 33:56).
“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah DAN Rasul-Nya, menguatkan-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (Qs 48:9).
Muhammad bahkan menjejerkan dirinya bersama Allah dalam Kalimat Shahadat: “Tiada Tuhan selain Allah DAN Muhammad adalah Rasul Allah”. Dan sekaligus membakukan dirinya sebagai Wakil Allah yang mutlak, sampai kepada wakil-wakil yang Muhammad tunjuki secara berantai: “Barangsiapa taat kepadaku, ia taat kepada Allah, dan barangsiapa mengingkari aku, ia mengingkari Allah. Dan barangsiapa taat kepada pemimpin yang kutunjuki, ia taat kepadaku, dan barangsiapa mengingkarinya, iapun mengingkari aku” (Bukhari vol.9, buku 89, no.251).
Muhammad begitu terkesan dengan dirinya sehingga dia menoreh kalimat-kalimat berikut kedalam mulut Allah:
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung.” (Qs 68:4). Dan
“untuk jadi cahaya yang menerangi.” (Qs 33:46).
“ketetapan Allah DAN Muhammad adalah final.” (Qs 33:36).
Sebaliknya Muhammad sesukanya mengklaim tentang ras dirinya:
“Diantara semua bangsa didunia Tuhan memilih bangsa Arab. Dari antara bangsa Arab Dia memilih Kinana. Dari Kinana Dia memilih suku Quraishi (yaitu sukunya Muhammad). Dari suku Quraishi Dia memilih bani Hashim (klannya). Dan dari bani Hashim Dia memilih aku.” (Tabaqat, vol.1. p.2).
Dalam hadits Muhammad juga mengklaim untuk dirinya:
- Hal pertama yang dibuat Allah Maha Kuasa adalah jiwaku.
- Pertama dan segala hal, Allah menciptakan jiwaku.
- Aku dari Allah, dan orang-orang percaya adalah dariku.
- Seperti Allah menciptakanku agung, Dia juga memberiku karakter agung.
- Kalau bukan karena kau, O Muhammad, Aku tidak akan menciptakan jagat raya.
Amir Timur Lang, yang dikenal juga dengan nama Tamerlane (1336-1405) adalah seorang yang kejam yang menjadi kaisar melalui tindakan-tindakan banditnya. Dalam otobiografinya yang berjudul: Sejarah Perangku Melawan India (The history of my expedition against India), dia terus terang menulis:
Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua kesusahan adalah untuk mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan kafir, musuh Islam, dan dengan me-lakukan perang agama ini aku akan mendapatkan surga di alam baka. Yang kedua adalah untuk barang-barang duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu dari menjarah kekayaan dan harta kafir; menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan air susu ibu mereka bagi Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya adalah halal dan terhormat. (Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir Timur-i-lang dalam History of India as told by its own Historians).
Tak lama kemudian usaha Sang Nabi mulai berbuah. Terdorong godaan dan keserakahan ingin mendapat harta jarahan dan janji-janji hadiah surgawi, maka Muslim Medinah bergabung melakukan perampokan dan penjarahan di jalan Allah.
Setelah tentara Muhammad bertambah banyak dan ambisinya semakin membengkak dia tidak hanya memerintahkan pengikutnya berperang baginya “di jalan Allah” tetapi harus bayar biaya perang sekalian.
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Perhatikan bagaimana Muhammad menghubungkan “perbuatan baik” dengan menjarah, meneror dan membunuh.
Dengan memutar balikkan moralitas seperti inilah maka Muslim dapat mengesampingkan nurani mereka dan menganut etika terbalik dalam memperlakukan non-Muslim, yang harus terus dimanfaatkan demi keuntungan Muslim. Apapun keadaan yang menguntungkan “Islam” dianggap baik. Muhammad membuat pengikutnya percaya bahwa melakukan perang dan tindakan terorisme dalam Islam merupakan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan.
ZAKAT
Saat ini para Muslim yang tidak sanggup berperang di jalan Allah akan menggantinya dengan menyumbangkan zakat.Zakat ini tidak diprioritaskan untuk membangun rumah sakit, panti asuhan yatim piatu, sekolah atau rumah jompo.
Sebaliknya zakat ini lebih dipergunakan untuk mengembangkan Islam, membangun mesjid, madrasah, pondok pesantren, melatih para teroris, membeli bom, alat-alat senjata, kaderisasi dan membiayai jihad. Kalaupun ada badan-badan sosial Islam membantu kaum miskin itu umumnya untuk tujuan politis semata.
Contohnya: Uang mengalir ke Amerika untuk melatih teroris menerbangkan pesawat untuk ditabrakkan ke menara kembar WTC 9-11-2001.
Banyaknya jumlah uang yang dibayarkan pemerintah Iran kepada Hezbollah di Lebanon dan bukannya dipakai untuk mensejahterakan rakyat Iran, padahal rakyat Iran sekarang ini banyak yang miskin, mereka beruntung kalau bisa kerja dan hidup dengan gaji tak lebih dari $ 100/bulan.
Akhirnya Lebanon yang tadinya merupakan daerah pariwisata yang tentram menjadi porak poranda selama puluhan tahun, tujuannya supaya Islam menguasai Lebanon yang mayoritas rakyatnya beragama Kristen dan mengobarkan kebencian dan perang terhadap Israel.
Dana zakat dari Timur Tengah yang masuk ke Indonesia dipakai untuk membiayai teror-teror di Indonesia. Bagi tokoh-tokoh Laskar Jihad diberi gaji tidak kurang dari Rp 3 juta per bulan, untuk memenggal kepala-kepala kafir di Ambon, Poso dan kegiatan-kegiatan lain yang meresahkan masyarakat.
(KH. Abdurrachman Wahid: ILUSI NEGARA ISLAM: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, hal.89).
Jika orang-orang Muslim tidak cukup menyumbang bagi usaha militernya, Muhammad dengan keras menegur mereka:
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan
Allah, padahal Allah-lah yang menguasai (mempunyai) langit dan bumi? (Qs
57:10).
Dengan cerdik Muhammad menyamakan uang yang dikeluarkan Muslim bagi usaha militernya sebagai “pinjaman” yang diberikan kepada Allah, dan menjanjikan “bunga illahi” bagi uang mereka:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak. (Qs 57:11).
Untuk mempermanis perjanjian utang piutang ini, Allah memberikan janji-janji akan ada berbagai barang yang indah dan kepuasan seksual tak terbatas di surga, sambil tak lupa memperingatkan bahaya hukuman bagi mereka yang pelit menyumbang usaha militernya.
Dengan cara ini dia membuat pengikutnya percaya bahwa Allah seolah berhutang pada mereka karena telah membantu Muhammad dalam perang-perang dan perampokannya.
Meskipun Muhammad membuat Allah berkata pada pengikutnya betapa besar upah Muslim yang menyumbang usaha militernya, tetapi dia tidak mau pengikutnya bangga terhadap sumbangan dan pengorbanan mereka.
Berkorban adalah keberuntungan, pengikutnyalah yang harus berterima kasih padanya karena diberi kesempatan melayaninya dan bukan sebaliknya.
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan) si penerima, maka mereka itulah yang memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Setelah membangkitkan semangat mereka untuk mengobarkan perang dan memerintahkan mereka untuk menebas leher-leher kafir, Muhammad meyakinkan pengikutnya bahwa hal itu adalah bagian dari ujian Allah dan “perbuatan-perbuatan baik” mereka yang tidak akan dilupakan pahalanya.
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (Qs 47:4).
Jadi lihatlah, betapa dari ayat ini dapat disimpulkan hal-hal berikut:
- Allah dapat membunuh kafir tanpa bantuan Muslim tetapi Dia justru ingin Muslim melakukannya sendiri demi menguji kesetiaan iman mereka.
- Tanpa sadar Muhammad menggambarkan secara implisit bahwa Allahnya adalah pemimpin agung perampok, yang ingin menguji kesetiaan orang-orangnya dengan menyuruh mereka membunuh dan memeras para sanderanya.
- Dalam Islam, iman Muslim yang paling final, diuji dari niat dan kesiapan mereka untuk membunuh hingga terbunuh demi Allah!
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Qs 8:60).
Banyak ayat-ayat serupa seperti di atas dan semuanya menjelaskan mengapa demikian banyak badan/ organisasi Islam mengumpulkan zakat untuk membiayai terorisme dan perang.
Dalam sebuah laporan yang diumumkan oleh Pengadilan Pemerintah di Virginia tanggal 19-8-2003, menyatakan bahwa badan zakat Muslim menyumbang $ 3,7 juta kepada BMI, Inc. yang adalah perusahaan investasi Islam swasta di New Jersey yang menyalurkan uang kepada kelompok-kelompok teroris. Uang itu berasal dari sumbangan $ 10 juta dari berbagai donatur tanpa nama di Jeddah Arab Saudi.
(http://pewforum.org/news/display.php?NewsID=2563).
Juga pada tanggal 27-7-2004 Departemen Pengadilan Amerika Serikat mengungkapkan pengumpulan zakat Muslim terbesar dalam negeri Amerika dan tujuh tokoh-tokoh utama dituduh menyalurkan uang $ 12,4 juta selama enam tahun kepada gerakan perlawanan Islam Hamas, kelompok Palestina yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Amerika.
(http://www.washingtonpost.com/wp-dym/articles/A18257-2004Jul27.html).
Sengaja atau tidak, fungsi zakat bagi Muslim banyak “terseleweng” untuk membiayai jihad, menyebarkan Islam keras, mendirikan pondok-pondok pesantren khusus, tempat-tempat pelatihan terorisme, membeli senjata-senjata, merakit bom dll, sebagian kecil saja zakat diberikan untuk orang-orang miskin, itupun sering terkait untuk politik. Bila ada bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, negara-negara Islam tidak begitu tertarik untuk menyumbang besar-besaran, hanya kecil sekali kontribusinya, dan sering terlambat dibandingkan negara-negara “kafir” yang dimusuhinya.
Peperangan dan Perampokan
Di Medinah, Muhammad berhasil melipat-gandakan jumlah pengikutnya.Untuk menghidupi pengikut-pengikut awal Islam ini, pekerjaan pertama-tama Muhammad sebagai pemimpinnya harus menemukan sumber-sumber keuangan. Tidak ada cara lain selain melakukan penyerangan dan membunuh kaum pedagang untuk dijarah hartanya.
Serangan pertama dikenal sebagai serangan Al-Iwa dimana dia menyerang sebuah kafilah unta yang dimiliki beberapa orang dari kaum Quraish (The Life of the Messenger oleh Imam Muhammad bin Abd Al-Wahab, hal 85).
Serangan kedua dikenal sebagai Bawat, dimana dia menyerang sebuah kafilah dari Mekah yang dipimpin Umia bin Khalaf yang berhasil dirampoknya. Dalam serangan ketiga, dikenal dengan Al-Ashira, sebuah kafilah yang menuju Damaskus diserang oleh Muhammad dan komplotannya. Perampokan ini berhasil dan lima orang dibunuh dalam perampokan ini.
Perang Nakhla pada 623 M
Muhammad mulai menguji kekuatannya dalam perang, orang-orang Arab adalah orang gurun pasir yang sederhana, tetapi mereka punya harga diri dan bangga akan sikap ksatria mereka. Dalam setahun ada beberapa bulan dimana mereka tidak boleh berperang, bulan-bulan ini dikenal sebagai bulan suci, dimana orang melakukan perjalanan dengan aman dan ziarah. Bertempur dan membunuh di bulan suci adalah pelanggaran terhadap hal yang dianggap keramat.
Muhammad mengirim 8 orang ke arah Nakhla tanpa memberi tahu akan misinya. Dia memberi surat yang disegel kepada pemimpin ekspedisi dan baru boleh dibuka setelah tiba ditempat tujuan. Ketika mereka membuka surat itu baru mereka tahu bahwa Muhammad memerintahkan mereka untuk merampok sebuah kafilah di bulan suci. Dua orang dari mereka menghilangkan untanya dan pura-pura mencarinya agar tidak ambil bagian dalam perampokan itu. Enam orang lainnya berdiskusi akhirnya memutuskan bahwa perintah sang Nabi harus dipatuhi meskipun bertentangan dengan nurani, etika dan moral.
Nakhla, sebuah tempat yang dikenal akan pohon-pohon palemnya, pada saat itu ada sebuah kafilah yang membawa mentega, kismis, arak dan barang-barang lain dari Taif ke Mekah. Untuk menyiapkan sergapan, mereka mencukur gundul rambut mereka dan pura-pura bersikap sebagai orang-orang yang akan melakukan ziarah. Orang-orang penjaga karavan terkecoh dan menurunkan tingkat penjagaan, karena melihat yang datang adalah para peziarah. Namun tiba-tiba mereka menyergapnya, membunuh satu orang dan menawan dua orang sebagai sandera, orang ke empat lolos. Pembunuhan ini menimbulkan kegemparan di seluruh suku Quraish yang sadar bahwa lawan mereka, orang Muslim demi kekuasaan tidak akan menghormati bulan suci dan hukum apapun walaupun bertentangan dengan moralitas, kode etik, kesopanan, hati nurani. (Ali Dashti, 23 years, p.86).
Menghadapi kritikan masyarakat Mekah, Muhammad segera mengeluarkan ayat untuk membenarkan perbuatannya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:”Berperang dalam bulan Haram itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah … lebih besar dosanya di sisi Allah.” (Surat Al-Baqara 2:217).
Padahal tidak ada satupun hakekatnya yang dapat dikaitkan dengan “perang di jalan Allah” ataupun perang membela Allah! Sungguh mulut Allah disurga telah didiktekan dari dunia.
Perang Badr 624 M
Setelah para pengikutnya merasakan nikmatnya merampok harta dan membunuh, kini Muhammad (54 th) sendiri memimpin perang ke dua. Dia dan pengikutnya lagi-lagi memenangkan pertempuran di Badr. Sukses besar ini mendorong lebih banyak lagi dari para pengikutnya dan orang-orang lain yang berminat untuk bergabung dalam pertempuran, membunuh dan merampok. Beberapa tawanan yang tertangkap dipancung karena mereka telah menghina Muhammad beberapa tahun sebelumnya ketika dia masih di Mekah, sisanya ditawan untuk dimintai tebusan pada keluarganya.
Diantara mereka terdapat Abul Aas, suami Zainab anak perempuan Muhammad sendiri.
Zainab mengirim kalung emas yang didapatkan dari ibunya Khadijah saat menikah, untuk menebus suaminya. Muhammad mengenali kalung tersebut karena pernah dipakai isterinya Khadijah. Iapun terpaksa setuju untuk melepaskan Abul Aas tanpa tebusan yang diminta asal Zainab meninggalkan suaminya.
Para ulama Muslim menganggap perang Badr sebagai serangan militer dengan pengertian sebuah perang yang kita pahami sekarang. Sebuah kafilah yang membawa barang-barang dagangan tengah dalam perjalanan kembali dari Damaskus menuju Mekah, dipimpin oleh Abu Sufyan orang kaya dari Mekah. Mendengar ini Muhammad dengan orang-orangnya merancang untuk menyerang dan merampok barang-barang dagangan yang dibawa kafilah itu. Namun rencana jahat ini sempat tercium oleh Abu Sufyan yang segera mengirimkan utusan ke Mekah, memohon bantuan orang-orang Mekah untuk menggagalkan usaha perampokan itu.
Sementara itu Muhammad mengerahkan Al-Ansar sekutunya dibawah pimpinan Sa’d Ibn Mua’dh Al-Migdad bin Al-Aswad, yang berjanji kepada Muhammad:
“Kami Al-Ansar dari Medinah bergabung dengan Muhammad akan mendapatkan hasil penjarahan perang dengan pembagian yang sama dengan Muhajirin-orang-orang Mekah yang hijrah dengan Muhammad ke Medinah, dan Muhammad akan mendapatkan satu perlima bagian. Oleh karena itu pimpinlah kami dan kami tidak akan berkata seperti orang-orangnya Musa yang berkata: “Pergilah, kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah sementara kami hanya duduk menanti disini saja.” (pernyataan terakhir Al-Migdad ini kemudian menjadi cikal bakal ayat Al-Qur’an surat Al-Maidah 5:24).
Muhammad puas dengan kesepakatan ini dan berkata:
“Berbarislah dan bersuka citalah, karena Allah telah menjanjikan aku, satu dari dua denominasi dan aku melihat orang-orang terbunuh.”
Seperti biasanya “JIBRIL” turun kepada Muhammad dengan ayat yang diturunkan:
“Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (Surat Al-Anfat 8:12).
Dan sebuah ayat diturunkan lagi:
“Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan?” (Surat Ali Imran 3:124).
Dalam perang ini pengikut-pengikut Muhammad menjadikan saudara-saudara mereka sendiri yang kafir sebagai musuh. Amer bin Al-Hadrami, anak dari Umar Al-Hadrami saling berhadapan dalam pertempuran dan berteriak: “Wahai Umar, wahai saudaraku!” Tetapi Muhammad memerintahkan dia dibunuh.
Perang ini berakibat kematian lebih dari empatratus orang dari Mekah, termasuk Abu Al-Hakam yang berarti orang bijak, paman Muhammad, tetapi oleh orang-orang Muslim nama itu diubah menjadi Abu Al-Jahl yang berarti orang bodoh. Abu Al-Hakam menolak untuk membunuh Muhammad ketika dia mendapatkan kesempatan tersebut pada saat perang dengan berkata: “Bagaimana saya bisa membunuh keponakanku, anak dari saudaraku Abdullah.” Karena Abu Al-Hakam ini tidak mau membunuh Muhammad maka orang-orang Muslim menyebutnya sebagai orang bodoh. Tetapi pendirian Muhammad dan pengikutnya terhadap pamannya sama sekali bertolak belakang.
Muhammad bin Abd Al-Wahab berkata dalam bukunya:
“Ketika perang mulai berakhir dan musuhpun dikalahkan, Rasul Allah berkata: “Siapa yang akan mencari tahu apa yang terjadi terhadap Abu Jahl?”
Ibn Mas’ud pun pergi dan menemukan dia terluka, tetapi Ibn Mas’ud dan Awfa bin Afra tetap memukulnya dan berkata kepadanya: “Siapa yang dikalahkan sekarang?”
Ketika Abu Jahl tidak menjawab, Ibn Mas’ud berkata: “Apakah seseorang yang dibunuh oleh kaumnya sendiri bisa dikalahkan?” Kemudian Ibn Mas’ud memenggal kepala Abu Jahl saat dia terluka parah dan tak berdaya, lalu melapor kepada Muhammad bahwa ia telah membunuhnya. Muhammad berkata: “Pergi dan tunjukkanlah dia kepadaku.” Ketika Muhammad melihat mayat pamannya, dia meludahinya dan berkata: “Firaun dari bangsa ini telah mati.” (The Brief of the Life of the Messenger oleh Imam Muhammad bin Abd Al-Wahab hal.91, edisi diterbitkan di Arab Saudi).
Banyak orang-orang Mekah yang tertawan dalam serangan ini termasuk 70 tawanan wanita.
Beberapa orang yang ditawan antara lain Umayya bin Khalaf dan anaknya Ali. Bilal seorang budak yang tinggal di rumah Umayya melihat mereka. Waktu Bilal menjadi pengikut Muhammad, Umayya mengutuknya tetapi tidak membunuhnya. Tetapi kini justru Bilal menuntut dua tawanan yaitu Umayya dan anaknya Ali harus dibunuh dengan pedang walaupun mereka minta ampun untuk nyawa mereka! Mereka yang dibunuh dalam perang cukup banyak tetapi hal tersebut tidak memuaskan Muhammad. Ketika dia dalam perjalanan pulang dia memerintahkan Ali untuk membunuh tawanan yang dianggap menyainginya di Mekah dengan kisah-kisah tandingan, yaitu orang-orang yang bernama Al Nadr bin Al Harith. Dan ketika mendekati gerbang kota, dia membunuh Akaba bin Ali Al-Mu’alit (Uqba ibn Abi Muait).
Ingat Uqba ini yang pernah mencekik Muhammad saking marahnya karena ilah-ilah orang Quraish itu dimaki-maki Muhammad. Tetapi Muhammad segera dilepasnya. Kini Uqba tidak dilepas Muhammad. Ketika Uqba mendengar perintah eksekusi terhadap dirinya, maka ia memohon belas kasihan dengan berkata: “Dan gadis kecilku, siapa yang akan memeliharanya?” Muhammad menjawab: “Api neraka!” Dan diapun dipancung jatuh ke tanah.
“Kamu iblis dan pengacau! Kafir terhadap Allah dan NabiNya dan KitabNya! Aku bersyukur kepada Tuhan yang telah membantai kamu, dan yang telah menyenangkan mataku.” seru Muhammad.
(Ibn Waraq, Why I am not a Muslim, p.93; Sirat Muhammad by Ibn Hisyam).
Sa’d Ibn Muad’dh mengkritik apa yang dilakukan anak buah Muhammad yang sedang membunuhi para tawanan.
Tetapi Muhammad berkata kepadanya: “Kamu sepertinya membenci apa yang dilakukan oleh anak buahku.” Dia menjawab: “Ya, membunuh tawanan bukan tradisi kita.” Muhammad menjawab: “Tetapi mereka adalah kafir.” Mua’dh menjawab: “Mereka mungkin bisa menjadi Muslim jika kita berbicara kepada mereka dengan baik.”
Dia kemudian berkata kepada Muhammad dalam pernyataannya yang terkenal: “Sepertinya membunuh jauh lebih penting bagimu dari pada membiarkan orang-orang itu hidup.”
Abu Bakr menyarankan kepada Muhammad agar para tawanan dibebaskan sehingga Allah dapat membimbing mereka beriman kepada Muhammad. Tetapi Muhammad tidak mempedulikan panggilan kenabiannya untuk membimbing dan menunjuki jalan malahan sebaliknya minta tebusan kepada keluarga para tawanan di Mekah. Terjadilah tawar menawar antara rakyat Mekah dengan kaum Muslim untuk membayar tebusan setiap tawanan. Akibatnya kaum Quraishi menjual harta benda termasuk rumah-rumah mereka dan memberikan uangnya kepada Muhammad untuk menebus tawanan-tawanan tersebut.
Serangan Muhammad terhadap kafilah, pedagang-pedagang laki-laki dan wanita-wanita tersebut disebut sebagai perang Badr dan kemenangan Muhammad atas para pedagang tersebut oleh kaum Muslim dikatakan sebagai “Peperangan militer yang gemilang.”
Muhammad disebut sebagai Nabi pengampun tetapi dalam perang ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kasih dan pengampunan. Malahan setelah itu Muhammad mendeklarasikan:
“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”
(Surat Nuh / Nabi Nuh 71:26).
Ini membuka pintu lebar-lebar menghalalkan orang-orang Muslim untuk membunuh, menindas non-Muslim kaum kafir, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha dimanapun, kapanpun mereka mempunyai kesempatan untuk melakukannya, sebagaimana yang telah mereka lakukan di negara-negara Barat, Timur Tengah seperti Mesir dan lain-lain negara Islam.
Muhammad mulai mentargetkan kaum Yahudi
Mula-mula Muhammad mencoba membujuk dan menarik simpati orang-orang Yahudi yang ada di Medinah melalui khotbah-khotbahnya agar orang-orang Yahudi mau mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai rasul, yaitu dengan cara berikut:
- Memberikan respek kepada Abraham dan tokoh-tokoh nabi-nabi Yahudi yang tertulis dalam Alkitab.
- Menekuni hari Sabat Yahudi.
- Mengadopsi sebagian dari hukum pengharaman makanan yang berlaku dalam masyarakat Yahudi.
- Membenarkan kitab Suci Yahudi.
- Kiblat sembahyang menghadap ke Yerusalem.
Encyclopedia Britanica menjelaskan, ketika Muhammad mengetahui bahwa kelompok Yahudi tidak berkualitas dalam peperangan, diapun tergoda untuk mengambil alih harta mereka lewat penyerangan. Serangannya terhadap permukiman Yahudi yang makmur di Khaibar itu kelihatannya sudah dirancang untuk memuaskan para pendukungnya yang tidak puas hanya dengan merampok para kafilah tetapi juga ingin merampok harta orang-orang Yahudi sebagai tambahan. (Encyclopedia Britanica 15:648). Sejarah mencatat Muhammad melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi mula-mula secara perorangan, kemudian baru melakukan penyerangan massal pada permukiman-permukiman Yahudi, karena alasan keuangan dan keagamaan. Sebagian dari wilayah permukiman Yahudi tersebut merupakan pusat-pusat perdagangan emas dan perak; maka dengan menaklukkan tempat-tempat semacam itu kekayaan besar dapat diperoleh dalam waktu singkat.
Perang Uhud 23 Maret 625 M
Tidak lama setelah perampokan Badr, orang-orang Quraish Mekah memutuskan untuk membalas dendam atas serangan Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Abu Sufyan setiba di Mekah berunding dengan para pemimpin masyarakat dan mereka memutuskan untuk memulai perang melawan Muhammad. Sebuah pasukan sebanyak 3.000 orang diberangkatkan menuju Medinah. Mereka berkemah dekat gunung Uhud mempersiapkan diri untuk menyerang.
Ketika Muhammad diberitahukan kedatangan tentara Mekah dalam jumlah besar, diapun takut untuk berperang melawan mereka, dan berpikir lebih baik bertahan dan bertempur di dalam kota, Abdullah bin Ubai setuju dengannya. Tetapi Al-Ansar rakyat Medinah takut akan nasib kota Medinah, dan nasib para wanita isteri dan anak-anak mereka, sehingga mereka menuntut Muhammad untuk berperang ke luar kota melawan mereka, jangan di dalam kota.
Untuk membesarkan semangat pengikutnya Muhammad berkata: “Aku akan meminta Allah dan malaikatnya berperang bagi kita.”
Maka seribu anak buahnyapun pergi berperang dengan memegang janji Muhammad dan Allah bahwa ribuan malaikat akan berperang di samping mereka. Namun Muhammad ternyata kalah dalam pertempuran ini walaupun sebelumnya dia meramalkan akan menang. Mulutnya terkena sabetan pedang, dia kehilangan beberapa gigi dan nyaris gugur dalam pertempuran itu. Pamannya Hamzah tewas dalam perang ini.
Kekalahan ini merupakan pukulan berat bagi Muhammad dan pengikut-pengikutnya.
Beberapa pengikutnya yang ketakutan melarikan diri, hanya tinggal 5 orang yang kembali. Tidak diketahui apa alasannya bahwa orang-orang Mekah tidak menghancurkan Muhammad beserta pasukannya. Namun agaknya setelah mereka melukai para korban yang cukup banyak, demi mengentengkan rasa bersalah/berdosa, orang-orang Mekah itu kemudian kembali ke kota sambil membiarkan Muhammad pergi.
Rakyat bertanya: “Dimanakah Tuhan Muhammad? Dimanakah duapuluh ribu malaikat yang dijanjikan untuk berperang bagi mereka?” teriak Sa’d Ben yang terluka parah selama perang. Para pendiri Islam mengelilingi Muhammad dan bertanya: “Abu Kasem (nama yang digunakan sahabat-sahabatnya untuk memanggil nya), apa yang akan kita lakukan? Sekarang Al-Ansar tidak mempercayai kita lagi.” Maka lagi-lagi Jibril siap membantu Muhammad untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan enampuluh satu ayat diturunkan dan menjadi bagian dari sebuah surat (Surat Al Imran 3:121-181).
Muhammad juga membuat lebih dari empatratus pernyataan lainnya yang dicatat dalam Ahadits (Ahadits adalah bentuk plural dari Hadits) Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Setelah perang Uhud, Muhammad dan sahabat-sahabatnya kehilangan 70% dari semua yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun, dan merekapun mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun dengan orang-orang Mekah. Gencatan senjata tersebut memberikan cukup waktu untuk mengembalikan harga dirinya yang hilang.
Muhammad memutuskan untuk kembali kepada habitatnya yaitu perampokan harta kafilah-kafilah yang berkeliling. Pada tahun ke empat Hijrah (626, empat tahun setelah Muhammad pindah ke Medinah) dia berhasil menyerang Dabeele dan Ber Ma’ouna.
Muhammad berperang langsung
Orang-orang Muslim biasanya bangga bila membicarakan peperangan Muhammad.
Dalam peperangan Muhammad memilih penyergapan atau penyerangan mendadak sehingga dia bisa mengalahkan korban-korbannya yang kaget dan membantainya sewaktu mereka tidak siap dan tidak bersenjata. Selama sepuluh tahun sejak hijrah ke Medinah dan merasa kuat ditengah-tengah pengikutnya, Muhammad melakukan 74 penyerangan (Tabaqat, vol.2, pp 1-2). Beberapa dari penyerangan ini adalah pembunuhan-pembunuhan atas perorangan saja dan penyerangan lainnya melibatkan ribuan orang.
Muhammad pribadi tercatat ikut dalam 27 penyerangan ini disebut ghazwa. Penyerangan-penyerangan yang diperintahkan nya tetapi dia sendiri tidak ikut menyerang disebut sariyyah. Baik gahzwa maupun sariyyah berarti serangan mendadak atau penyergapan.
Jikalau Muhammad ikut menyerang, dia selalu berada dibagian belakang tentaranya, dilindungi pasukan khususnya. Tidak ada keterangan manapun dalam biografi Muhammad yang menuliskan dia sendiri bertarung dimuka melawan musuh. Dia lain dengan Musa yang tampil jantan menghadap Firaun, atau Daud menghadap Goliat, atau Yesus menghadap tentara Imam Besar, Pilatus atau Herodes, siapa saja! Tidak ada nabi yang membokong (menyergap) dari belakang sebab ada Tuhan di depan mereka.
Waktu Muhammad berumur 20 tahun, dia pernah ikut berperang di Mekah bersama paman-pamannya, perang itu dikenal sebagai perang Fijar, dalam perang ini usaha Muhammad adalah mengumpulkan panah-panah musuh sewaktu gencatan senjata dan menyerahkan kepada paman-pamannya.
“Sikap berani dan mahir bersenjata adalah hal yang tidak dimiliki Muhammad dalam sepanjang karirnya sebagai nabi” (William Muir, Life of Muhammad, Vol.11, Chapter 2, page 6).
Muhammad tidak pernah mempertaruhkan nyawanya dalam peperangan yang dia lakukan, dia seringnya berdiri dibelakang pasukan dengan memakai dua lapis baju besi, satu baju melapisi baju lain. Baju besi ganda ini membuatnya begitu berat hingga gerakannya terbatas dan dia perlu dibantu untuk berdiri atau berjalan. Dengan begini dia berteriak-teriak ke arah anak buahnya dengan kerasnya memberi semangat anak buahnya agar berani dan jangan takut mati, menjanjikan mereka perawan-perawan berdada busung dan makanan surga di dunia lainnya. Kadang dia menggenggam pasir dan melemparkan ke arah musuh sambil mengutuk mereka.
Muhammad berpikir bahwa dirinya berada di atas hukum, dia melanggar kode-kode etika dan moral kapanpun dia suka, dan membuat Allahnya mengeluarkan ayat untuk mengkonfirmasi apa yang dia lakukan adalah benar. Ia dan pengikutnya menyerang kota-kota dan desa-desa tanpa peringatan, membacoki orang-orang sipil tak bersenjata secara pengecut, mengambil jarahan perang berupa hewan-hewan ternak, senjata-senjata dan semua harta benda korban, termasuk isteri-isteri dan anak-anak mereka. Penyerang Muslim kadangkala minta uang tebusan atau menyimpan/ menjual mereka sebagai budak.
Berikut adalah contoh kejadian penyerangan yang tercatat dalam sejarah Islam.
Penyerangan Bani Mustaliq.
Sang Nabi tiba-tiba menyerang bani Mustaliq tanpa peringatan ketika mereka sedang tidak siap dan ternak mereka sedang minum-minum di tempat pengambilan air. Orang-orang yang melawan dibunuh, para wanita dan anak-anak mereka ditawan; lalu sang Nabi mendapatkan Juwariyah di hari itu.(Sahih Bukhari, Vol.3. Book 46, Number 717).
Dalam perang ini 600 orang ditawan oleh tentara Muslim, barang jarahan 2.000 unta dan 5.000 kambing.
Dilaporkan berdasarkan otoritas dari Sa’b B.Jaththama, ketika ditanya tentang para wanita dan anak-anak non-Muslim yang dibunuh di malam penyerangan, maka Rasul Allah berkata:
“Mereka adalah salah satu dari mereka.” (Sahih Muslim, book 019, Number 4321, 4322 and 4323).
Dunia kaget waktu teroris-teroris Muslim menirukan Nabinya membunuh anak-anak (Beslan), tetapi apologis Muslim dengan cepat membantah bahwa pembunuhan anak-anak dilarang Islam.
Untuk mengesahkan serangan-serangan biadab terhadap orang-orang sipil, sejarawan Muslim sering menuduh pihak korban berencana melawan Islam. Akan tetapi tidak ada bukti dan alasan untuk mempercayai bahwa suku Arab mencoba menyerang Muslim secara fisik, yang pada waktu itu merupakan gerombolan kuat yang ditakuti. Siapa-siapa Muslim yang telah diserang, ditawan dan dibunuh mereka? Sebaliknya banyak suku yang berdamai dan menanda tangani perjanjian damai dengan Muhammad agar mereka tidak diserang. Ternyata perjanjian ini nantinya dilanggar sendiri oleh Muhammad tetapi dibalikkan seolah pagan Arab-lah yang melanggarnya, contohnya piagam Madina.
Jarahan tidak hanya memperkaya gerombolan rampoknya tetapi juga termasuk budak-budak seks. Aisha isteri Muhammad yang paling disayang dan paling muda menemani Muhammad dalam penyerangan ini, melaporkan bahwa:
Muhammad dan orang-orangnya membunuh suami Juwariyah bint al-Harith dalam penyerangan tiba-tiba tanpa sebab, dia adalah wanita yang sangat cantik dan mempesona setiap pria yang melihatnya. Juwariyah adalah anak suku Bani Mustaliq dan seorang putri bangsawan yang telah menikah dengan sepupunya.
Ketika membagi-bagi tawanan Bani Mustaliq, Juwariyah jatuh ke tangan Thabit ibn Qyas, lalu dijadikan budak kemudian dimiliki oleh salah seorang pengikut Muhammad. Juwariyah datang meminta tolong kepada nabi, tetapi begitu nabi Suci melihat kecantikan dirinya, iapun menawarkan “kemerdekaan” baginya dengan syarat kawin dengan sang Nabi. (http://66.34.76.88/alsalafiyat/juwariyah.htm).
Apologis Muslim, bersikeras bahwa kebanyakan isteri-isteri Muhammad adalah kaum janda, orang awam menyangka Muhammad mengawini mereka karena ingin menolong.
Yang tidak disampaikan para Muslim adalah para wanita yang janda ini ternyata muda dan cantik-jelita dan kebanyakan para suami mereka dibunuh Muhammad. Juwariyah yang cantik mempesona itu berusia 20 tahun dan Muhammad 58 tahun.
Kisah Aisha dan Safwan.
Fakta pernikahan yang satu ini sungguh memprihatinkan manusia apalagi bila dihubungkan dengan perjodohan demi Allah.
Muhammad menikahi Aisha, waktu Muhammad berumur 51 tahun dan Aisha berumur 6 tahun.
Mereka serumah ketika Aisha berusia 9 tahun dan Muhammad 53 tahun. Setelah menikah selama 9 tahun, Muhammad meninggal dalam usia 62 tahun (HSB 1598) dan Aisha berumur 17 tahun.
Sebenarnya Muhammad telah mengawini anak jauh di bawah umur, sebab menurut tradisi, batas umur dewasa adalah 15 tahun (HSB 1241). Pada usia yang begitu muda Aisha tidak sepenuhnya sadar apa yang terjadi pada dirinya secara seksual. Namun ketika Aisha bertambah umur, perasaannya juga bertambah dewasa terhadap laki-laki.
Pada waktu Muhammad menyerang bani Mustaliq dia membawa Aisha untuk menemaninya. Ketika anak buahnya sedang menyerang dan merampok, Muhammad tidak di front depan peperangan, tetapi sedang berada dalam tendanya bersama Aisha.
Anak buah Muhammad mempertontonkan wanita-wanita tahanan, diantara mereka adalah Juwariyyah bin Al-Harith, yang sangat cantik yang jatuh ketangan Thabit ibn Qyas. Muhammad terpesona oleh kecantikannya dan ingin memilikinya. Maka Muhammad menawar dia dengan banyak uang untuk membeli wanita itu bagi dirinya. Dan transaksi yang sukses ini terjadi pada saat Aisha sedang bersamanya di dalam tendanya selama penyerangan tersebut terjadi.
Apa reaksi Aisha?
Aisha meninggalkan untanya ketika kelompok tersebut mendekati kota dan dia masuk kedalam salah satu rumah yang kosong. Setelah tujuh jam, dia baru kembali berdua dengan Safwan bin Al-Mu’attal (dikenal juga dengan sebutan Safwan bin Mu’attal As-Sulami Adh-Dhakwani). Maka gosippun menyebar mengenai Aisha dan Safwan.
Muhammad sangat yakin bahwa Aisha telah mengkhianatinya lalu dia minta nasehat dari Ali. Ali menasehati Muhammad agar Aisha diceraikan atau dibunuh, dan Muhammad memutuskan untuk menceraikannya. Namun satu bulan berlalu, Muhammad tidak mengambil tindakan apapun terhadap Aisha meskipun orang-orang masih ramai membicarakan affair Aisha dengan Safwan. Muhammad memang pergi menemuinya untuk menceraikannya. Namun ketika dia memasuki rumah Abu Bakar dan saat dia melihat Aisha, dia berubah pikiran dan dia berkata kepadanya: “Wahai Aisha, Allah telah mendukungmu.” Dan seperti biasanya, Jibril sudah siap dan Allah menurunkan sebuah ayat untuk membereskan hal tersebut berupa sebuah ayat yang menyaksikan pembelaan untuk Aisha.
(Kisah ini dari sudut pandang Aisha diriwayatkan dalam Hadits Shahih Bukhari, vol.3, Book 48 # 805; vol.5, Book 59 # 462-464 dan vol.6, Book 60 # 274-278).
Tak lama kemudian Ali melihat lagi kejadian tidak senonoh dari Aisha, lalu dia mengadukannya kepada Muhammad. Kali ini Muhammad memutuskan bahwa Aisha harus dibunuh, dia pergi bersama Ali dengan membawa pedang untuk membunuh-nya. Muhammad memasuki rumah Aisha dan Ali menunggu di luar, tetapi Muhammad baru keluar satu jam kemudian dengan berkeringat dan keletihan. Tak ada yang tahu persis apa yang sudah terjadi. Ali bertanya kepadanya: “Apakah kamu membunuhnya, wahai sepupu?” Muhammad menjawab: “Tidak Ali. Sebuah ayat turun dari Allah untuk membenarkannya lagi.”
Tetapi kali ini ayat tersebut ternyata menuduh Ali berbohong dan mengatakan bahwa gosip tersebut berasal dari “kelompok diantara kamu”. (Lihat Surat Al-Nur 24:1-26).
Sejak hari itu Ali bersikap menentang Aisha dan Aisha memusuhi Ali.
Tentang Ali, ia terkenal sebagai penceramah kabar baik tentang surga, dan Muhammad pernah mengatakan: “Dia adalah sepupuku dan saudara yang menawanku. Dia adalah kebenaran, dia itu adalah Ali bin Abu Talib.”Tetapi kini Allahnya Muhammad malah berbalik dan menuduhnya berbohong dalam kisah Aisha. Dapatkah kesemrawutan begini disebut sebagai wahyu Allah?
Surat Penggantian/Penghapusan Pewarisan
Perseteruan antara keluarga Muhammad dan Ali menyebabkan dihapusnya Surat Pewarisan yang menurunkan kekalifahan kepada Ali oleh Muhammad. Pendukung Ali kaum Syiah tetap mempertahankan keberadaan Surat Pewarisan dan membacakannya dari dalam Al Qur’an hingga hari ini.
Ketika Kalifah Uthman mengumpulkan Al Qur’an dia menolak untuk memasukkan surat tersebut dan menuntut untuk menghapusnya. Tetapi surat itu masuk dalam salinan mushaf Qur’an dari Ibn Mas’ud, dan terdapat di dalam “tambahan” Al Qur’an yang dibaca oleh rakyat Iran dan semua orang Syiah pada umumnya. Dan mereka ini berjumlah sekitar 40% dari semua orang Muslim. Begitu pula digugat bahwa Al Quran sekarang menghilangkan Surat al-Wilayah dan Surat an-Nurain (yang bisa dibaca dalam M.A. As Saif, al-Quran Syi’ah, hlm.67-70).
Disamping itu terdapat lagi perbedaan tekstual yang meliputi 219 ayat yang saling berlainan diantara Al Quran yang dibaca Muslim Sunni dengan Syiah.
Perbedaan ini dan banyak lainnya mencetuskan sebuah pertikaian penting yang dimulai setelah serangan Muraisa dalam tahun ke lima Hijrah sampai sekarang dan tidak ada kerukunan antara Syiah dan Sunni. Adapun Surat Pewarisan tersebut, yang dikecualikan dari semua Al Qur’an Sunni terdapat dalam semua Al Qur’an versi Syiah, terdiri dari lima ayat:
“Demi Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 1. Wahai orang beriman! Berimanlah pada nabi dan Pelindung. 2. Yang berasal dari yang lain. 3. Dan aku yang mendengar dan mengetahui. 4. Yang beriman dan berbudi baik akan mendapat surga. 5. Terpujilah Tuhanmu dan Ali adalah salah satu saksi.”
Serangan terhadap kaum Yahudi Mustala.
Pada tahun yang sama terjadi serangan Muraisha terhadap kaum Yahudi Mustala yang mengalami siksaan dan pembunuhan di bawah Muhammad. Banyak orang Yahudi yang melarikan diri ke Mekah meminta pertolongan dari orang-orang Quraishi, lalu mengadakan perjanjian damai dan kerja sama. Mereka menemui Abu Sufyan yang menjadi pemimpin dari kaum Quraishi dan semua orang yang terluka oleh serangan-serangan Muhammad. Perjanjian damai dan kerjasama antara kaum Yahudi dan kaum Quraishi diselesaikan dan ditanda tangani oleh Salam bin Haqiq untuk kaum Yahudi dan Abu Sufyan untuk Mekah.
Beberapa sejarawan Muslim mencatat bahwa kaum Yahudi mengkhianati janji mereka kepada Muhammad. Kawan-kawan Muslim kita ingin memutar balikkan kebenaran namun sesungguhnya Muhammadlah yang mengkhianati kaum Yahudi dengan merampok kafilah dan kota mereka serta membunuhi mereka.
Pembunuhan Abu Afak 120 tahun.
Salah satu korban tindakan pembunuhan Muhammad adalah seorang pria tua bernama Abu Afak yang berusia 120 tahun. Dia menulis puisi yang isinya menangisi orang-orang yang jadi pengikut Muhammad. Dia menulis bahwa Muhammad adalah orang gila yang dengan sesukanya menetapkan larangan dan ijin kepada orang-orang, yang mengakibatkan mereka kehilangan akal sehat dan jadi benci satu sama lain. Ibn Sa’d melaporkan kisahnya sebagai berikut:
“Lalu terjadi “saryyah” (serangan) oleh Salim Ibn Umayr al-Amri terhadap Abu Afak, orang Yahudi di bulan Shawwal, awal bulan ke duapuluh sejak Rasul Allah hijrah dari kota Mekah ke Medinah pada tahun 622 AD.
Abu Afak berasal dari masyarakat Banu Amr Ibn Awf, dan dia adalah seorang tua berusia 120 tahun. Dia adalah seorang Yahudi dan sering membujuk orang melawan Rasul Allah, dan menulis puisi tentang Muhammad.
Salim Ibn Umayr adalah salah seorang yang paling menen-tangnya, pernah ikut dalam perang Badr, katanya “Aku bersumpah akan membunuh Abu Afak atau lebih baik mati di hadapannya”. Dia menunggu kesempatan sampai tiba suatu malam yang panas dan Abu Afak tidur di tempat terbuka. Salim Ibn Umayr mengetahui hal itu, dia meletakkan pedangnya di atas hati Abu Afak dan menekannya sampai menembus tempat tidurnya. Musuh Allah itu menjerit dan orang-orang pengikutnya cepat-cepat mebawanya ke dalam rumahnya dan menguburnya.” (The Kitab al Tabaqat al Kabir, vol.2, p 3).
Satu-satunya dosa orang tua ini adalah menulis puisi yang mengeritik Muhammad.
Pembunuhan Asma bint Marwan.
Ketika Asma bint Marwan seorang ibu Yahudi dari Bani Khatma yang punya lima anak laki-laki yang masih kecil mendengar hal ini, dia merasa sangat marah, lalu menulis puisi mengutuk orang-orang Medinah yang mengijinkan Muhammad memecah belah mereka dan membiarkan dia membunuh orang tua tak berdaya.
Sekali lagi Muhammad datang kepada orang-orangnya dan mengeluh: “Siapa yang mau mengenyahkan anak perempuan Marwan dari hadapanku?”.
Umayr bin Adiy al-Khatmi orang buta yang saat itu ada disitu mendengarnya, dia masih sesuku dengan Asma, bersumpah akan membunuh perempuan itu.
Di malam gelap gulita dia merangkak ke dalam rumah dimana Asma tidur bersama anak-anaknya. Dengan diam-diam dia memisahkan anaknya yang menyusu dan menancapkan pedangnya ke dada perempuan itu sampai menembus punggungnya dan menjepitnya ke dipan.
Pagi berikutnya ketika sembahyang di mesjid, Umayr memberi tahu Muhammad yang telah mengetahui kejadian itu. Muhammad berpaling kepada orang-orang yang berdiri dan berkata: “Lihatlah seorang laki-laki yang telah menolong Allah dan nabiNya. Jangan sebut dia buta tetapi panggillah dia si Umayr’ basir’ yang melihat”. (J Murdoch, “Arabia and Its Prophet”, Madras, India 1922, p.20 from Guillaume’s translation of Sirat Rasul Allah.)
Setelah dipuji Muhammad karena membunuh Asma bint Marwan, sang pembunuh yaitu Umayr, pergi menemui anak-anak Asma bint Marwan dan berkata: “Aku telah membunuh Asma bint Marwan wahai putra Khatma. Lawan aku jika kau berani; jangan biarkan aku menunggu”.
Setelah pembunuhan-pembunuhan ini, para Muslim Medinah menjadi semakin sombong, karena mereka telah membuat orang-orang non-Muslim menjadi ketakutan. Muhammad ingin menyampaikan pesan bahwa bagi semua orang yang berani mengeritiknya, hal ini berarti kematian.
Ini adalah pondasi terorisme dan sekaligus modus operandi yang persis sama yang dipakai para Muslim sampai saat ini dimana ancaman, teror dan pembunuhan-pembunuhan perlu dilaksanakan. Mereka mengikuti model dan contoh yang dilakukan nabi mereka, yang mereka anggap sebagai ahli “strategi terbesar”.
Mereka menciptakan ketakutan agar mereka bisa mendirikan supremasi mereka melalui teror. Muhammad sendiri mengakui: “Aku telah dimenangkan karena teror” (Bukhari, 4.52.220).
Bagi teroris-teroris Muslim strategi pembunuhan, memang sangat mujarab karena dampaknya “menimbulkan rasa takut di hati kafir” ini adalah cara pasti untuk menang.
Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim” (Qs 3:151).
Cara ini berhasil besar di Spanyol ketika para teroris Muslim membunuh dua ratus orang, dengan meledakkan kereta-kereta api bawah tanah pada tanggal 11 Maret 2004, sebagai akibatnya; dalam pemilu masyarakat Spanyol memberikan suara untuk memilih seorang pemimpin sosialis yang dengan segera menerapkan banyak kebijaksanaan yang sangat menguntungkan para Muslim.
Karena keberhasilan yang ditunjukkan Muhammad dan ajaran ideologinya, para teroris Muslim yakin bahwa strategi teror yang tepat akan berhasil dimanapun dan kapanpun. Mereka tidak akan berhenti sampai seluruh dunia ditaklukkan atau mereka terbukti salah karena dunia insaf dan menyatukan kekuatan bersama yang lebih besar untuk melawan mereka. Dunia Islam adalah dunia yang sakit dan penyebab sakitnya adalah Islam itu sendiri. Hampir setiap kejahatan yang dilakukan Muslim, dihalalkan berdasarkan perkataan dan perbuatan Muhammad. Orang-orang Cina Tangerang banyak yang pindah agama, memeluk Islam karena ketakutan setelah peristiwa pembakaran, perkosaan pada bulan Mei 1998.
Kisah Fatima bint Rabi’a.
Fatima bint Rabi’a menolak untuk mengakui Muhammad sebagai nabi. Suatu kali dia mengutuknya dan Muhammad, nabi pengampun tidak pernah melupakannya. Ketika Muhammad menginvasi bani Fazara dia membunuh sebagian besar rakyatnya dan mengambil Fatima bint Rabi’a sebagai tawanan bersama anak perempuannya.
Al-Athir dalam bukunya The Perfect History of Al-Athir, vol.II, hal.142 menulis:
“Muhammad memerintahkan Fatima disiksa dengan memerintahkan satu budak yang cacat fisik untuk memperkosa anak perempuannya di depan dirinya. Setelah budak tersebut selesai melakukan perbuatannya, Muhammad memanggil Zayd bin Haritha dan memerintahkannya membunuh Fatima. Banyak orang memintakan pengampunan bagi Fatima seorang wanita tua berusia tujuhpuluhan tahun tetapi Muhammad tidak menghiraukannya.”
Al Tabari menulis:
“Muhammad memerintahkan Zayd bin Haritha untuk membunuh Fatima, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari kearah yang berlawanan sehingga ia robek menjadi dua bagian.” (The History of Nations and Kings oleh Al-Tabari, vol.II, hal.127).
Pembunuhan dan penyiksaan 8 orang.
Ada pula hadits shahih yang dikisahkan oleh Anas (sahabat Muhammad) tentang sekelompok Arab terdiri dari delapan orang yang datang menghadap Muhammad dan mengeluh akan cuaca Medinah. Muhammad menganjurkan mereka minum kencing unta sebagai obat dan mengirim mereka menemui penggembala unta di luar kota. Tetapi orang-orang ini malahan membunuh penggembala dan mencuri unta-untanya. Ketika Muhammad mengetahui akan hal ini, dia menyuruh orang-orangnya mengejar mereka. Lalu memerintahkan agar tangan-tangan dan kaki-kaki mereka dipotong, meminta paku-paku yang dipanaskan dan lalu ditusukkan kedalam mata-mata mereka dan mereka ditelantarkan di daerah berbatu agar mati perlahan-lahan.
Anas berkata bahwa mereka minta air, tetapi tidak ada yang memberi sampai akhirnya mereka mati.
(Bukhari Vol. 4, Book 52, No. 261).
Tampak bahwa untuk orang-orang Arab yang membunuh dan mencuri, oleh Muhammad dihukum berat dengan penyiksaan hebat sampai mati. Sayangnya Muhammad membiarkan dirinya sendiri untuk juga mendapatkan unta-unta, harta dan budak-budak, juga dengan jalan menyerang, membunuh dan menjarah orang lain.
Standar moral ganda (double standard) yang berbeda ini sudah merupakan sifat Muhammad, dan seterusnya diturunkan kepada dunia Islam sejak awal.
Konsep hukum emas (golden rule) yaitu memperlakukan orang lain seperti diri sendiri diperlakukan, tidak sungguh-sungguh ada dalam pikiran Muslim.
Mereka ingin menikmati semua perlakuan khusus/istimewa di negara-negara non-Muslim, tetapi menolak/ menyangkal hak-hak azasi non-Muslim di negara-negara yang mayoritas Muslim. Mereka beranggapan bahwa standar ganda itu memang wajar karena Allah yang memberikannya.
Pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi.
Terdapat tiga suku Yahudi yang hidup di Yathrib dan sekitarnya. Yathrib adalah nama lama, setelah Muhammad menguasai Yathrib, namanya diganti Medinah, yang artinya kotanya nabi Muhammad. Ketiga suku Yahudi itu adalah: Banu Qainuqa, Banu Nadir dan Banu Quraiza. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mereka merupakan penduduk asli Yathrib.
Awalnya Muhammad berusaha menarik simpati mereka dengan banyak cara, seperti arah kiblat waktu sembahyang menghadap ke Yerusalem, bagian-bagian awal Al Qur’an penuh dengan kisah-kisah Musa dan Alkitab, mengadopsi hari Sabath Yahudi, makanan-makanan haram, mengutuk agama pagan dan lain-lain dengan tujuan agar orang-orang Yahudi itu mau menunjukkan pengertian terhadap agama baru serta memeluk Islam.
(Journal of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland 1976, pp 100-107 By W.N.Arafat).
Akan tetapi betapa kecewanya Muhammad ketika masyarakat Yahudi di Yathrib sama seperti masyarakat Quraish di Mekah tidak peduli atas panggilannya untuk memeluk agama baru Muhammad. Bukan hanya menolak agama baru, tetapi kenabian Muhammad juga menjadi olok-olokan kaum Yahudi yang lebih tahu akan Alkitab, ketika Muhammad mencoba mendongengkan kisah-kisahnya secara keliru. Bukankah Muhammad sendiri menyebut mereka dengan istilah “Ahli Kitab”? Ini membuat Muhammad hilang muka dan marah. Dia tidak mampu berdebat secara layak dengan mereka (surat 29:46), sehingga harus menghindar atau sesekali tampak menggertak. Namun diam-diam dia menaruh dendam yang makin besar, dan mencari cara untuk menghancurkan mereka.
Pembunuhan-pembunuhan terhadap Abu Afak dan Asma hanyalah awal dari kebenciannya terhadap kaum Yahudi.
Karena berhasil merampoki kafilah-kafilah yang lewat, Muhammad merasa lebih percaya diri dan mulai mengalihkan sasaran rampok kepada kekayaan kaum Yahudi di Yathrib dan mencari-cari alasan untuk menyerang, merampas kekayaannya dan mengenyahkan mereka.
Kemarahannya terhadap kaum Yahudi mulai tampak dalam ayat-ayat Qur’an yang disusunnya dimana dia mengusik dengan menuduh kaum Yahudi tidak berterima kasih kepada Tuhannya, membunuh nabi-nabi mereka, melanggar hukum-hukum agama mereka dan mengatakan kaum Yahudi melanggar hukum Sabbath, maka Tuhan mengubah mereka jadi kera dan babi. (Surat 2:65, 5:60, 7:166).
Sampai hari ini para Muslim tetap beranggapan bahwa kera dan babi adalah keturunan kaum Yahudi.
Penyerangan terhadap banu Qainuqa (Terjadi antara perang Badr dan Uhud).
Masyarakat Yahudi pertama yang menjadi korban kebuasan Muhammad adalah banu Qainuqa yang hidup disekitar Yathrib.Mata pencaharian mereka adalah berkarya seni, membuat per-hiasan emas, peralatan besi, rumah tangga dan senjata-senjata. Mereka tidak mahir berperang dan mempercayakan masalah keamanan kepada bangsa Arab, ini merupakan kesalahan fatal bagi mereka. Kesempatan menyerang suku Yahudi ini datang ketika terjadi pertikaian antara beberapa Yahudi dan Muslim.
Seorang warga Qainuqa bergurau dengan menancapkan ke tanah gaun seorang Muslimah yang sedang jongkok di toko perhiasan di pasar banu Qainuqa. Ketika Muslimah itu berdiri, gaunnya sobek. Seorang Muslim lewat dan orang ini membenci orang Yahudi karena ucapan-ucapan nabinya. Muslim ini menyerang orang Yahudi itu dan membunuhnya. Tetapi anggota keluarga korban lalu membunuh Muslim ini sebagai balasnya.
Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu Muhammad, yang bukannya menenangkan keadaan, padahal Muhammad telah menanda tangani perjanjian perdamaian dengan kaum Yahudi dan diangkat menjadi arbiter (penengah) kalau ada perselisihan antara orang Yahudi dan Muslim maka Muhammad akan menjadi penengah. Tetapi penengahan tidak pernah ada, sebab Muhammad secara tidak adil dan sepihak menuntut mereka menerima Islam, kalau tidak maka mereka akan diperangi. Kaum Yahudi menolak dan berlindung di dalam benteng mereka. Muhammad mengepung mereka, menutup saluran air dan berjanji akan membunuh mereka semua. Dalam Qur’an 3:12 dapat dibaca Muhammad mengeluarkan ancamannya:
Katakanlah kepada orang-orang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya”
Ini dilakukan sambil mengingatkan bagaimana dia mengalahkan kaum pagan Quraish di Badr.
Setelah dua minggu dikepung suku Qainuqa minta berunding untuk menyerah, tetapi Muhammad tidak mau, dia bukan arbiter tetapi pendendam yang ingin membunuh mereka semua.
Inilah kisah yang ditulis Ibn Ishaq:
‘Banu Qainuqa adalah kaum Yahudi pertama yang diperangi Muhammad karena terjadinya perselisihan antara orang Yahudi dengan Muslim’.
Kisah ini terjadi diantara perang Badr dan perang Uhud, dan sang Rasul mengepung mereka sampai mereka menyerah tanpa syarat.
Abdullah ibn Ubayy bin Salul adalah ketua suku Arab Khazraj merupakan sekutu dan rekan-rekan banu Qainuqa, suku Khazraj sangat menghormati ketuanya. Abdullah ibn Ubayy bin Salul pergi menemui sang Rasul ketika mereka semua sudah dibawah kekuasaan Muhammad dan berkata: “Wahai Muhammad, bersikaplah baik terhadap kawan-kawanku”, tetapi sang Rasul menolaknya. Abdullah mengulangi perkataannya sekali lagi, dan sang Rasul menolaknya, maka dia merenggut kerah jubah sang Rasul; sang Rasul sangat marah sehingga mukanya tampak hitam. Muhammad berkata: “Terkutuklah kau, lepaskan aku”. Abdullah menjawab: “Tidak demi Tuhan, aku tidak akan melepaskanmu sampai kau berlaku baik terhadap kawan-kawanku. Tigaratusan orang yang menerima serta melindungiku dari seluruh musuh-musuhku; apakah kau akan membunuh mereka semua dalam waktu satu pagi? Demi Tuhan aku takut keadaan akan berubah”. Sang Rasul berkata: “Kau boleh memilikinya.” (Ibn Ishag Sirat, p. 363).
Penulis-penulis biografi juga menambahkan bahwa Muhammad dengan kesal berkata: “Biarkan mereka pergi. Tuhan mengutuk mereka dan dia juga!”
Maka Muhammad mengampuni nyawa mereka dengan syarat mereka harus keluar dari tanah mereka dan menyerahkan semua kekayaan dan peralatan perang mereka. Muhammad mengambil seperlima jarahan bagi dirinya sendiri dan membagi-bagikan sisanya diantara pengikutnya. Suku Yahudi banu Qunaiqa diusir, sejarawan Muslim menulis bahwa mereka melarikan diri ke Azru’a di Syria dimana mereka tinggal sebentar dan setelah itu musnah. (Ar-Raheed Al-Makhtum by Saifur Rachman al-Mubarakpuri – http/islamweb.islam.gov.qa/english/sira/raheek/PAGE-26.HTM).
Penyerangan atas banu Nadir.
Berikutnya adalah giliran banu Nadir, satu suku Yahudi lainnya di Yathrib.
Ketua banu Nadir adalah Ka’b bin Ashraf adalah pria muda yang rupawan dan penulis sajak berbakat. Setelah Muhammad mengusir banu Qainuqa dari Yathrib, Ka’b menjadi khawatir akan nasib masyarakatnya terhadap ancaman Muslim, dia mengunjungi Mekah untuk mencari perlindungan. Dia menyusun puisi dan memuji-muji orang-orang Mekah atas keberanian dan martabatnya.
Ketika Muhammad mendengar hal ini, dia pergi ke mesjid dan setelah sembahyang, dia berkata: “Siapakah yang mau membunuh Ka’b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?” Maka berdirilah Maslama dan berkata: “O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang nabi berkata: “Iya” Maslama berkata: “Maka izinkan saya berkata sesuatu untuk menipu Ka’b” Sang nabi berkata: “Silahkan katakan”. Ini berarti bahwa Nabi mengizinkan Muslim untuk melakukan tipu-daya demi Islam.
Maka Maslama mengunjungi Ka’b dan berkata: “Muhammad menuntut sadaqa/ zakat dari kami dan dia telah menyusahkan kami dan aku datang kepadamu untuk meminjam sesuatu dari kamu”. Ka’b menjawab: “Demi Allah engkau akan merasa lelah berhubungan dengan dia!”.
Maslama menjawab: “Sekarang kami telah mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua bekal makanan”. Maslama dan kawannya berjanji kepada Ka’b bahwa mereka akan kembali padanya.
Pada malam harinya dia bersama saudara angkat Ka’b yakni Abu Na’ila kembali menemui Ka’b. Ka’b mengajak mereka ke bentengnya, isterinya bertanya: “Hendak kemanakah kau selarut ini?”
Ka’b menjawab: “Maslama dan saudara angkatku Abu Na’ila telah datang.” Isterinya menjawab: “Aku mendengar suara seperti darah mengucur dari dirinya.” Ka’b menjawab: “Mereka tidak lain adalah Maslama dan saudara angkatku Abu Na’ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan untuk datang di malam hari meskipun permintaan itu adalah undangan untuk dibunuh.”
Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka: “Jika Ka’b datang aku akan menyentuh rambutnya dan menghirup bau rambutnya, dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya tusuklah dia.”
Ka’b bin Al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan bau parfum. Maslama berkata: “Aku belum pernah mencium bau parfum yang lebih enak dari ini.”
Ka’b menjawab: “Aku kenal wanita-wanita Arab yang tahu bagaimana menggunakan parfum kelas atas.”
Maslama minta kepada Ka’b: “Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?”
Ka’b menjawab: “Boleh.” Maslama dan kawannya mengendus kepala Ka’b. Dan sekali lagi ia minta kepada Ka’b: “Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?” Ka’b berkata: “Ya”. Kemudian Maslama mencengkeram kepala Ka’b erat-erat, dia berkata kepada kawan-kawannya: “Bunuh dia!” Lalu merekapun membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu kepada nabi. (Bukhari 5.59.369)
Mulai dari zaman Muhammad sampai sekarang, Islam boleh mengritik dan mengutuki, tetapi tidak boleh dikritiki balik. Ajarannya tidak dapat membela dirinya sendiri. Maka satu-satunya cara untuk menghadapi kritik terhadap Islam adalah menyerukan pembunuhan atas diri pengeritiknya. Nabi telah menciptakan teror agar memperoleh supremasi Islam (Bukhari 4.52.220) Contoh-contoh untuk hal ini bertebaran dimana-mana, antara lain:
- Pada tahun 1989, Khomeini mengeluarkan fatwa mati terhadap Salman Rushdie karena menulis buku Ayat-ayat Setan (The Satanic Verses) karena dianggap menghina Islam.
- Pada tanggal 14-2-2006, IRNA kantor berita pemerintah Iran melaporkan bahwa fatwa mati itu berlaku selamanya.
- Juga van Gogh dari Belanda, dan lainnya.
- Bahkan Muslim-liberal yang kritis dan vokal saja (seperti Irshad Manji) telah diancam nyawanya setiap harinya!
Perang Muslim melawan suku Quraish sebenarnya tidak ada hubungannya dengan orang Yahudi. Tetapi Muslim berdalih bahwa orang Yahudi terikat perjanjian dengan Muhammad untuk turut bantu memerangi orang-orang Mekah, padahal Muhammad secara brutal telah membunuh kepala suku mereka, dua penyair dan mengusir salah satu suku mereka (Qainuqa).
Muhammad sekarang sedang mencari alasan untuk mengusir banu Nadir. Mereka ini memiliki tanah pertanian yang terbaik di Yathrib dan taman-taman penuh dengan pohon-pohon kurma.
Beberapa orang Muslim telah menjadi pengacau ulung karena jasa Muhammad, mereka telah membunuh dua orang dari banu Kalb. Dalam keadaan terdesak banu Kalb ini menanda tangani perjanjian perdamaian dengan Muhammad dimana pengikut-pengikut Muhammad tidak boleh merampok atau membunuh orang-orang dari banu Kalb, dan sebagai gantinya Muhammad akan mendapat dukungan dari banu Kalb.
Seperti telah digariskan dalam tradisi masa itu, Muhammad seharusnya membayar ganti rugi uang darah atas pembunuhan 2 orang banu Kalb oleh orangnya Muhammad.
Tetapi disini sang nabi malahan mendatangi banu Nadir dan meminta mereka untuk membantu membayar uang darah itu (!) sebagai bagian dari perjanjian damai yang Muhammad tawarkan. Ini adalah permintaan yang keterlaluan, tetapi Muhammad memang berharap banu Nadir akan menolak, dan itu akan memberi dia alasan untuk memerangi dan mengusir banu Nadir.
Namun banu Nadir terlalu takut dan tidak berani menolak permintaan Muhammad yang tidak adil itu. Mereka setuju untuk membantu dengan mengumpulkan uang. Akan tetapi keputusan banu Nadir untuk membantu Muhammad bukanlah apa yang inti direncanakan Muhammad. Maka Muhammad mencari strategi baru, saat masih duduk-duduk di sebelah dinding bersama dengan orang-orang banu Nadir.
Tiba-tiba dia mendapat “inspirasi” baru, diapun berdiri tanpa berkata sepatah katapun lalu pulang ke rumah. Ketika para pengikutnya kemudian menanyainya, dia berkata bahwa malaikat Jibril memberi tahu dia bahwa orang-orang Yahudi bersekongkol untuk menjatuhkan batu ke kepalanya dari atas dinding dimana pada waktu itu mereka sedang duduk bersama orang-orang banu Nadir. Padahal tidak ada satupun pengikut Muhammad yang melihat orang memanjat dinding itu atau ada mendengar rencana yang mengancam jiwa mereka.
Pada waktu itu Muhammad hanya didampingi Abu Bakar, Umar dan Ali serta satu dua pengikutnya. Jadi jika banu Nadir mau dan berani, sangatlah mudah untuk membunuh mereka semua, tidak perlu orang banu Nadir memanjat dinding untuk menjatuhkan batu kepada Muhammad.
Tuduhan ini jelas palsu dan sengaja dibuat-buat oleh Muhammad. Ya, nabi percaya bahwa Allah itu khairul maakereen (penipu paling ulung) (Qs 3:54), dan itulah yang ditirunya.
Cerita tentang Jibril yang memberi tahu dia rencana orang Yahudi yang mau mencabut nyawanya adalah identik dengan cerita imaginatif Isra Miraj. Namun kini para pengikutnya yang gampang tersihir itu percaya padanya dan sangat marah mendengar dongeng karangan persekongkolan banu Nadir itu. Maududi menutup ceritanya dengan berkata: “Sekarang tidak ada alasan untuk memberi mereka kemurahan hati lagi.”
Maka Muhammad bersama orang-orangnya maju dan mengepung banu Nadir. Nabi suci memberi ultimatum bahwa rencana pengkhianatan mereka telah diketahui oleh karena itu mereka harus meninggalkan Medinah dalam sepuluh hari, atau jika mere-ka didapati masih tinggal di rumah mereka, mereka akan dibunuh dengan pedang.
Abdullah bin Ubayy berusaha keras menolong banu Nadir, tetapi saat itu pengaruhnya terlalu lemah dan pengikut-pengikut Muhammad telah terbutakan mata batinnya. Mereka tidak mengizinkan bin Ubayy memasuki tenda Muhammad, bahkan mereka menyerang bin Ubayy dan melukai wajahnya dengan pedang.
Setelah beberapa hari, banu Nadir dipaksa berunding untuk meninggalkan semua harta benda mereka bagi Muhammad dan meninggalkan Medinah.
Beberapa diantara mereka pergi ke Suriah dan yang lainnya pergi ke Khaibar, dan beberapa tahun kemudian mereka dibunuh juga ketika Muhammad mengincar kekayaan kaum Yahudi disana.
Berikut ini adalah kutipan dari sumber Muslim sendiri Sirat (Sejarah hidup Muhammad), yang membuat hal ini sangat jelas:
Mengenai banu al-Nadir, Surat al-Mujadila diturunkan dimana dikisahkan bagaimana Allah membalas dendam pada mereka dan memberi RasulNya kekuasaan atas mereka dan bagaimana Dia memperlakukan mereka.
Allah berkata: “Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir diantara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama … Maka ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan … karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka” yang merupakan balas dendam dari Allah. “Benar-benar Allah mengazab mereka di dunia ini, yaitu dengan pedang dan di akhirat neraka jahanam” (Ibn Ishaq, Sirat p.438).
Dalam pengepungan banu Nadir, Muhammad memerintahkan penebangan dan pembakaran pohon-pohon milik banu Nadir.
Di daerah Arabia lingkungan kering kerontang padang pasir, para penghuni padang pasir menganggap penebangan pohon dan peracunan sumur sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, juga melanggar perjanjian perdamaian dan adat lokal. Namun Muhammad dengan mudah membenarkan perbuatannya karena Allah sendiri tunduk pada kehendaknya.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri diatas pokoknya, maka (semua itu) adalah izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (Qs 59:5).
Tindakan Muhammad ini tidak dianggap sebagai perusakan alam lingkungan asal dilakukan dalam jalan Allah.
Seorang cendekiawan Muslim, Al-Mubarkpouri berkata:
“Rasul Allah (SAW) menyita tanah, rumah, harta kekayaan dan senjata-senjata mereka antara lain 50 baju pelindung, 50 helmet dan 340 pedang. Karena tidak ada perang dalam penyitaan ini maka rampasan ini menjadi milik nabi seluruhnya, Muhammad membagikan rampasan itu sesuai kehendaknya kepada para Muhajirin dan dua orang miskin Ansar yaitu Abu Dujana dan Suhail bin Haneef.
Harta rampasan dipakai keluarga sang Rasul untuk kehidupan sepanjang tahun dan sisanya untuk melengkapi tentara Muslim dengan senjata bagi perang-perang berikutnya di jalan Allah.
Berdasarkan tindakan Muhammad dapatlah disimpulkan:
- Kekerasan dan kekejaman adalah ciri dari Islam yang sejati bukan merupakan penyimpangan dari Islam.
- Kebencian Muhammad pribadi terhadap kaum Yahudi telah mencetuskan pembasmian dan pemusnahan terhadap mereka, dan atas nama Allah permusuhan ini dijadikan tradisi baru yang akan dikekalkan oleh generasi Muslim selanjutnya.
- Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan adalah praktek dari Islam yang semuanya dianggap sah dan halal untuk memajukan agama Allah sesuai dengan keteladanan nabinya.
- Di setiap kejahatan dan perusakan kehidupan, terdapat ayat-ayat suci susulan yang sengaja diturunkan Allah untuk membenarkan tindakan nabi suciNya.
Taqiyyah: Dusta Suci
Muhammad menyebut Musa dan Taurat berpuluh-puluh kali. Dan menyuruh Muslim mengimani Taurat puluhan kali. Namun ia tak tahu siapa Musa dan apa Taurat yang sesungguhnya. Muhammad tak pernah tahu Sepuluh Perintah Tuhan (Ten Commandments). Apa yang diketahui dari 10 Perintah hanyalah beberapa perintah awal yang menyangkut ketauhidan Allah. Namun perintah-perintah sisanya, khususnya 4 perintah terakhir ia tak paham, malahan melanggarnya terang-terangan dalam contoh kehidupannya, yaitu:
- Jangan membunuh.
- Jangan berzinah.
- Jangan mencuri.
- Jangan mengucapkan saksi dusta.
- Jangan mengingini rumah, istri-istri, hamba-hamba, lembu, keledai yang dipunyai sesamamu.
Bahasan disini difokuskan pada soal dusta. Dusta diizinkan bagi Muslim untuk memajukan Islam.
Menyembunyikan dan memlintirkan fakta, maksud dan perasaan untuk suatu penyesatan adalah kemuliaan bila hal itu dilakukan dalam kaitan dengan Islam. Itu adalah taqiyyah, penggelapan kebenaran yang dijadikan kemunafikan suci yang didalilkan karena “keadaan yang memaksa”. Ini dijadikan bagian dalam strategi Islam untuk berdusta dan menipu daya para non-Muslim dengan cara apapun. Imam Khomeini berkata: “Taqiyyah diberlakukan jikalau itu menolong keislaman.” Kaum Sunni bertaqiyyah lagi: “Taqiyyah hanya dianut oleh Shiah, Sunni tidak.” Padahal keduanya sama saja, menuduh dalam lingkaran setan, karena Sunni justru dianggap bertaqiyyah disini. Karena Muhammad telah berkata: “Taqiyyah akan berlaku hingga Hari Kebangkitan” (HSB vol.9, book 89).
Dalam Islam, setiap peristiwa yang dianggap sebagai darurat yang membuat orang tertekan selalu dapat dipakai untuk membenarkan dusta.
Hamid Enayat, seorang ahli sejarah dan pemimpin Muslim mengakui fakta berikut ini:
“Taqiyyah dalam prakteknya telah menjadi norma prilaku untuk Muslim baik Sunni maupun Syiah ketika konflik terjadi dalam masalah keimanan.” (Barnabas Fund 2007).
Seorang Muslim diijinkan Qur’an untuk membatalkan sumpahnya walau sudah diikatkan atas nama Allah. Dan pembatalan itu cukup dengan materi, bukan minta pengampunan dan pertobatan, yaitu cukup memberi makanan atau pakaian untuk 10 orang miskin. Dan bagi orang miskin yang tak mampu memberi, bisa memilih untuk tiga hari berpuasa. (Qs 5:89).
Allah yang satu ini sungguh keterlaluan meremehkan diriNya sendiri dimana sumpah diatas meterai namaNya, bisa dibatalkan Muslim tanpa tanggung jawab yang sakral.
Muhammad juga berkata: Berdusta adalah salah kecuali dalam 3 perkara:
- Dusta seorang suami terhadap isterinya demi menyenangkannya.
- Dusta untuk menipu musuh, sebab perang adalah penipuan.
- Dusta untuk menyelesaikan masalah diantara orang satu terhadap yang lainnya.
Kenapa Muhammad diberi ijin oleh Allah untuk membuat sumpah palsu dan berdusta?
Ya karena Allah sendiri adalah Pendusta yang sebesar-besarnya, seperti yang diakuiNya sendiri. (Qs 3:54).
Dan ini dibuktikannya pada waktu perang Badr dimana Allah sendiri telah menipu NabiNya lewat mimpi. Disitu Allah menunjuk-kan bahwa musuh hanya sedikit jumlahnya (padahal berjumlah banyak) agar memberikan keberanian kepada tentara Muslim untuk bertempur dengan pihak kafir:
(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu
(berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada
kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan kamu akan
berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah
menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
(Qs 8:43).
a. Muhammad.
“Demi Allah, jikalau saya mengucapkan sebuah sumpah dan kelak ternyata saya menemukan sesuatu yang lebih baik dari pada itu, maka saya akan melakukan apa yang lebih baik sambil membatalkan sumpah saya.” (Bukhari 7.67.427).
Muhammad dimana-mana memperlihatkan cara-cara penipuan untuk mencapai tujuannya, termasuk “menurunkan” ayat-ayat sesuai kehendaknya tatkala dia terjepit, entah oleh lawannya, kawannya, bahkan oleh isteri-isterinya.
b. Ali bin Abi Thalib.
Orang-orang Arab mempunyai sebuah cerita nyata yang menggambarkan sebuah taqqiyah yang sempurna. Ini menceritakan bahwa sepupu Muhammad sekaligus menantunya yaitu Ali, suatu ketika sedang duduk-duduk diatas sebuah kursi di luar rumahnya. Tiba-tiba seorang dari temannya berlari dengan terengah-engah masuk ke kampung dan bersembunyi ke dalam rumah Ali. Merasa temannya ini sedang dikejar oleh musuhnya, maka Ali segera berdiri dan berpindah tempat duduk ke kursi yang lain di dekatnya. Beberapa menit kemudian datanglah pengejar-pengejar yang marah ke lingkungan di sekitar Ali dan menanyakan kepada Ali kalau-kalau ia melihat orang yang mereka kejar. Ali menjawab
Dengan sebuah kalimat: “Selama saya duduk di kursi ini saya tidak melihat siapapun.”
c. Hamid Ali.
Contoh menipu untuk membela Islam, bisa dilihat lewat kasus nyata berikut ini.
Hamid Ali, seorang pemimpin spiritual pada mesjid Al-Madina Beeston, West Yorkshire, UK, secara publik mengutuk pemboman London 7 Juli 2005.
Namun dalam percakapan rahasia diantara dia dengan seorang Bangladesh (seperti yang dilaporkan oleh seorang reporter dari Sunday Times) ia berkata bahwa pemboman 7 Juli adalah tindakan yang mulia dan memuji para pengebom tersebut. (Islam and Truth, Barnabas Fund).
d. Umat Muslim.
Tanpa disadari, taqqiyah masuk kedalam alam pikiran dan kehidupan Muslim sehingga turut “bertaqqiyah” kepada dirinya dan dunia bahwa “Islam” berarti “damai”, padahal arti sebenarnya adalah “berserah” (submission).
Begitu pula dengan Islam adalah “Rahmatan lil alamin” (rahmat bagi segenap alam) yang dikumandangkan kemana-mana selama berabad-abad tetapi kosong tanpa bukti dan fakta. Faktanya justru terbalik, karena umumnya negara-negara syariah termasuk negara-negara yang termiskin, terkacau dan hak-hak sipil dirampas/ ditekan, semuanya jauh dari rahmat surgawi yang dijadikan retorika!
Dibawah ini dipetikkan beberapa contoh penting dimana taqiyyah telah dimainkan dengan liciknya.
Perang Parit (Khandaq).
Akibat serangan-serangan Muhammad, Abu Sufyan dari Mekah kemudian memimpin 4.000 orang dari kaumnya untuk melawan dia.
Ketika Muhammad mendengar kabar tersebut, sahabat-sahabatnya bertanya kepadanya: “Apakah para malaikat akan berperang untuk kita wahai Rasul Allah?”
Tetapi Sahnan orang Persia berkata: “Marilah kita menggali parit yang akan memisahkan kita, kota dan musuh.” Muhammad langsung menerima gagasan tersebut dan diapun mulai menggali parit.
Tentara persatuan Arab Mekah ini belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya. Mereka berkemah di luar kota sambil berpikir bagaimana caranya menyeberangi parit-parit itu. Mereka meminta bantuan kepada bani Quraiza.
Muhammad sangat waspada pada persekutuan seperti itu, maka diapun bersiasat memecah belah mereka dan menciptakan rasa saling tidak percaya antara bani Quraiza dan tentara persekutuan Arab. Taqiyyah pun dimainkannya.
Nu’aym yang baru saja mualaf (masuk Islam) dan tidak meng-umumkan kepindahan agamanya mendapat tugas dari Muhammad untuk membangkitkan rasa saling tidak percaya.
Seterusnya Nu’aym pergi kepada temannya bani Quraiza dan berkata: “Quraishi dan Ghatafan telah datang untuk bertempur melawan Muhammad dan kalian Quraiza akan membantu mereka melawan Muhammad. Tetapi tanah, harta dan isteri mereka tidak ada disini, jika mereka dikalahkan oleh Muhammad mereka akan meninggalkan kalian untuk sendirian menghadapi Muhammad, sedangkan tanah, rumah, harta dan anak isteri kalian ada disini dan kalian tidak akan mampu menghadapinya sendirian. Oleh karenanya janganlah kamu berperang di pihak Quraishi dan Ghatafan melainkan kamu harus menyandera kepala suku mereka sebagai jaminan keselamatan kamu bersama Muhammad berperang melawan mereka, pasti kamu akan mengalahkan mereka; kamu akan menjadi sekutu dan sahabat Muhammad.” Mendengar itu orang-orang Quraiza berkata kepada Nu’aym bahwa itu adalah nasehat yang baik.
Lalu Nu’aym pergi menemui orang-orang Quraishi dan berkata kepada Abu Sufyan dan pengikutnya: “Kalian tahu rasa sayangku kepada kalian, aku telah meninggalkan Muhammad, aku mendengar sesuatu yang sangat penting. Aku harus memberi tahu kalian sebagai peringatan tetapi rahasiakan itu.”
Orang-orang Quraishi setuju untuk merahasiakan kemudian dia melanjutkan: “Orang-orang Yahudi menyesal telah melawan Muhammad kemudian mengirim utusan untuk menyampaikan pesan kepada Muhammad: “Sukakah engkau jika kami menangkap kepala suku Quraishi dan kepala suku Ghatafan dan menyerahkan kepadamu supaya bisa kau penggal kepala mereka?” Muhammad setuju dan menerima tawaran itu, maka jika orang-orang Yahudi Quraiza datang meminta sandera, jangan kirim seorangpun.”
Lalu Nu’aym pergi kepada suku Ghatafan dan menceriterakan hal yang sama. (Ibn Ishaq, Sirat Rasul Allah, Battle of Trench).
Siasat ini berhasil! Ketika tentara persekutuan Arab meminta bani Quraiza untuk bergabung dengan mereka untuk menyerang, mereka mencari alasan, malah sebaliknya meminta suku Quraishi meninggalkan beberapa orang sebagai sandera, yang mengkonfirmasikan apa yang telah Nu’aym katakan.
Tentara persekutuan Arab menjadi kecil hati dan pergi mengundurkan diri tanpa berkata sepatahpun.
Tipu daya ini menyelamatkan Muslim dari kekalahan yang sudah pasti, dan ini menjadi pembelajaran terbaik bagi kaum Muslim yang sejak saat itu memasukkan pengkhianatan dan penipuan sebagai strategi mereka dalam berjihad.
Dalam satu hadist kita baca:
Hajaj Ibn Aalat berkata: “Wahai Rasul Allah. Aku punya harta berlebihan di Mekah dan beberapa sanak keluarga, dan aku ingin mengambil balik semua itu. Apakah aku diizinkan untuk berburuk kata tentang engkau (untuk menipu orang-orang non-Muslim)?” Nabi mengizinkan dan berkata: “Katakan apa saja sesukamu.” (Sirah al Halabiyyah, v.3, p.61).
Muslim-muslim datang ke suatu negara Barat atau Asia dan berpura-pura menjadi Muslim moderat tetapi secara rahasia bersiasat untuk mendirikan komunitas mereka sendiri secara politik, dengan cara memisahkan atau menguasai negara itu. Mereka tersenyum, menjabat tangan, mereka bersahabat dan ramah bahkan memuji negaramu di depan umum. Tingkah laku maupun ucapan-ucapan mereka gentleman dan patriotik, namun mereka hanyalah menjalankan “taqqiyah” untuk membuat Islam berpengaruh dan dominan. Mereka hanya membual tetapi tidak akan melakukan yang mereka katakan.
Dengan hukum-hukum demokrasi, orang-orang Muslim menginvasi negara-negara Barat atau Asia tetapi dengan hukum-hukum Islam orang-orang Muslim akan mendominasi mereka. Slogan terkenal mereka:
“By their democratic law we will invade them, by Islamic law we shall dominate them.”
Contoh taktik yang dipakai oleh Muslim yang ahli ber-taqiyyah antara lain sebagai berikut:
Meremehkan ancaman Islam untuk menghilangkan Islamophobia, jihad tidak ditujukan pada perusakan, tetapi untuk perjuangan spiritual. Tuntutan untuk menjadi negara syariah hanyalah untuk golongan Islam tidak untuk non-Muslim. Akan tetapi begitu kekuasaan ada di tangan mereka, yang dulunya suaranya lemah lembut mengembik seperti domba, segera akan berubah menggelegar seperti gerombolan serigala. Hal-hal seperti ini telah terjadi di negara-negara Iran, Sudan, Maroko, Mesir dll.
Reza Aslan menulis buku, “Tiada tuhan selain Allah”. Dalam bukunya ia berkata: “Yang terjadi sekarang di negara-negara Islam adalah konflik internal antara para Muslim sendiri, bukan perang eksternal antara Islam dan negara-negara Barat.” Kalau ada korban-korban di pihak Barat itu hanyalah ketidak sengajaan akibat konflik di antara orang-orang Islam sendiri, dimana orang-orang Barat hanyalah pengamat saja. Akan tetapi kenyataannya adalah medan perang para Muslim sekarang bukan hanya terjadi di negara-negara Islam sendiri, melainkan telah merambah ke seluruh dunia seperti New York, London, Madrid, Mumbay, Beslan, Bali dll.
Satu taqiyyah lucu yang sering digunakan lelaki Muslim untuk merayu wanita Barat adalah pernyataan bahwa “Dalam Islam wanita diperlakukan seperti ratu.” Pernahkah anda melihat di negara manakah ratunya dikatai sebagai kurang dalam kecerdasan, mayoritas penduduk neraka, dipukuli seperti memukul unta, dirajam bahkan dibunuh demi kehormatan keluarga.
Dalam perkawinan antara pria Muslim dan wanita non-Muslim untuk mencapai tujuannya sang pria bersedia pindah ke agama calon mempelai wanita, setelah menikah dan mulai punya anak, sang pria kembali kepada agamanya yaitu Islam bahkan memaksa isterinya memeluk Islam atau dengan risiko disudutkan, disiksa atau dicerai.
Jika seorang Muslim tersenyum kepadamu dan memberi tahu kamu betapa dia sangat mencintai negaramu dan betapa inginnya dia menjadi temanmu, ingatlah hadist berikut ini:
“(Sesungguhnya) kami tersenyum pada beberapa orang, sementara hati kami mengutuk orang-orang (yang sama) itu.”
Penyerangan terhadap bani Quraiza.
Suku Yahudi terakhir yang menjadi korban keganasan Muhammad adalah bani Quraiza, tidak lama setelah perang parit (Khandaq) selesai.
Muhammad menjadikan bani Quraiza targetnya walaupun dalam perang parit bani Quraiza telah meminjamkan senjata-senjata dan cangkul-cangkul untuk menggali parit dan tidak mau memihak orang-orang Mekah bahkan membela Muhammad. Tetapi Muhammad punya alasan tersendiri, dan dia menyatakan malaikat Jibril mengunjunginya dan meminta mencabut pedangnya dan menuju ketempat tinggal bani Quraiza dan memerangi mereka. Jibril berkata bahwa Muhammad dengan pasukan para malaikat akan pergi mengguncangkan pertahanan mereka dan menebarkan ketakutan di hati mereka.”
(AR-Raheeq Al-Makhtum by Saifur Rahman al-Mubarakpuri – http://islamweb.gov.qa/english/sira/raheek/PAGE-26.HTM).
Al-Mubarakpouri berkata lebih lanjut: “Nabi Allah langsung memanggil si-pengumandang azan dan memerintahkannya untuk mengumumkan perang baru terhadap bani Quraiza.”
Muslim tidak akan pernah berterima kasih kepada orang-orang/negara kafir yang menolong mereka.
Mereka akan menerima pertolonganmu dan akan menikammu dari belakang begitu mereka tidak memerlukan engkau lagi.
Lihat saja banyak pelajar-pelajar Muslim belajar atau menerima bea siswa di sekolah di Amerika, mendapat pekerjaan di Amerika, mereka tetap saja benci Amerika, jika mereka pulang ke negara asalnya tetap membawa pesan-pesan kebencian terhadap Amerika.
Ingat 11 September 2001 mereka mengebom Amerika dan ini tidak akan berhenti, sampai bendera bulan sabit berkibar di gedung putih dan seluruh Amerika.
Pengebom kereta api bawah tanah di London adalah orang-orang yang asalnya imigran Pakistan, Muslim-muslim ini hidup susah di negara asalnya, mendapat kemurahan hati dari Inggris sehingga mereka berimigrasi ke Inggris. Mereka mendapat pekerjaan di Inggris, anak-anak mereka lahir di Inggris, mendapat pendidikan, pekerjaan dan menikah di Inggris. Tetapi tetap saja mereka tidak berterima kasih kepada Inggris. Mohammed Sidique Khan seorang guru yang sudah menikah dan mendapat kebaikan dari Inggris. Ia adalah salah satu pelaku pengeboman kereta api bawah tanah di London yang mengakibatkan 52 orang mati.
Dan masih banyak contoh-contoh lainnya yang tidak mungkin dituliskan disini satu persatu.
Muslim-muslim di Inggris berkembang luar biasa pesat namun orang-orang sekuler dan non-Muslim masih tenang-tenang saja. Mereka pikir para pengebom sudah tertangkap dan persoalan sudah selesai, tetapi seperti api dalam sekam mereka bergerak terus baik melalui jalur-jalur hukum, politik, suap (dana petro dollar) maupun terorisme. Mereka tak akan berhenti sampai bendera bulan sabit berkibar di seluruh Inggris menggantikan Union Jack.
ADZAN
Sangatlah penting dalam mempelajari Islam untuk mengerti bahwa panggilan untuk sholat adalah juga panggilan untuk berperang. Kerusuhan-kerusuhan dan penjarahan kaum Muslim selalu di mulai di Mesjid setelah mereka bersholat. Mereka paling bersemangat di bulan suci Ramadan dan pada hari Jumat.
MESJID
Dalam khotbah peringatan hari kelahiran Muhammad pada tahun 1981, Ayatollah Khomeini berkata:
Mehrab (Mesjid) berarti tempat perang, tempat untuk bertempur. Diluar Mehrab, perang harus berlangsung. Seperti halnya semua perang-perang dalam Islam berlangsung terus diluar mehrab. Nabi memiliki pedang untuk membunuh orang, imam-imam suci kita cukup militan. Mereka semua adalah pendekar perang, mereka biasa menyandang pedang untuk berperang dan membunuh orang. Yang kita perlukan adalah seorang kalifah yang akan memotong tangan, memenggal leher dan merajam orang seperti halnya yang dilakukan Rasul Allah.
(Ayattolah Khomeini: A Speech delivered on the Commemoration of the Birth of Muhammad, in 1981).
Jadi fungsi mesjid, adalah untuk:
- Berkumpul, beribadah, solat, khotbah.
- Rapat-rapat merundingkan dan mengatur strategi serta mengumumkan fatwa dan perang.
- Menimbun senjata-senjata dan tempat bersembunyi.
Muhammad memimpin pasukan tentara yang terdiri dari tigaribu tentara infanteri dan tigapuluh tentara berkuda dari kalangan Ansar dan Muhajirin.
Bani Quraiza dituduh bersekongkol dengan orang-orang Quraishi melawan Muslim. Padahal kenyataannya, sejarahwan-sejarahwan Muslim telah membantah tuduhan ini dan berkata bahwa tentara orang-orang Mekah menarik diri tanpa berperang karena mereka tidak mendapat dukungan dari bani Quraiza.
Ketika Muhammad mengumumkan niatnya, Ali sepupunya yang merupakan pendukung utamanya, bersumpah tidak akan berhenti hingga dia berhasil menyerbu benteng mereka atau mati. Pengepungan berlangsung selama 25 hari.
Kaum Muslim membuat pernyataan dan perjanjian kepada bani Quraiza bahwa mereka tidak akan dilukai apabila mereka menyerahkan senjata-senjata mereka dan bersedia membayar upeti. Karena hal inilah akhirnya bani Quraiza menyerahkan diri dan senjata-senjata mereka kepada Muhammad.
Tetapi Muhammad tidak menghormati perjanjian tersebut dan memerintahkan mereka dibunuh, ada 900 orang laki-laki yang dibunuh. Muhammad meminta pendapat Sa’d Ibn Mua’dh mengenai pembunuhan 900 orang tersebut.
Mua’dh merestui pembunuhan itu, tetapi setelah Mua’dh memberikan restunya, dia langsung terkena serangan jantung fatal.
Setelah kematian Mua’dh, Muhammad menyatakan bahwa Jibril berkata kepadanya, gerbang-gerbang surga terbuka bagi Mua’dh dan singgasana Allah bergetar atas kematiannya. Para malaikat bersuka cita atas rohnya dan tujuh puluh ribu dari mereka turun untuk menghadiri pemakamannya!
Untuk menentukan siapa yang harus dibunuh, anak-anak muda diperiksa, yang telah tumbuh bulu kelaminnya dikelompokkan dengan para lelaki dewasa untuk dipenggal kepalanya.
Atiyyah al-Quriaz, seorang Yahudi yang berhasil lolos dari pembantaian itu menceriterakan kemudian:
“Aku termasuk diantara tawanan bani Quraiza. Para Muslim memeriksa kami, dan mereka yang telah tumbuh bulu kelaminnya dibunuh, dan yang belum tidak dibunuh. Aku termasuk yang belum tumbuh bulu kelamin.”
(Sunan Abu Dawud Book 38, Number 4390, kumpulan Hadist yang dianggap shahih).
Ayat Qur’an tentang pembantaian bani Quraiza:
Dan dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraiza) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. (Qs 33:26).
Parit-parit digali di bazar Medinah, dan Muhammad memerintahkan orang-orang tersebut digiring persepuluh orang untuk dipenggal, dan badan mereka dibuang ke parit-parit itu.
Selama penjagalan tersebut, wanita-wanita mereka berteriak histeris, merobek-robek baju mereka dan memukuli pipi mereka. Tetapi semakin banyak wanita-wanita menangis semakin bersemangat Muhammad dan sahabat-sahabatnya melakukan penjagalan, hingga pada hari itu dia membunuh 900 orang secara massal.
Muhammad memerintahkan para tawanan wanita dipajang dihadapannya. Seperti biasanya Muhammad memilih untuk dirinya, wanita yang paling cantik.
Pilihannya jatuh kepada Rihana bint Amro, yang suaminya, dan ketiga saudara laki-lakinya dan seluruh keluarganya diperintahkan untuk dibunuh didepan matanya.
Muhammad berkata kepadanya: “Daripada menjadi budakku, saya akan membebaskan kamu dan menikahimu.”
Rihana menjawab: “Lebih terhormat bagiku untuk menjadi budakmu dari pada menjadi isteri seorang penjagal manusia.” Dia kemudian meludahinya, dengan harapan Muhammad akan memerintahkan dirinya untuk dibunuh. Tetapi Muhammad tidak pernah membunuh wanita cantik.
Melainkan dia menyimpannya sebagai seorang budak dan berhubungan intim dengannya sementara kaki dan tangannya diikat.
[Lihat juga The Life of the Prophet oleh Ibn Hisham, vol.III, hal 118-143 (yang juga menulis kejadian-kejadian lain yang tidak dimuat disini): The Life of Muhammad oleh Haikal, hal 347-351 (Yang menambahkan lebih banyak penjelasan mengenai kekejaman Muhammad): dan Al Sira Al Halabia oleh Al Halabi, vol.II, hal 675-677. Cerita ini juga ditemukan dalam Rawd Al Unuf oleh Imam As-Suhaili, vol.III, hal 267-271 dan dalam buku-buku oleh Al-Tabari Ibn Kathir, Ibn Khaldoon, Al-Booti Al Khudri dan Al-Adid. Semua pengarang menulis mengenai cerita mengerikan ini]
Banyak orang Muslim setelah melihat kekejaman Muhammad terhadap bani Quraiza, mereka pindah dari agama Muhammad, karena yakin bahwa pernyataan Muhammad adalah tidak benar sebagai nabi.
Lebih dari tigaribu orang pindah dari Islam setelah perang parit Al-Khandaq.
Untuk menghalalkan kekejamannya dan perampokannya Muhammad mempunyai solusi, Allah menjawab dan Jibril membawa ayat-ayat yang diperlukan. Tiba-tiba ayat-ayat Al Qur’an diturunkan kepadanya.
“Dan Dia mewariskan kepadamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (Surat Al-Ahzab / golongan yang bersekutu 33:27).
Dengan demikian Muhammad menegaskan bahwa Tuhanlah yang merestui perbuatannya.
Terorisme, kekerasan, perampokan, pembunuhan dan perkosaan yang terjadi sekarang ini bukan datang tiba-tiba, tetapi berasal dari tindakan-tindakan, keteladanan Muhammad, para sahabatnya dan penerus-penerusnya.
Serangan Al-Harkat.
Tidak puas dengan menghancurkan Quraiza, Muhammad menyerang Al-Harkat, sebuah desa Yahudi yang dekat dengan Medinah.
Semua penduduk desa itu dibunuh, dan Muhammad bin Abd Al-Wahab menulis:
“Mereka kaum Muslim mengatakan Allah Akbar dan mereka menyerang bagaikan sejiwa, kemudian mengelilingi mereka dan membunuh mereka dengan pedang-pedang Allah.”
(The Life of the Messenger, oleh Muhammad bin Abd Al-Wahab, hal 111).
Muhammad membuat Allah membawa pedangNya untuk dipakai membunuh orang-orang yang tidak bersalah, dan mereka diserang secara tiba-tiba tanpa satupun kejahatan yang dilakukan. Satu-satunya yang dianggap kejahatan mereka adalah mereka orang Yahudi yang mempunyai hubungan dengan Khaibar.
Muhammad jelas kemasukan roh racistis terhadap Yahudi (dan kemudian Kristiani). Disini ia membunuh semua orang, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Tidak ada yang tersisa selain harta mereka yang dikumpulkan lalu diambil Muhammad; meninggalkan sebuah sungai darah yang mengalir di dalam desa itu.
Penaklukkan Khaibar.
Bukhari mencatat beberapa hadist tentang penaklukkan Muhammad terhadap Khaibar dan tindakan perkosaannya terhadap Safiya:
Anas berkata ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda dibelakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata: “Allahu Akbar! Khaibar telah hancur, sebab ketika kami mendatangi suatu bangsa yang kami lawan, maka kemalangan akan mengawali mereka-mereka yang telah diperingati.” Dia mengulang kalimat ini sampai tiga kali. Penduduk Khaibar berlarian di jalanan, dan para pejuang mereka diperintahkan Muhammad untuk dibunuh.
Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan harta benda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata: “O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.” Sang Nabi berkata: “Pergilah dan ambil budak mana saja.” Dia mengambil Safiya bint Huyai. Tetapi seorang datang kepada sang Nabi dan berkata: “O Rasul Allah engkau berikan Safiya bint Huyai pada Dihya padahal dia adalah yang tercantik dari suku-suku Quraiza dan An Nadir dan dia layak bagimu seorang.” Maka sang Nabi berkata: “Bawa Dihya beserta Safiya.” Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihat Safiya dia berkata kepada Dihya (agar mengalah kepadanya): “Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.”
Anas menambahkan: “Sang Nabi membebaskan Safiya dan mengawininya.” Thabit bertanya kepada Anas: “O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?” Anas menjawab: “Dirinya Safiya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya dari status budak dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan: “Diperjalanan, Um Sulaim mendandani untuk upacara pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya segagai pengantin sang Nabi.”
[Sahih Bukhari 1.8.367: dalam versi hadits ini diterangkan bagaimana kaum Muslim menyerang kota Khaibar sewaktu subuh dan saat itu masyarakat Khaibar tidak siap. “Yakhrab Khaibar / Khaibar hancur” kata Muhammad sewaktu dia menaklukkan benteng satu demi satu: “Allahu Akbar! Memang jika aku menyinari tepi daerah masyarakat manapun, maka hancurlah mereka hari itu juga!” Setelah menaklukkan kota itu maka tiba waktu bagi-bagi jatah harta jarahan. Dihya salah seorang tentara Muslim, menerima Safiya sebagai bagian jatahnya. Perlu diketahui ayah Safiya adalah ketua suku Yahudi bani Nadir yang dipancung kepalanya atas perintah Muhammad tiga tahun sebelumnya. Seseorang memberi tahu Muhammad bahwa Safiya sangatlah cantik. Lalu Muhammad menawarkan Dihya dua gadis pengganti yakni saudara-saudara sepupu Safiya, dan lalu mengawini Safiya bagi dirinya sendiri].
Ibn Ishaq, sejarawan Muslim pertama, mengisahkan versi penaklukkan Khaibar.
Kinana al Rabi yang menyimpan harta banu Nadir dibawa menghadap
kepada sang Rasul yang menanyakan tentang harta itu. Kinana menyangkal
mengetahui dimana harta itu. Sejarawan Tabari menulis, seorang Yahudi
dibawa menghadap sang Rasul dan berkata bahwa dia melihat Kinana pergi
ke suatu reruntuhan setiap subuh. Sang Rasul berkata kepada Kinana:
“Tahukah kamu, jika kami menemukan kamu yang menyimpan harta itu, maka
aku akan membunuhmu?” Kinana menjawab: “Ya.” Sang Rasul memerintahkan
reruntuhan itu dibongkar dan beberapa harta ditemukan. Lalu Rasul
bertanya padanya dimana harta yang lain, tetapi dia tidak mau menjawab,
sehingga sang Rasul memberi perintah kepada al Zubayr al Awwam: “Siksa
dia sampai mengaku habis-habisan.”Maka al Zubayr menyalakan api dengan batu percik dan besi panas diletakkan diatas dada Kinana sampai dia hampir mati.
Lalu sang Rasul menyerahkan Kinana kepada Muhammad bin Maslama yang lalu memancung kepalanya sebagai balas dendam atas kematian saudara Mahmud. Pada saat Muhammad menyiksa Kinana, dia juga mengambil istri Kinana yang bernama Safiyah yang berusia 17 tahun, dipangku oleh Muhammad untuk menonton penyiksaan terhadap suami Safiyah yaitu pemuda Kinana.
Bilal adalah orang yang membawa Safiya kepada sang Rasul dan mereka melewati beberapa mayat Yahudi dalam perjalanan itu. Kawan-kawan Safiya menangis dan menabur debu diatas kepala mereka.
Ketika Rasul Allah melihat hal ini dia berkata: “Singkirkan wanita iblis ini dari hadapanku.” Tetapi dia memerintahkan Safiya untuk tetap tinggal dan menyelubungkan jubahnya kepada Safiya. Dengan ini para Muslim tahu bahwa Muhammad memilih Safiya bagi dirinya sendiri.
Sang Rasul menegur Bilal: “Sudah hilangkah belas kasihanmu sehingga kau bawa wanita-wanita ini melalui mayat-mayat suami mereka?”
Di hari yang sama Muhammad menyiksa suami Safiya yaitu pemuda Kinana sampai mati, dia mengambil Safiya dan membawanya ke sebuah tenda untuk disetubuhi. (Sirat Rasul Allah. p. 515).
Ini adalah sebuah contoh penyiksaan untuk mendapatkan informasi tentang harta agar bisa dirampas. Yang diikuti dengan pembunuhan dan perampasan isterinya yang tidak bersalah. Penyiksaan dipertontonkan di depan mata sang isteri, kepalanya dipancung dan setelah itu isterinya disetubuhi! Jikalau siksaan seperti ini dibenarkan oleh Allah dan dilakukan oleh Rasul Allah sebagai contoh teladan, maka penyiksaan para tahanan teroris di penjara Abu Ghraib, Irak dan Guantanamo, Amerika, tidaklah ada artinya dalam hal kekejaman dan ketidak adilannya.
Medinah pasca pengusiran dan pembantaian orang-orang Yahudi.
Hidup di Medinah jadi sangat berubah, dulu sebelum Muhammad datang,
masyarakat Yathrib adalah petani, pembuat karya seni dan pedagang. Semua
itu digerakkan oleh orang-orang Yahudi, yang adalah pekerja keras, tahu
baca tulis dan makmur.Masyarakat Arab Medinah merupakan masyarakat termiskin, orang-orang Arab kebanyakan buta huruf, bodoh, malas dan percaya takhayul. Bagi mereka dengan memiliki satu unta dan satu mantel saja sudah membuat mereka merasa kaya. Mereka tidak punya banyak kemahiran dan bekerja bagi kaum Yahudi sebagai pelayan-pelayan.
Setelah Muhammad mengusir dan membunuhi orang-orang Yahudi, kota itu berubah drastis, ekonomi kota runtuh semua, tidak ada bisnis apapun yang dapat dikerjakan oleh orang-orang Arab untuk menafkahi dirinya, orang-orang hidup bergantung sepenuhnya pada Muhammad dengan cara menjarah/merampok. Tidak ada jalan keluar untuk kembali bahkan orang-orang yang tidak percaya padanya seperti Abdullah ibn Ubbay dan pengikut-pengikutnya juga ikut pula dalam kegiatan penjarahan yang dilakukan Muhammad. Ini bukan karena mereka mau mendukung Islam tetapi karena menjarah merupakan satu-satunya mata pencaharian bagi penduduk Medinah atau jika mereka tidak mau ikut dalam penjarahan maka mereka akan mati kelaparan.
Al Qur’an menyebutkan bahwa orang-orang Arab ini mendapatkan harta mereka dari “barang jarahan dari Allah.”
Dan Muhammad membuat penegasan untuk memberi semangat kepada kaum Muslim: “Dia yang membunuh seseorang, mempunyai hak atas segala hartanya.”
(Bukhari, Vol.4, Book 53, no.370; Sahih Muslim, Kitab 19, Bab 13).
Para wanita yang ditangkap pada perampokan menjadi tambahan rangsangan bagi Muslim untuk ikut menjarah karena wanita-wanita ini akan dijadikan budak seks.
Jadi alasan utama Muslim awal untuk berjihad adalah harta dan seks.
Suasana di Medinah sangat menegangkan, Islam dan jihad menjadi pusat kehidupan masyarakatnya. Para pria keluar kota untuk menjarah, merampok, menyerang kafilah-kafilah, menghancurkan perumahan desa-desa, membunuh pria dan memperkosa wanita-wanita.
Imam Bukhari dan Muslim menuliskan sebagai berikut:
“Aku berpikir untuk mengumumkan saat sholat dan menyuruh seseorang memimpin jemaat sholat, sedangkan aku akan pergi bersama orang-orang sambil membawa obor kepada orang yang tidak ikut sholat dan lalu membakar rumah-rumah mereka dengan api.” (Muslim, Book 4, No. 1370; Bukhari, Vol. 1, Book 11, No. 626).
Byzantium.
Ambisi Muhammad dan sahabat-sahabatnya berkembang melampaui semenanjung Peninsula hingga Byzantium. Muhammad mengirim salah satu anak buahnya yaitu Al Harith Ibn Umayr kepada Sharhabil bin Umar Al Ghassani (Al-Ghassanid merupakan dinasti Arab di selatan Syria yang berhubungan dengan Katolik dan merupakan sekutu kekaisaran Byzantium) untuk menyerahkan tawaran dan tuntutan Muhammad.
Raja tersebut menolak sang utusan dan hampir saja mengirim pasukan ke Arab, tetapi batal karena menganggap Arab tidak berharga.
Muhammad mengirim tiga ribu tentara dan tiga pemimpin untuk menyerang Damaskus tetapi dalam perjalanannya bertemu dengan pasukan Byzantium di wilayah Yordania yang dinamakan Mu’tah.
Pada peperangan pertama (perang Mu’tah tahun 627), Zayd Ibn Haritha anak angkat Muhammad terbunuh. Dia digantikan oleh Ja’far Ibn Abu Talib yang juga terbunuh. Setelah dia, Abdallah bin Rawaha mengambil pimpinan tetapi dia juga terbunuh dan digantikan oleh Khalid bin Al Wahid, yang memerintahkan pasukannya untuk kabur selagi peperangan berlangsung. Pasukan Muhammad kembali ke Medinah setelah kehilangan lebih dari 1500 orang. Beberapa dari mereka terluka parah termasuk Uthman bin Al-Maghira yang bertanya kepada Muhammad sekembalinya mereka: “Tidakkah para malaikat berperang untuk kita wahai Rasul Allah?” Dia menjawab: “Sayangnya mereka sedang sibuk di tempat lain dan Jibril sedang berliburan.”
Mereka percaya akan keterangan Muhammad.
Serangan terhadap suku Kristen Uki.
Ada satu suku Arab yang bernama Ukl atau Uraina yang hidup dengan damai dan sejahtera. Penduduknya semua beragama Kristen.
Muhammad datang menyerang mereka dan mengubah kedamaian mereka menjadi sungai darah dan air mata.
Dia menghancurkan suku itu, membunuh banyak orang, dan mengambil sisanya sebagai tawanan. Muhammad merampok harta mereka dan membawanya ke Medinah. Setiba di Medinah Muhammad bertanya kepada para tawanan: “Adakah seseorang yang akan menebusmu dan membayar uang tebusannya?” Mereka menjawab: “Kamu telah mengambil semuanya dan kami sudah tidak mempunyai apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu.”
Pada titik itu Ali bin Abu Talib menuntut mereka menghujat Kristus tetapi mereka tidak mau melakukannya. Akibatnya Muhammad memerintahkan mereka disiksa dan dibunuh.
Al-Khudri seorang ulama Muslim mengatakan:
“Sekelompok orang Arab datang dan membunuh salah satu dari sahabat nabi. Muhammad mengirim 120 orang penunggang kuda yang menangkap mereka dan membawa mereka menghadap Muhammad yang memerintahkan mereka disiksa saat mereka masih hidup. Tangan dan kaki mereka dipancung dan mata mereka ditusuk dengan paku panas. Mereka dibuang ke kubangan dan dipertontonkan hingga mereka mati.” (The Light of Certainly / Nur Al-Yaqin oleh Al-Khudri 24th edition, pp 184-185).
Sheikh Al-Khudri mencoba membenarkan tindakan Muhammad dengan menuduh suku tersebut telah membunuh salah satu sahabatnya. Namun orang-orang itu tidak membunuh siapapun dan serangan dilakukan oleh Muhammad sebagaimana yang lain yaitu untuk merampok, membunuh dan memperkosa.
Imam As-Suhaili mengutip Ibn Hisham mengatakan:
“Setelah Muhammad menangkap orang-orang tersebut, dia memotong tangan dan kaki mereka dan mengambil mata mereka. Mereka meminta air untuk diminum, tetapi Muhammad menolak untuk memberinya hingga mereka mati.”
[Rawd Al-Unuf oleh Imam As-Suhaili; vol.III, hal 187. Al Bukhari juga memastikan kisah tersebut dalam Sahihnya, lihat hadits Sahih Bukhari vol I, Buku 4, #234; vol.2, Buku 24, #577; vol.4, Buku 52, #261; Vol.5, Buku 59, #505; Vol.6, Buku 60, #134; Vol.7, Buku 71, #590 dan 623; Vol.8, Buku 82, #79, 796,797; dan Vol.9, Buku 71, #590 dan 623; Vol.8, Buku 82, #794, 797 dan Vol.9, Buku 83, #37. Lihat juga hadits Sahih Muslim, Buku 16, #4130-37].
Banyak referensi Islam tulen, mengutip bahwa jumlah tahanannya adalah sebanyak 42 orang. Empatpuluh dua orang inilah yang tangan dan kakinya dipotong dan matanya ditusuk dengan paku panas, kemudian dilempar kekubangan sampai mati. Walaupun umat Muslim mengatakan Muhammad adalah nabi penutup semua utusan Tuhan dan nabi pengampun tetapi beliau menolak untuk memberikan mereka air minum. Orang-orang Muslim mengatakan bahwa kisah tersebut adalah palsu, tak mungkin terjadi.
Kita berharap bahwa kisah tersebut adalah palsu tetapi nyatanya memang benar terjadi, dan tercatat oleh sumber-sumber sahih Islam sendiri! Memang kebenaran terlalu silau bagi mereka yang buta sehingga tak sanggup melihatnya. Mereka tak mampu menghubungkan kisah itu dengan Allah SWT yang dikatakan mempunyai sifat-sifat Rahmani dan Rahimi (pengasih dan penyayang)?
Penyebaran Islam: Ikuti Muhammad atau mati.
Islam adalah satu-satunya agama yang Allahnya dan Nabinya menyuruh untuk disebarkan lewat pedang.
Pertanyaan yang tidak terjawab adalah: Kenapa harus begitu?
Sekedar contoh (1).
Ketika Amr bin al-Aas tiba di Yaman untuk memaksa raja Yaman membayar upeti jika tidak memeluk Islam.
Sang raja bertanya kepadanya: “Bagaimanakah semua kaum Quraishi menjadi Muslim?”
Al-Aas menjawab: “Kaum Quraishi mengikuti Muhammad karena mereka mempunyai keinginan untuk memeluk Islam atau mereka takut sebab mereka dikalahkan dengan pedang. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya yang tersisa yang bukan Muslim. Jika kamu tidak memeluk Islam hari ini, kuda-kuda akan berlari diatasmu dan rakyatmu. Peluklah Islam dan kamu akan hidup dalam kedamaian dan kuda-kuda serta penunggangnya tidak akan menyerangmu.”
Sekedar contoh (2).
Ibn Ishaq menulis:
Utusan Allah mengirim Khalid bin Al-Wahid kepada bin Al-Harith, kepala suku Najran yang beragama Kristen dan berkata kepadanya: “Jika kamu memeluk Islam dan membayar zakat, kamu akan diterima, jika kamu bilang tidak, aku akan membu-nuhmu dengan pedang.” (Kehidupan Nabi, vol.IV, hal 134).
Suku tersebut mengirim beberapa orang dari Al-Harith kepada Muhammad dengan patuh.
Muhammad berkata: “Jika kamu tidak memeluk Islam, aku akan memenggal kepalamu dibawah kakimu.”
(Lihat: The Beginning and the End oleh Ibn Kathir, vol.5, hal. 989; dan The Life of Muhammad oleh Dr Haikal, hal. 488).
Pilihannya hanya ikuti Muhammad, masuk Islam atau mati.
Orang-orang yang dibunuh karena penyebaran Islam sejak awal panggilan kenabian Muhammad sampai matinya berjumlah 30.000 jiwa, ini tertulis dalam buku: Tales of Battles, oleh Ibn Al-Asam Al-Garhani. Untuk renungan kita yang beradab: Kenapa harus begitu?
Saling membunuh diantara umat Islam.
AL-RIDDAH: Perang terhadap orang yang meninggalkan Islam.
Ketika Muhammad masih hidup telah banyak pengikutnya yang merasa bahwa agama ini adalah ciptaan manusia, akibatnya kira-kira sepuluh ribu pengikutnya meninggalkan Islam.
Abu Bakr kalifah pertama menuntut mereka harus membayar upeti (zakat sebesar 2,5% dari harta seseorang untuk fakir miskin sebagai salah satu dari 5 Rukun Islam).
Ketika mereka menolak, Abu Bakr menyatakan:
“Aku bersumpah demi Allah, jika mereka berhenti untuk membayar apa yang mereka dulu bayar kepada utusan Allah, aku akan memerangi mereka.”
Sebagai akibatnya perang terhadap orang-orang yang meninggalkan Islam dimulai bukan karena menolak mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah saja tetapi karena mereka tidak membayar zakat kepada Abu Bakr, sebagaimana mereka membayar kepada Muhammad.
Dalam perang Al-Riddah ini Abu Bakr membunuh lebih dari tigapuluh ribu orang yang menolak Muhammad dan menolak untuk membayar zakat yang dipersyaratkan.
Pembunuhan Uthman ibn Affan oleh Muslim sendiri.
Al-Halabi menulis tentang Uthman, khalifah ketiga:
Uthman ibn Affan datang dengan 10.000 dinar dan meletakkannya di tangan dan dada Muhammad.
Muhammad mulai mengambil uang tersebut, memeriksanya, membalik-balikannya ke setiap arah dengan hati-hati dan gembira sambil berkata: “Semoga Allah memberikan pengampunan atas semua dosamu, yang tidak diketahui dan yang diketahui oleh umum. Wahai Uthman semoga Allah memberikan kepadamu pengampunan untuk apa yang kamu lakukan di hari kemarin dan apa yang kamu lakukan di hari esok hingga hari pengangkatan.”
Uthman adalah salah satu dari sepuluh pembawa kabar baik yang berkhotbah tentang surga, dia adalah orang yang telah diberi kepastian oleh Muhammad bahwa semua dosanya, yang lalu dan yang akan datang akan diampuni setelah dia membayar sepuluh ribu dinar.
Uthman adalah suami dari dua anak Muhammad, Ruqayyah dan Um Kulthum. Muhammad berkata kepadanya: “Jika saya mempunyai empatpuluh anak perempuan, saya akan menikahkan mereka dengan Uthman.” Gara-gara 10.000 dinar?
Tetapi akhir sejarah dari khalifah ketiga ini sungguh mengenaskan. Sekalipun ia dianggap sebagai bapak penyatuan teks Al Qur’an, yang tadinya saling dipersengketakan tentang ke-murnian dan kebenarannya, namun itu pulalah yang menye-babkan kematiannya. Dua Muslim yang berpengaruh, Muhammad bin Abu Bakr dan Ammar bin Yasir mendatangi Uthman ketika dia sedang membaca Al Qur’annya Muhammad. Mereka berdua menyiksanya kemudian membunuhnya dengan pedang. Mereka juga menginjak jenggotnya dengan sepatu mereka sebagai sebuah penghinaan yang besar.
Ironis sekali, Uthman kalifah yang ketiga mati dibunuh oleh seorang pembawa berita kabar baik yaitu Ammar bin Yasir dan putra kalifah pertama yaitu Muhammad bin Abu Bakr.
Al-Tabari menulis dalam bukunya The History of Nations and Kings, teman-teman Uthman tidak berhasil mengubur jenazahnya selama 2 hari berselang. Musuh-musuh Uthman melarang jenazahnya dimakamkan secara Muslim di makam Muslim, maka jenazahnya terpaksa dimakamkan di pekuburan Yahudi (baca detailnya pada bab “Tokoh-tokoh jihadis dalam sejarah”)..
Perang Unta.
Anda masih ingat kisah tentang Aisha dan Safwan dimana Ali menasehati Muhammad untuk menghukum Aisha karena dugaan perselingkuhannya dengan Safwan, dengan akibat terjadinya dendam antara Aisha dan Ali.
Aisha membentuk aliansi dengan Muawiyah melawan Ali, dia memimpin perang selama 3 hari melawannya di kota Basra, Irak pada tahun 34 Hijriah.
Perang tersebut dinamakan Perang Unta karena Aisha berada ditengah-tengah peperangan diatas seekor unta.
(Inilah perang saudara Muslim yang pertama terjadi di Basra, Irak pada tahun 656, juga dikenal dengan sebutan “Perang Bassora” atau “Perang Janial”).
Dalam perang tersebut lebih dari sepuluh ribu Muslim terbunuh di kedua belah pihak.
Setelah pemakaman dilangsungkan, Ali bertanya kepada Aisha: “Wahai, Ibu orang-orang beriman, pihak manakah yang akan masuk surga?”
Aisha berpura-pura lupa apa yang dikatakan oleh almarhum suaminya sang Nabi yang mengatakan:
“Jika dua orang Muslim saling memerangi dengan pedang, yang membunuh dan yang dibunuh akan masuk dalam api neraka.” Sebagai gantinya Aisha menjawab: “Semuanya akan masuk surga.”
(Lihat Hadits Sahih Bukhari, vol.1, Buku 2 #30; vol.9, Buku 83 #14; vol.9, Buku 99 #204; dan Hadits Sahih Muslim Buku 41, bab 4. “When two Muslims confront Each Other with Swords.” #6898-6901.).
Perang Siffin.
Perang Siffin terjadi pada bulan Mei – Juli 657 di sungai Efrat antara Ali bin Abu Talib melawan Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan. Ali bin Abu Talib adalah sepupu dan sekaligus menantu Muhammad yang kawin dengan Fatimah putri Muhammad dengan Siti Khadijah.
Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan adalah pemimpin kaum Umayyad, yang mendirikan kesultanan Umayyad.
Konflik ini terjadi untuk memperebutkan penerus kalifah setelah pembunuhan Uthman.
Lebih dari 15.000 orang terbunuh dalam perang ini.
Perang Karbala.
Perang ini terjadi pada tanggal 10-10-680 di kota Karbala yang terletak 60 mil Barat Daya Baghdad.
Beberapa tahun setelah perang Siffin yang keji, anak-anak Ali yaitu Al-Hassan dan Al-Hussein bertemu dengan Yazid anak Mu’awiyah dalam pertempuran sengit di kota Karbala, dimana lebih dari 15.000 Muslim terbunuh.
Al-Hussein bin Ali dipenggal kepalanya, jazadnya dirusak . Isterinya dan semua anak-anaknya, cucu dan cicit Muhammad dibunuh.
Perang Zab.
Perang Zab terjadi pada tanggal 25 Januari 750 di sungai Zab di Irak antara kaum Abbasids melawan kaum Umayyad. Kaum Abbasids adalah kaum yang berasal dari Abbas, paman Muhammad yang melakukan kudeta mengambil alih kekuasaan dari kaum Umayyad.
Mereka tidak melupakan apa yang telah dilakukan oleh kaum Umayyad terhadap cucu-cucu Muhammad dan keluarga mereka sehingga mereka memutuskan untuk membalas dendam kematian mereka. Pangeran dari Abbasids yaitu Abu Al-Abbas, sang penjagal membunuh semua keturunan Umayyad, termasuk kaum wanita, remaja dan balita. Bahkan kuburan mereka tidak aman karena digali kembali, jazad mereka dicemari dan beberapa bagiannya diberikan kepada anjing.
Perang Ain Jakut
Perang Ain Jakut (Mata / mata air dari Goliat) terjadi pada tanggal 3 September 1260 di Palestina antara kaum Tartar dibawah pimpinan Holako melawan Sultan Qutuz dari Mesir. Banyak ulama Muslim mempercayai bahwa Holako adalah seorang Muslim, sepanjang perjalanan, mereka merampas, menjagal dan membakar banyak kota-kota Muslim dan non-Muslim hingga mereka dikalahkan oleh Sultan Qutuz.
Prestasi Muhammad
Mustahil Kristen bisa menjawab
BalasHapuspertanyaan setingkat SLTP ini?
1. Mana pengakuan yesus dalam
Bibel bahwa dirinya tuhan, dan
perintah untuk menyembah
dirinya ?
2. Mana keterangan dalam Bibel
tentang Tanggal Lahir yesus dan
perintah merayakan natal pada
tanggal 25 Desember ??
3. Mana perintah yesus untuk
beribadah hari minggu ?
4. Kenapa kristen meghallalkan
berzinah ? apa dasarnya ?
pemain bokep amerika 100%
kristen dan tidak dilarang oleh
agama kristen !
5. Siapa orang yang pertama kali
melukis wajah tuhan / yesus ?
sertakan dalil yang kuat
6. Apa agama yang di anut yesus
ketika masih hidup ? kristen atau
katolik ? sertakan dalil
7. Mana dalil dalam
bibel ,''asalkan percaya kepada
yesus pasti masuk surga'' ? ada
kata PASTI !!!
8. Kenapa jumlah ayat bibel
berbeda-beda, bibel indonesia
berbeda dengan bibel amerika,
dan negara lainnya. dan
perbedaanya sangat jauh !
9. Sebutkan siapa yang hafal
bibel di luar kepala, walau 1
surah saja !
10. Kenapa agama kristen
menghalalkan minuman keras ?
apa dasarnya ?
11. Kenapa agama kristen selalu
mengamandemen kitab sucinya
''bibel'' ?
12. Kenapa agama kristen
meghallalkan makan
anjing,babi,dan hewan najis
lainnya ? apa dasarnya ?
13. Jika yesus benar tuhan, tentu
sangat diabadikan makam
aslinya, dimana makam asli
yesus, sebutkan alasan tentang
kebenarannya !
14. Kenapa yesus
sembahyanag ? siapa yang ia
sembah ?
15. Kenapa yesus di baptis ?
kenapa tuhan di baptis oleh
manusia ?
16. Mana dalil bahwa yesus yang
menciptakan alam semesta
beserta isinya ?
17. Mana dalil tentang tuntunan
sembahyang dengan bernyanyi ?
18. Jika benar yesus tuhan.
Kenapa tuhan rela mati demi
makhluk ciptaanya sendiri ?
dimaa derajatnya sebagai tuhan ?