Oleh: Azam Kamguian
Hal yang akan aku bicarakan adalah Islam;
tepatnya Islam masa kini di Iran. Akan kujabarkan beberapa peristiwa
pembantaian dalam Islam dan selintas tentang apa yang terjadi dan masih
terjadi di Iran. Aku akan bicara tentang mereka yang telah menumbuhkan
gerakan² Islam atau membenarkan Islam. Aku akan mengakhiri dengan
penekanan pentingnya bagi humanitas untuk menang lawan Islam dan
langkah² praktis yang harus diambil untuk mencapai hal ini.
Di akhir abad ke-20, manusia menyaksikan holocaus lain—Holocaus Islam, yang mengakibatkan jutaan manusia telah dan terus ditembaki, dipotong-potong dan dirajam sampai mati; orang² dibantai dan dienyahkan oleh negara² Islam, gerakan² politik Islam dan teroris² Islam di Iran, Sudan, Afghanistan, Aljeria, Mesir, Nigeria, Asia Tengah, dan Amerika Serikat. Jubah, sorban, dan Al-Qur’an terus memakan jiwa manusia. Suara yang menentang atau menuntut kemerdekaan dibungkam di tempat. Penindasan yang dilakukan gerakan² Islam terutama dilakukan terhadap kebebasan wanita, dengan cara meniadakan hak² sipil wanita, dengan meniadakan kebebasan menyuarakan pendapat secara umum atau pribadi, dengan memaksakan hukum² dan tradisi brutal, dan dengan melakukan pembantaian manusia, dari yang masih kecil sampai yang sudah tua.
Di akhir abad ke-20, manusia menyaksikan holocaus lain—Holocaus Islam, yang mengakibatkan jutaan manusia telah dan terus ditembaki, dipotong-potong dan dirajam sampai mati; orang² dibantai dan dienyahkan oleh negara² Islam, gerakan² politik Islam dan teroris² Islam di Iran, Sudan, Afghanistan, Aljeria, Mesir, Nigeria, Asia Tengah, dan Amerika Serikat. Jubah, sorban, dan Al-Qur’an terus memakan jiwa manusia. Suara yang menentang atau menuntut kemerdekaan dibungkam di tempat. Penindasan yang dilakukan gerakan² Islam terutama dilakukan terhadap kebebasan wanita, dengan cara meniadakan hak² sipil wanita, dengan meniadakan kebebasan menyuarakan pendapat secara umum atau pribadi, dengan memaksakan hukum² dan tradisi brutal, dan dengan melakukan pembantaian manusia, dari yang masih kecil sampai yang sudah tua.
Pada dasarnya, Islam adalah kepercayaan
dan aturan militer yang berlawanan dengan kemakmuran, kebahagiaan,
kebebasan manusia, persamaan hak antar manusia, dan pengembangan
pengetahuan. Islam dan kehidupan manusia sepenuhnya merupakan dua konsep
yang bertentangan, berlawanan satu sama lain. Diartikan dengan cara apa
saja, Islam akan tetap saja bertentangan dengan sekularisme,
modernisme, egalitarianisme dan hak² azasi wanita. Politik Islam adalah
gerakan politik yang bertentangan dengan gerakan² sekuler dan progresif
(maju) demi kemerdekaan, dan bertentangan dengan kemajuan budaya dan
intelektual. Kekerasan dan penindasan harkat manusia tercantum dalam
pernyataan² kelompok² politik Islam. Di mana Republik Islam berdiri di
situ terjadi kekerasan brutal.
Setelah kekuasaan politik Islam berkuasa
di Iran, mereka lalu mendirikan Republik Islam, dan mempengaruhi negara²
Timur Tengah lainnya. Di Iran, kekuatan politik Iran mulai terbentuk
dan lalu jadi pemerintahan dan lalu berubah menjadi kekuatan berpengaruh
di daerah itu. Di bawah hukum negara Islam, terjadi berbagai kekerasan
di Iran yang berdasarkan hukum Islam. Di mana Republik Islam berdiri, di
situ terjadi kekerasan brutal. Fakta menunjukkan bahwa orang² dipaksa
tunduk di bawah hukum yang dipercayai datang dari Tuhan atau nabi, dan
ini sendiri sudah merupakan tindakan kekerasan. Jika orang menolak taat
akan hukum itu, mereka dihukum dan ditindas. Islam menawarkan bentuk
kekerasan yang paling buruk dan keji. Iran adalah contoh paling jelas
apa yang bisa dilakukan Islam terhadap manusia. Aku akan mencoba
menyampaikan pada kalian secara singkat periode penuh kekerasan,
penindasan dan penderitaan—banjir darah yang dilakukan oleh kekuasaan
Islam.
Aku hidup di Iran mengalami ribuan hari
di mana Islam mengucurkan darah. Sejak tahun 1979, ratusan ribu pria,
wanita dan anak² telah dibantai demi nama Allah. Aku hidup menjalani
hari² itu ketika aku, bersama dengan ribuan pria dan wanita di seluruh
negara, menyaksikan nama² kekasih kami, suami², istri², kawan², putri²,
putra², kerabat² kerja, dan murid² kami dicantumkan dalam pengumuman
harian di surat kabar sebagai orang² yang dihukum mati. Inilah hari² di
mana prajurit² Allah menyerang berbagai perpustakaan dan pabrik²
percetakan dan membakar semua buku². Inilah haris² di mana para tentara
menyerang universitas², membunuhi mahasiswa² di seluruh negara. Minggu²
dan bulan² yang penuh penyerangan berdarah terhadap para buruh yang
berani mogok atau melakukan demonstrasi. Tahun² yang penuhi pembunuhan
terhadap para penentang rezim Islam Iran di dalam dan luar negeri.
Tahun² penuh penindasan dan pembunuhan brutal atas para atheis, pemikir,
sosialis, ketua² dan aktivis² persatuan pekerja, penganut Marxis,
Baha’I, wanita² yang tidak mau pakai jilbab dan tidak mau tunduk di
bawah hukum pemisahan seksual, dan banyak lainnya yang tidak termasuk
golongan manapun, tapi ditangkap di jalanan dan dihukum mati hanya gara²
tidak berpenampilan Islami. Selain ratusan ribu yang dibunuh di Iran,
perlu juga ditambah jutaan yang mati di Aljeria, Sudan, Afghanistan,
Pakistan dan lain². Ini merupakan holokaus diam² di mana dunia beradab
tidak melakukan tindakan apapun.
Aku, beserta ribuan tawanan politik
lainnya, disiksa atas perintah wakil Allah dan Sharia. Selama disiksa,
ayat² Al-Qur’an disiarkan kepada para kafir di ruang² siksa. Suara
pembacaan ayat² Qur’an bercampur dengan jeritan² kesakitan kami yang
dipecuti dan disiksa dengan berbagai cara. Mereka memperkosa tawanan²
politik wanita demi kepentingan Allah dan demi harapan hadiah darinya.
Mereka sembahyang dulu sebelum memperkosa. Ribuan ditembak mati oleh
regu penembak mati ketika ayat² Qur’an dilafalkan. Para tawanan
terbangun setiap hari saat subuh ketika peluru² ditembakkan membunuh
kawan² dan rekan² sepenjara mereka. Dari jumlah tembakan kau bisa
menduga berapa yang mati hari itu. Mesin pembunuh tidak pernah berhenti
setiap menit. Para ayah, ibu, suami dan istri menerima baju penuh darah
buah hati mereka dan harus bayar biaya peluru. Mereka menciptakan Auschwitz
Islam. Banyak orang² yang penuh kasih sayang dan berpikiran maju
dibunuhi. Tingkat kengerian sukar dibayangkan. Sejak saat itu, kasih,
kebahagiaan, senyum, dan berbagai interaksi kebebasan manusia dilarang.
Islam mengambil alih semuanya. Inilah yang terjadi pada generasiku. Tapi
tidak hanya terbatas pada generasiku, karena generasi orang tuaku pun
menghadapi ancaman berdarah pula, dan demikian pula generasi berikutnya.
Di tahun² ini, jutaan anak² dicuci otaknya dan dimanipulasi. Tindakan
kriminal yang dilakukan Republik Islam Iran dan politik Islam sebanding
dengan tindakan kriminal yang dilakukan oleh Fasisme di tahun 1930-an
dan awal 1940-an, dan seperti pembantaian manusia di Rwanda dan
Indonesia.
Meskipun begitu, kejadian ini luput dari
pengamatan manusia di seluruh dunia. Jika manusia tahu akan terjadinya
Holokaus ini, maka mereka pasti menangis. Jika rezim penindas seperti
ini jatuh, maka dunia akhirnya akan mengetahui kebenaran: para korban
akan bicara, ruang² dan penjara siksa akan diungkapkan, para penyiksa
akan mengaku perbuatannya, penindas dan hakim² Islam akan mengaku apa
yang mereka perbuat di balik dinding² penjara. Maka orang² seluruh dunia
akan melihat betapa menjijikannya Islam itu. Mereka akhirnya akan
menemukan kenyataan dari gerakan yang berlandaskan Islam dan yang
ditutup-tutupi oleh media Barat.
Kejadian 11 September mengungkapkan
beberapa realitas yang terjadi pada orang² yang hidup di bawah tekanan
teror Islam terus-menerus. Dunia jadi tahu tragedi yang dialami para
wanita yang hidup di bawah pemerintahan Taliban. Ini mengungkapkan
sebagian akan Islam. Inilah bukti Islam yang sebenarnya.
Ketika aku datang ke negeri Barat di awal
1990-an, aku bertemu dengan masyarakat yang kebanyakan orang² yang
terpelajar, media yang bebas, dunia akademis, para feminis, yang
menghormati budaya² dan agama² orang lain. Mereka mencoba membenarkan
Islam dengan mengelompokkan Muslim moderat dan Muslim fundamentalis,
Muslim progresif dan Muslim reaksioner, Medina dan Mekah, umum dan
pribadi, jahat dan baik. Bagi orang seperti diriku yang merupakan korban
langsung Holokaus Islam, pandangan ini sangatlah menyesakkan dada dan
aku harus mengungkapkan berbagai kenyataan yang tak kunjung habisnya
untuk menepis pembenaran terhadap teror Islam, terhadap penindasan, dan
penderitaan yang dilakukan Islam terhadap korbannya. Sama halnya dengan
pembantaian Islami, para apologis Islam mencoba mengalihkan kebencian
orang pada Islam dan gerakan Islam pada kelompok fundamentalis Islam
saja. Mereka mencoba mengurangi perlawanan terhadap Islam hanya pada
fundamentalis Islam saja. Mereka terus-menerus menyampaikan bahwa yang
patut kita benci hanyalah para fundamentalis saja, sebab mereka bukanlah
Islam yang ‘benar’, bukan Islam yang ‘sejati’. Mereka berjanji untuk
‘mengubah Islam’ dan melakukan pemahaman yang positif akan ayat² Qur’an
tentang kedudukan wanita. Mereka memunculkan gagasan feminisme Islami
dan mencoba menempelkan topeng wajah manusiawi pada wajah monster Islam
terhadap wanita. Mereka mengatakan bahwa hak² kebebasan berpendapat,
persamaan hak wanita dan pria, paham² politik sekuler juga terdapat
dalam negara² Ketiga. Bukankah hal yang memalukan jika kita harus
berdebat akan hal ini? Kebenaran haruslah diungkapkan. Kita tidak boleh
membiarkan para apologis Islam bermain-main dengan nyawa manusia lagi.
Kita harus mengatakan dengan jelas dan suara keras apakah Islam itu.
Yang kami saksikan adalah realitas kekuasaan Islam. Pihak liberal Barat
dan para intelektual sayap kiri merasa berdosa dengan sejarah penjajahan
oleh pihak Barat dan berusaha bersikap lunak terhadap negara² ketiga
karena rasa bersalah itu.
Mereka (liberal dan sayap kiri Barat)
menganggap ‘Negara² Ketiga’ pada umumnya memang suka hidup di bawah
hukum busuk Islam dan merasa bahagia hidup tanpa prestasi apapun di abad
ke-21 ini. Menurut mereka, para wanita dunia ketiga memang suka dipisah
dari para pria, dan benci hak² manusia dan kebebasan individual.
Menurut mereka (liberal dan sayap kiri Barat), masyarakat dunia ketiga
mendukung gerakan² dan Pemerintah Islam. Ini jelas merupakan pandangan
yang sangat ngawur dari kenyataan. Ini pandangan kolonialisme terbalik.
Dalam pandangan mereka yang seperti ini, masyarakat dunia ketiga yang
berjuang ditegakannya hak² manusia, sekularisme dan perlawanan terhadap
politik Islam tidak ada sama sekali. Mentalitas yang mementingkan diri
sendiri yang beredar di sekitar rasa bersalah para intelektual Barat ini
sungguh mencengangkan. Hak² azasi manusia, persamaan hak wanita dan
pria, dan negara sekuler juga merupakan hak bagi masyarakat ‘Dunia
Ketiga’. Sungguh memalukan bahwa kita harus berdebat akan hal ini.
Jauh berbeda dengan pendapat para liberal
dan sayap kiri Barat, saat ini sedang terjadi perang yang telah
berlangsung selama 20 tahun antara gerakan² progresif di Timur Tengah
dan di dunia Barat dalam melawan politik Islam. Catatan harian
perjuangan orang² dan kelompok anti-Islam di negara² Islam, dan berita²
harian tentang kaum muda dan wanita di Iran, menunjukkan fakta apa yang
diinginkan masyarakat ‘Dunia Ketiga’. Sejak 1979, masyarakat Iran telah
sangat berubah secara dramatis. Gerakan sekularisme dan atheisme, bagi
gagasan dan budaya modern, bagi kebebasan pribadi, bagi kemerdekaan kaum
wanita dan masyarakat telah berkembang luas dan dalam. Terjadi kemuakan
menyeluruh akan agama dan keprimitifan budaya kaum penguasa.
Sekularisme harus dibela dalam negara²
Islam. Patokan kemanusiaan universal (seluruh dunia) dan hak² azasi
manusia harus ditegakkan. Setelah pengalaman di Iran, Afghanistan, Sudan
dan Aljeria, sekularisme tidak hanya bisa diwujudkan, tapi merupakan
kebutuhan yang penting dan mendesak dan tuntutan masyarakat di negara
itu. Sekularisme harus memisahkan secara mutlak dan menyeluruh antara
agama dan negara; kebebasan beragama dan atheisme, agama dan pendidikan;
hukum yang bebas dari aturan agama, dan agama adalah pilihan dan urusan
pribadi setiap manusia. Kesadaran akan pentingnya hal ini harus
diwujudkan untuk melawan kekuasaan pemerintah agama. Semua aliran agama
harus ditetapkan secara sah oleh hukum sebagai urusan pribadi saja, dan
bukan jadi alat kekuasaan negara. Untuk mewujudkan hal ini, kita butuh
persatuan kekuatan yang besar. Meskipun terdapat perjuangan keras dari
kelompok anti-Islam di Timur Tengah dan dunia Barat di dekade terakhir,
tidak banyak terdengar laporan tentang kebrutalan politik Islam dan
tidak banyak reaksi dari dunia barat, media barat, dan apologis Islam.
Tapi kekuatan perlawanan anti-Islam di ‘Duniga Ketiga’ bagaikan raksasa
tidur yang dapat mengubah keadaan sepenuhnya. Jika raksasa ini bangun,
maka saat ini dunia akan melihat perubahan positif dan perwujudan
keadaan ideal yang telah dilupakan sejak akhir abad 20. Humanitas
(kemanusiaan) harus bangkit dan membela dirinya sendiri melawan
kebrutalan Islam.
Lapisan humanitas beradab membentuk
kekuatan besar yang, sayangnya, sampai sekarang masih terus diberangus.
Meskipun demikian, humanitas akan bangkit. Bagi kepentingan masa depan
kaum manusia, humanitas harus bangkit. Jika memang masa depan itu ada,
maka masa depan adalah bentuk gabungan dari politik aktif, progresif dan
cinta kemerdekaan di seluruh lapisan masyarakat. Kalau ini tidak
terjadi, maka masyarakat akan tetap hidup dalam terorisme dan
barbarisme. Aku akhiri pidatoku dengan harapan bahwa tahun² mendatang di
abad ke-21, kita akan menyaksikan kemenangan humanitas dan manusia atas
Islam. Semua manusia yang cinta kemerdekaan dan semua kekuatan sekuler
di seluruh dunia harus bekerja sama untuk melawan kekuatan politik
Islam; untuk memajukan sekulerisme, egalitarianisme, dan kemerdekaan di
dalam masyarakat yang ditekan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar