Segala macam bentuk penyakit mental
biasanya ikut berperan dalam benak individu yang ‘menggila’ dan membunuh
secara acak. Tapi penyakit jiwa demikian tidaklah menggambarkan
karakter islami seluruhnya. Muslim hanya mencakup 1/5 penduduk dunia,
jadi sukar melihat apakah ratusan juta orang yang suka jihad memang
adalah penyandang penyakit jiwa.
Dilain pihak, ciri-ciri pencucian otak
yang terjadi dalam pengikut cult, sekte, agama, kaum nasionalis dan
gang-gang kriminal, nampak ada pada Islam.
Bukan kebetulan bahwa ritual-ritual dalam
islam dipusatkan pada aktivitas kekerasan atau peperangan. Idul Adha
adalah ritual tahunan yang paling penting dimana setiap anggota keluarga
berpartisipasi dalam usaha menyembelih binatang.
Sementara non muslim mencoba
menghindarkan anak-anak mereka agar tidak melihat tindakan barbar
demikian, orang tua muslim malah melibatkan anak-anak mereka agar
melihat praktek-praktek berdarah demikian.
Tindakan demikian mengurangi rasa sensitifitas si anak akan rasa sakit, darah dan kematian orang lain, dan secara tidak langsung menyiapkan para muslim muda untuk melakukan tindakan Jihad yang sangat keji terhadap sesama umat manusia.
Sebuah festival 10 hari yang disebut
Ashura, juga didesain untuk menyiapkan kaum Shi’ah untuk jadi martir.
Para pengikut festival, segala umur, mencambuk diri mereka dengan rantai
dan cambuk dijalanan hingga berdarah-darah.
Penjelasan faktor-faktor lain yang mendorong muslim saleh untuk membunuh demi Jihad akan dibahas dalam bab ini.
FAKTOR DEHUMANISASI KORBAN
Prinsip-prinsip hubungan antar muslim
dengan non-Muslim bagi militan islam adalah vital karena dalam semua
aktivitas genosida hingga saat ini, para pembunuh pertama-tama mencoba
melakukan dehumanisasi (menghilangkan kesan manusiawi) korban dalam
benak mereka, ini adalah hal yang perlu dan penting.
Indoktrinasi yang terdapat dalam
ayat-ayat suci atau berbagai publikasi resmi dan media-media menciptakan
keyakinan bahwa orang Amerika, Yahudi, Hindu dan non-muslim lain
bukanlah ‘manusia’ yang sama seperti ‘manusia’ muslim, boleh dan harus
dibantai tanpa kecuali.
Islam tidak menerima hukum persamaan
derajad. Dalam semua bentuk pemikiran dan praktek islam, non muslim
tidak bisa disamakan dengan muslim. Sebuah prinsip dasar islamisme yang
menganggap bahwa umat manusia terbagi atas hirarki yang ketat.
Pada puncak hirarki ini adalah para pria
muslim non budak/bebas, puncak ‘kehebatan’ manusia. Dibawahnya, dengan
urutan kemanusiaan yang lebih rendah, adalah: para budak yang muslim,
lalu perempuan muslim non budak, perempuan budak yang muslim, kaum pria
dari ‘ahlul kitab’ (Yahudi dan Kristen), dan kaum perempuan ‘ahlul
kitab’.
Terakhir, sisa lainnya dari
kategori-kategori umat manusia tersebut. Yang terakhir ini harus mati,
tanpa ampun, karena mereka tidak punya jiwa dan dianggap orang paling
hina yang tidak ada harganya. Kelompok yang sial ini termasuk: penganut
Buddha, Hindu, Atheis, Agnostik, dll.
Tapi orang Yahudi dan Kristen jangan
buru-buru gembira dan merayakan hirarki mereka yang ‘lumayan’, mereka
malah harus menelaah posisi mereka lebih dalam lagi.
Saya kutip dari Quran mengenai pendapat
auwloh akan kaum mereka: “Makhluk paling hina, jahat dan temannya
iblis”. Petunjuk yang jelas dari Muhammad kelihatannya adalah bahwa
muslim tidak diijinkan berteman atau mengambil perlindungan dari
orang-orang Yahudi dan Kristen, kecuali harta/pengabdian/pajak diambil
dari mereka lewat penundukan, kekerasan atau ancaman.
Kristen dan Yahudi dulu dan sekarang
punya tempat spesial dalam teologi islam, dan disajikan dengan sikap
kebencian yang sangat dalam Quran dan juga teologi islam sekarang.
Terakhirnya mereka dipandang dengan jijik oleh Muhammad, perkataan
terakhir dia ketika ajal adalah sebuah kutukan bagi kelompok ini “Semoga
Auwloh mengutuk orang Yahudi dan Kristen…”
[98.6]
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.
[5.51]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi teman-teman (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu
mengambil mereka menjadi teman, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Auwloh tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.
Banyak dari mereka yang dikenal sebagai
pengikut setia dari Auwloh merasa ada jarak antara mereka dan kenalan
mereka. Filosofi anti sosial ini malah bisa kita telaah lebih jauh lagi
dengan membaca berbagai pengalaman banyak perempuan yang menikahi pria
muslim, yang pada akhirnya dijadikan budak atau setidaknya diperlakukan
kasar.
Pada sekolah-sekolah yang disponsori oleh
Wahhabi di Saudi Arabia (yang katanya sekutu Amerika dalam perang
melawan Teror), ada buku pelajaran kelas lima yang menyatakan demikian:
“Dilarang bagi seorang muslim untuk
berteman dengan orang yang tidak percaya pada Auwloh dan UtusanNya atau
yang memerangi agama islam. Tuhan telah memutuskan hubungan pertemanan
antara muslim dan kafir. Muslim, meski dia tinggal ditempat jauh, adalah
saudara seiman, sementara kafir, meski dia itu saudara dekatmu sendiri,
adalah musuh agama.”
Quran sendirilah yang membimbing muslim
untuk memutuskan pertemanan dan relasi serta persekutuan lainnya. Quran
bahkan bertindak lebih jauh lagi.
[58.22]
Kamu (O Muhammad) tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada
Auwloh dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Auwloh dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,
atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang Auwloh telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Auwloh rida terhadap
mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya.
Mereka itulah golongan Auwloh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
Auwloh itulah golongan yang beruntung.
Ini menunjukkan bahwa bahkan saudara
sekandung pun diputuskan ikatan darahnya karena Islam, kadang hal ini
menyebabkan muslims ortodoks bertempur dan membunuh kerabat mereka
sendiri jika mereka menolak Muhammad.
Ikatan keluarga, pengabdian dan
kesanggupan untuk empati membentuk tulang punggung peradaban Barat, dari
mana kita mendapat kekuatan dan mengajarkan moralitas. Dalam Islam,
bahkan ikatan keluarga yang alami dan normal pun harus tunduk dan patuh
pada semua perintah Muhamad.
Ini menjelaskan kenapa, dalam banyak
masyarakat dan keluarga muslim, anggota keluarga diharapkan mengawasi
satu sama lain, mengawasi tindakan, pemikiran dan ungkapan dari anggota
keluarga lain. Dalam skala yang lebih besar, masyarakat diharapkan
mengawasi kelakuan keluarga-keluarga dilingkungannya.
Jadi dalam sebuah negara islam, struktur
kontrol ditempatkan mulai dari tingkat paling tinggi yaitu pemerintahan
hingga ke yang paling rendah, yaitu anggota keluarga. Hukuman diterapkan
bagi yang gagal mendukung keseluruhan dari masing-masing hirarki,
kebijakan hukuman untuk keluarga, tetangga, suku, dan nasional semuanya
mendukung kegiatan jihad yang berbeda-beda tergantung dari daerah dan
kesukuannya, tapi kebijakan hukuman yang diterapkan sama-sama brutal.
Dibawah ini adalah pendapat muslim yang didukung oleh ayat-ayat Quran mereka:
[9.23]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan
saudara-saudaramu teman-temanmu, jika mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
teman-temanmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.
[5.51]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi teman-teman(mu); sebahagian mereka adalah
teman bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi teman, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Auwloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang lalim.
Kalau ada Muslim yang menganggap serius
semua yang diminta Muhammad pada pengikutnya, petunjuk agar tidak
berteman dengan non muslim akan sangat masuk akal. Semua adalah bagian
dari psikologi kekerasan.
Empati dan perasaan manusia yang sudah
ada dari sananya serta semua dorongan hati nurani, pertama-tama harus
dienyahkan lebih dahulu sebelum seseorang bisa melakukan kekerasan atau
kekejian terhadap sesamanya.
Perasaan normal seperti sayang, hormat
dan percaya kepada teman akan menghalangi tindakan jihad yang mungkin
diperlukan untuk membunuh si teman itu. Ketika Muhammad secara khusus
mengatakan pada para pengikutnya agar jangan membentuk hubungan pribadi
kepada umat lain, ini berfungsi sebagai dehumanisasi semua non muslim.
Filosofi dan psikologi ini, ketika
disatukan kedalam jiwa orang, menjadikannya agar berkembang menjadi
seorang pejihad muslim taat yang efektif, tanpa pikiran dan tanpa
perasaan (alias mesin pembunuh). Jauh lebih mudah membunuh target yang
kita benci dibandingkan target yang kita sukai, hormati atau sayangi.
Hal ini sebenarnya tidaklah sejalan
dengan pengakuan berulang-ulang bahwa “Auwloh maha pengampun, maha
penyayang, dll”. Tapi kontradiksi ini sepertinya tidak mereka (para
muslim) sadari. Tentunya dilema pribadi yang menghasilkan kontradiksi
demikian akan dengan mudah dihilangkan jika telah sepenuhnya dijiwai
oleh mental militan islam.
Kelihatannya istilah “maha pengampun” itu
dalam benak mereka hanya berlaku bagi sesama muslim saja dan tidak
ditawarkan bagi kaum kafir, kecuali mungkin mereka yang bersedia
membayar ‘pajak tundukan (jizyah)’. Dari perspektif ini, para muslim
mewujudkan sifat Auwloh yang sebenarnya, kejam, tanpa ampun, tiada
sayang dan tanpa perasaan.
Dehumanisasi islamik terhadap non muslim
ini menghasilkan orang-orang yang merasa tak bersalah membawa tabung bom
di London, dalam kereta di Madrid, pesawat di Washington, bus di
Yerusalem, teater di Moskow atau sekolah di Beslan.
Dan ketika video pemancungan orang sipil
Amerika atau mencincang mayat mereka menimbulkan sorak sorai, kenikmatan
dan perayaan didunia Arab, dimana mereka lalu mengulang-ngulang
gambar-gambar tersebut atas tuntutan para penontonnya.
Video keji penyembelihan Nick Berg,
sambil meneriakkan ‘Auwlohu Akbar’ membuat kita jijik dan malu sebagai
manusia, betapa muslim bisa tidak punya empati dan emosi normal.
PENGGAL KEPALA SAMBIL TERIAK AUWLOHU AKBAR, ISLAMIKAH?
Bodoh sekali jika mengharapkan reformasi
dari para individu atau budaya yang bergembira dan bersorak sorai
melihat gambar-gambar keji demikian.
Orang bisa mempelajari budaya dan agama
untuk mengerti secara abstrak tingkat kecerdasan dan psikis islam, tapi
tetap saja tidak bisa sepenuhnya ‘mengerti’ kedalaman tingkat
kebinatangan yang mencengkeram hati dan pikiran ‘orang barbar baru’ ini
tanpa mencoba menempatkan diri kita dalam posisi mereka dan mencoba
berpikir dan merasa seperti mereka, tapi upaya-upaya demikian hanya akan
berakibat kehilangan kemanusiaan kita, jika tidak kehilangan kewarasan
kita.
FAKTOR PENDIDIKAN DAN PENCUCIAN OTAK
Langkah pertama dalam proses apa saja
dimana seorang individu menyerahkan diri sepenuhnya untuk apa saja
kepada sebuah doktrin dan filosofi yang menuntut pengabdian dan
pemisahan dari kenyataan ada pada keefektifan sekolah islam (madrasah,
pesantren, dll) diseluruh dunia.
Ini adalah rahasia sukses dari berbagai
kelompok garis keras islam, dimana jutaan anak-anak kecil yang miskin
dan mudah terkagum-kagum dibuat sepenuhnya tidak tahu akan dunia
sebenarnya dan secara umum tidak mengerti apapun kecuali tafsir islam
saja. Sekolah-sekolah ini sering membuat anak-anak muda yang sempurna
untuk menjadi mesin Jihad.
Dengan dukungan dari pemerintah, keluarga
dan tradisi budaya, sekolah demikian terus menerus melayani metoda
indoktrinasi utama islam. Quran dilantunkan berulang-ulang, dihafalkan
lalu dilantunkan lagi. Setelah dianggap cukup menghafal materi-materi
kebencian terhadap kafir (yahudi, kristen dan penyembah berhala lain)
yang dibutuhkan, mudah saja bagi mereka yang telah dicuci otaknya untuk
melangkah keluar sekolah, mengambil senjata dan mulai membunuhi para
kafir.
Kita semua tahu (karena ini kenyataan dan
telah berulang kali terjadi) bahwa “pengulangan adalah guru yang
terbaik”. Pengulangan dan konsistensi, benar-benar adalah guru yang
paling efektif dan terbaik, dimana para santri menerima dosis berat
mereka bersamaan dengan sholat wajib lima waktu.
Bagi muslim, sholat adalah hubungan
pribadi dimana pertanyaan-pertanyaan diajukan dan jawaban mereka
harapkan. Tuhannya islam tidaklah bisa dijangkau dan tidak dikenal, dan
pastinya diatas segala hal yang berhubungan dengan berbagai kebutuhan
manusia. Semua instruksi dan jawaban sudah ada dalam Quran, perkataan
dan perbuatan Muhammad, dan menjadi kewajiban para muslim untuk menerima
penjelasan dari ulamanya mengenai bagaimana wahyu tersebut diterapkan
dalam hidup keseharian mereka.
Seperti sholat lima waktu yang lebih
menggambarkan sikap tunduk/pasrah bukannya permohonan pertolongan dalam
level pribadi. Sikap pengabdian total, sholat yang diulang-ulang, lebih
terlihat sebagai penghipnotisan untuk mendorong komitmen kepada semua
tujuan dan Prinsip-prinsip islam.
Lalu ada kekuatan sosio-emosional dari
‘kelompok pemikir’. Dalam semua pertemuan muslim (khotbah Jum’at,
pengajian, penguburan, aksi protes atau demonstrasi, dll), sorak sorai
dari massa yang mengangkat tinggi tangan yang dikepalkan sambil
berteriak “Auwlohu Akbar” punya efek sosio-emosional yang sama seperti
awal tahun 1900-an ketika orang-orang Jerman mengangkat tangan dan
berteriak “Heil Hitler!”
Individu-individu yang lemah dan tak
berdaya serasa mendapat hentakan tenaga, merasa diterima dalam sebuah
golongan dan dihormati dalam sebuah kelompok, semua itu mereka terima
dengan cara mengabdikan diri pada kelompok, dengan demikian mereka
memakai jubah kelompok untuk menutupi kelemahan dan ketidak berdayaan
mereka, jubah tersebut membuat pemakainya merasakan kekuatan yang datang
berikut rasa ‘mabuk’ kehebatan dan ‘mabuk’ mandat ilahi untuk
berperang.
FAKTOR MENGATASI EMPATI
Manusia lahir dengan mekanisme internal
yang berfungsi baik untuk masing-masing individu maupun untuk
spesiesnya. Beberapa mekanisme itu ada yang berupa emosional, termasuk
kecenderungan alami untuk berempati kepada sesamanya. Empati adalah
kemampuan untuk melihat dan merasakan hal-hal dari sudut pandang orang
lain. Empati memainkan peran penting dalam membujuk individu untuk
melakukan aktivitas mereka agar tidak melukai atau mencederai orang
lain.
Seseorang yang belum kehilangan kemampuan
untuk berempati dan belas-kasih ‘merasa’ ada sebagian kemarahan dan
luka yang dialami sang korban didalam dirinya. Seseorang akan begitu
merasakan respon yang dirasakan orang lain dengan membantu orang
tersebut bebas dari rasa menyakitkan tersebut, dan dengan melakukan hal
demikian, otomatis dia juga membebaskan dirinya dari empati rasa sakit
yang sama.
Perasaan Empati sangat alami pada
anak-anak, dengan berkembangnya kemampuan pengenalan diri dan lingkungan
dan dipertajam lagi ketika anak-anak lahir dan insting orang tua
menjadi makin aktif. Seseorang yang kehilangan rasa empati tidak
merasakan apapun ketika melihat atau mendengar sesamanya dalam
kesakitan, dan mereka yang malah merasa nikmat ketika melihat atau/dan
mendengar penderitaan orang lain, empatinya telah rusak lebih parah
lagi, dan bisa dibilang mempunyai penyakit emosi/mental.
Narsisisme adalah salah satu penyakit
mental dimana dicirikan oleh kurangnya rasa empati dan penipuan diri,
ini adalah penyakit yang kebanyakan diderita oleh para orang lalim dalam
sejarah dunia.
FAKTOR MENUTUP HATI NURANI
Perasaan internal alami lain juga
diprogram kedalam jiwa manusia, termasuk keinginan untuk kebebasan dan
nurani. Nurani didefinisikan sebagai perasaan moral internal yang
membuat kita mampu membedakan benar dan salah, dan yang menunjukkan
jalan untuk tingkah laku moral kita. Ini adalah ‘gut-feeling’ akan benar
dan salah, yang ditunjukkan hati kita ketika kita bertindak sehari-hari
oleh impulse yang mengendalikan kita.
Empati secara normal juga menjadi bagian
dari kompas jiwa kita ini, tapi nurani secara pengertian dan spiritual
lebih penting dari sekedar empati biasa. Semua kode-kode ini tertanam
dalam pikiran dan hati kita dan membimbing kita sbg individual dan
sebagai spesies, karena tanpa menempatkan tingkah laku kedalam standar
umum baik dan benar, evolusi sosial tidaklah akan mungkin terjadi.
Ini alasan kenapa masyarakat primitif pun
selalu mempunyai perkataan (kosa-kata) yang membedakan mana yang baik
dan mana yang jelek. Meski tidak setiap komunitas masyarakat
mempraktekan standar universal yang sama, tapi telah dikenal dengan baik
bahwa hampir semua komunitas selalu punya kode-kode moral dan etika
untuk mengenal mana hal baik dan mana hal jahat.
Kode-kode itu, contohnya, menghormati
orang lain dan harta miliknya, kesetiaan atau ketaatan satu sama lain,
berbicara jujur, memegang janji, menghormati hubungan kekerabatan,
menolong yang miskin, lemah dan cacat. Kode-Kode ini muncul sebagai
jawaban akan hati nurani kita dan secara umum dianggap sebagai tanda
dari moral yang baik.
Karena masing-masing kita mengharapkan
keamanan diri dan harta, bebas beribadah, pengadilan yang adil, sistem
hukum yang fair & tidak diskriminatif, kebebasan berpendapat dan
bicara, kebebasan berekspresi, dll. Semua fakta-fakta ini, seiring
waktu, muncul menjadi apa yang disebut Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka
yang melanggar HAM ini oleh negara-negara berkembang/maju dianggap
sebagai musuh umat manusia.
FAKTOR SUPERIORITAS ISLAMIK
Bagi seseorang yang membuang atau
mengabaikan standar-standar alami diri mereka, yang membimbing tingkah
laku mereka terhadap sesama, sebuah kekuatan atau faktor tertentu
pastilah telah tertanam dalam benak mereka hingga menghancurkan perasaan
yang secara alami telah ada dalam diri manusia.
Terdapat banyak cara untuk mencapai itu,
baik secara individu maupun masyarakat, dan berbagai metodologi terus
dikembangkan dan diterapkan dengan hasil-hasil yang terukur dan bisa
diperkirakan sebelumnya, seperti yang telah terjadi dalam kasus-kasus
pada setiap aliran politik, maupun sekte agama, yang bertingkah laku
buruk sekali terhadap mereka yang tidak menjadi anggota mereka, atau
terhadap mereka yang dianggap hina oleh mereka.
Islam Fundamental mengajarkan
superioritas muslim atas non muslim, segregasi sosial, kebencian
terhadap kafir, dan pemusnahan mereka yang menentang lewat penundukan
dan dominasi, kematian dan penghancuran. Kita lagi-lagi harus berpaling
melihat Quran untuk melihat pembenaran yang dilakukan muslim atas
tindakan-tindakannya:
- Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memasuki mesjid-mesjid Auwloh, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. (9.17)
- Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini (9.2#)
- Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu (9.123)
- Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Auwloh dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Auwloh dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Auwloh), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (9.29)
- Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. (2.90)
- Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (3.110)
Muslim yang secara alami percaya pada
semua ayat-ayat Quran, ditanamkan dalam benak dan jiwanya sejak kecil,
yang lalu melesat keluar dalam penampilan dan tingkah laku sosialnya,
dan mengubah dia menjadi seorang sektarian berpikiran sempit.
Pendekatan psikologi ini adalah sumber
dari semua fundamentalisme. Cuma mitos saja jika ada yang mengatakan
bahwa Islam mnyarankan hubungan baik dengan “People of the Book” (Ahli
Kitab, atau Yahudi & Kristen).
Jika ini saja belum cukup, kita bisa
mengacu pada hal-hal yang dikatakan sang nabi. Hadis Sahih Muslim, bab
71, jelas menyatakan bahwa Islam adalah agama untuk semua manusia dan
menggantikan semua agama-agama lain. Artinya bahwa Muslim lebih hebat
dari non muslim dan punya hak sejak awal untuk mendominasi mereka. Ini
sebabnya kenapa Islam menyebut dirinya Din-e-Ghalib, agama dominan.
Jelas, orang-orang yang percaya pada
agama —yang diklaim sebagai— yang terbaik itu lebih superior dari orang
lain, dan muslim fundamentalis harus sepenuhnya mengasimilasi perasaan
superioritas ini sebelum mereka bisa bertingkah laku tanpa nurani
terhadap makhluk-makhluk non-muslim yang lebih rendah dari mereka.
Seperti telah disebutkan, langkah pertama
bagi pembunuh sesama, pertama-tama adalah dehumanisasi para korbannya
dalam benak mereka. Maka langkah kedua adalah mempunyai rasa
superioritas islamik, ini menjadi fondasi dari moral islam, seiring
waktu menggantikan semua insting bawaan atau alami yang lebih superior.
FAKTOR BIRAHI
Sepanjang sejarah manusia, perampok,
bandit dan para tentara menarik anak-anak muda kedalam kelompok mereka
secara mutlak atau secara tegas mengiklankan kesempatan untuk memperkosa
dan menjarah, tapi islam menambahkan sebuah daya tarik baru.
Berhasil dalam jihad bukan hanya
mendapatkan kehormatan, jarahan dan keistimewaan dalam hidup ini, tapi
juga dalam kehidupan berikutnya. untuk mengerti kekuatan hebat yang
mendorong anak-anak muda berjihad, kita harus bertanya, apa yang
diharapkan mereka disurga nanti?
Para ulama biasanya malu-malu ditanya hal
ini dan bahkan ada yang berpura-pura dengan mengatakan bahwa semua itu
bukanlah berbentuk fisik tapi sebuah kondisi pikiran saja. Tapi dalam
kenyataannya “Surga islami” adalah godaan terbesar untuk ikut serta
aktif dalam Jihad, khususnya para pria muda.
Alasan yang dijelaskan Quran begitu
baiknya dan mendetil hingga bisa dianggap sangat efektif dipakai untuk
alat rekrutmen. “Wahyu atau Ayat.” Perkataan Tuhan itu ‘turun’ pada awal
perjalanan kenabian Muhammad, ketika dia baru mulai mengumpulkan atau
merekrut anak-anak muda ke dalam pasukannya.
Penjelasan surga diterangkan dengan
lingkungan penuh kemewahan, diramaikan oleh Houri dan juga Ghilman.
Houri adalah perawan-abadi yang sangat cantik dengan mata jeli dan dada
montok. Ghilman adalah anak-anak lelaki yang cantik dan awet muda,
seperti mutiara, berpakaian sutra dan brokade dilapisi perak
(kelihatannya dimaksudkan untuk memuaskan gaya hidup jaman dulu). Auwloh
menjamin untuk setiap lelaki muslim dan jihadis, mendapatkan tidak
kurang dari tujuh puluh dua Houris (bidadari perawan) dan banyak lagi
Ghilman.
Untuk memastikan orang yang beruntung ini
mampu melayani perempuan sebanyak itu, Auwloh sudah memikirkan
semuanya, Dia menambah kekuatan seks tiap orang itu menjadi seratus kali
lipat! Hasrat birahi dan seks untuk penghuni tempat demikian menjadi
dorongan yang hebat demi pembenaran moralitas islam, dan kenapa para
muslim (biasanya yang depresi dan putus asa) siap mempraktekan moralitas
menyimpang tersebut lewat jalan kekerasan.
Mereka yang menyerahkan psikis mereka
kedalam bujukan kekerasan jihad sepenuhnya mengharapkan bisa memakan
makanan surga, minum arak surga dan menikmati birahi surga tanpa batas.
Kepercayaan mereka yang kuat akan kuasa
intersesi dari Muhammad (kuasanya untuk memberi tempat bagi para
pengikutnya di surga apapun tindakan mereka), mengilhami mereka untuk
mengikuti teladannya hingga menjadi pejuang jihad.
Ini merupakan tawaran yang ‘tak ada
ruginya’, jika berhasil dan masih hidup bisa menikmati kesenangan birahi
dengan memperkosa, kesenangan fisik dengan menjarah harta, jika gagal
dan/atau mati tetap bisa menikmati kesenangan tersebut di dunia
berikutnya.
Jadi hasilnya apapun tetap enak
pahalanya, terjamin. Auwloh menjanjikan segala macam pahala, kerakusan
dan seks tak terbatas bagi pria muslim yang membunuh kafir dalam
namanya. Dia janjikan jika berperang atas namanya baik dia terbunuh atau
membunuh tetap terjamin masuk ke taman surga, dimana Auwloh akan
“menikahkan kita dengan Houris yang cantik dan murni”, dan menyatukan
kita dengan ‘bidadari bermata jeli’ yang berjajar bertelekan
dipan-dipan, siap untuk diterkam.
Ditempat ‘penuh seks’ itu para jihadis
dijanjikan makanan dan minuman yang enak-enak, yang dilarang di dunia
boleh mereka makan saat itu, dan mendapat seks juga dengan “anak-anak
lelaki cantik seperti mutiara” dan “awet muda dalam umur seperti mutiara
yang berserakan”. (Lihat Quran 9:111, 56:54, 56:20, 56:19, 56:24,
76:19, dan The Tidings: 30).
Satu-satunya kegagalan untuk mendapatkan
semua ‘hal’ menggairahkan tersebut (dan berakhir di neraka), adalah
gagal melakukan peperangan terhadap kafir. Auwloh memperingatkan hal
demikian:
“Jika kamu
tidak berangkat untuk berperang, niscaya Auwloh menyiksa kamu dengan
siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu
tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. Auwloh Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (Q 9.39)
Dengan ini, lewat ketakutan, kepalsuan,
kerakusan dan birahi, Islam masuk dan mengilhami hati nurani para
pribadi, mewujudkannya dalam bentuk kejahatan yang mengerikan terhadap
umat manusia di dunia. Setelah rakyat Taif —Kota besar Arab terakhir
yang menentang Islam— menyerah di bulan Februari 631 M, untuk
menghindarkan penduduknya dari bencana yang lebih mengerikan, Muhammad
dihadapkan pada tiga orang perempuan cantik; dia berikan satu kepada
Ali, yang satu lagi pada Usman dan yang ketiga pada Umar. Agar menyadari
arti pentingnya episode ini, kita harus ingat bahwa baik Ali maupun
Usman adalah menantunya dan Umar adalah mertua anak gadis muhammad, atau
besan-nya sendiri.
Muhammad secara terus menerus menjanjikan
pada para pengikutnya yang mau berperang baginya bahwa jika mereka mati
akan diberi pahala masuk ke dalam sebuah taman surga yang penuh dengan
“perawan-perawan abadi,” masing-masing lelaki mendapat jatah 72 perawan.
(Surat 44.51-56; 52.17-29; 55.46-78). Mohon maaf, bagi para jihadis
perempuan, anda akan tinggal gigit jari saja karena tak ada jatah ngesex
bagi kalian. Maaf, anda kurang beruntung.
Semakin banyak pejuang yang kalah dalam
peperangan semakin mendetil cerita surga yang dia katakan. Tipuan surga
hebatnya berhasil, dan lebih hebat lagi sampai sekarang juga masih
sukses menipu orang, meski ketidak-mungkinan menikmati seks fisik tanpa
tubuh fisik.
Tapi mungkinkah Tuhan Pencipta Alam
Semesta tega melakukan itu, mau menghadiahi kenikmatan surgawi bagi
orang yang membunuh sesamanya, atau mereka (jihadis) itu hanya akan
ditertawakan saja ketika rohnya sampai di surga sana? Anda pikir saja
sendiri.
FAKTOR MEMBENCI DIRI SENDIRI
Dengan rasa superioritas yang dipupuk
dengan seksama, rasa rendah diri mereka ternyata tetap tidak hilang.
Seperti yang diterangkan dalam politik dan Ekonomi Islami, mustahil
negara-negara islam mampu berkompetisi dengan kebebasan politik dan
ekonomi dunia lain.
Semua usaha untuk ‘mengejar’
ketertinggalan, dengan masih tetap berada didalam konteks islamik akan
terus gagal. Tapi dengan segala kebencian membabi-buta mereka terhadap
Barat, kebanyakan muslim sebenarnya telah ‘di-Barat-kan’ sampai tahap
tertentu, ini berujung pada kebencian akan diri mereka sendiri sampai
tahap tertentu pula.
Pakaian & style Barat lebih suka
mereka pakai, bahkan ketika mereka berkonvoi, berpawai, berdemo sambil
meneriakkan “Death to America”, dan orang-orang yang sama pula bisa kita
temukan sedang berbaris di berbagai kedutaan negara-negara Barat,
mencari kehidupan yang lebih baik di dunia Barat. Bahkan pakaian Osama
juga setengah Barat dan persenjataan serta perlengkapan dia malah
sepenuhnya ciptaan Barat.
Orang-orang islam sebenarnya secara total
bergantung pada Barat dan demokrasi itu sendiri diartikan sebagai
mengorganisir, berkomunikasi dan menyerang negara atau masyarakat dan
kultur Barat itu sendiri. Jadi tiap hari ada pelecehan individu disini,
tanpa jalan keluar yang praktis, dimana menimbulkan kemarahan dan
kecemburuan yang diperparah dengan bualan teori-teori konspirasi yang
mereka percayai.
Didalam pola pikir dan konstruksi
mentalitas demikian, sebuah elemen kebencian diri tumbuh dan berkembang
dalam benak para muslim. Jika digabung dengan pikiran bahwa
korban-korbannya selalu pasti bersalah karena tidak percaya atau/dan
menentang Muhammad, karena jika tidak maka para muslim yang rasional
juga akan mengubah diri mereka menjadi para jihadis dan siap membunuh
mereka yang tidak percaya itu.
FAKTOR KEPATUHAN MEMBUTA PADA MUHAMMAD
Seperti yang diketahui oleh setiap orang
yang mempelajari psikologi, tujuan fundamentalisme apapun adalah untuk
memastikan para pengikutnya setia secara membuta. Ini dimungkinkan
ketika seseorang dikondisikan untuk objek tertentu atau tujuan tertentu
yang diartikan sebagai awal dari tujuan utama hidup mereka. Hasilnya,
tujuan itu mulai mengabaikan tujuan-tujuan sampingan lain hidup mereka;
apapun yang memelihara tujuan utama itu dianggap baik dan apapun yang
menghalangi tujuan utama itu dianggap buruk.
Jelasnya, orang harus berhenti berpikir
untuk diri mereka sendiri, khususnya dalam terma moralitas. Seperti
orang-orang Marxis yang dicuci otak atas nama proletarianisme dan segala
hal yang mendukungnya, para muslim juga dikondisikan terhadap Satu
pribadi saja yaitu Muhammad, yang diproyeksikan sebagai penyelamat
mereka, punya kuasa penuh untuk menempatkan mereka dalam surga (seks dan
kenikmatan).
Untuk kepatuhan total, mereka bebas untuk
melakukan moralitas yang paling mereka sukai seperti berbohong,
memperkosa, membunuh, mencuri dan menipu tanpa kehilangan hak untuk
masuk surga, karena telah mutlak dijamin dengan iman mereka terhadap si
nabi.
Bagi mereka yang telah berada dalam
kondisi demikian, pemakaian kekerasan untuk memastikan majunya agenda
politik dan teritorial atas non muslim lalu menjadi standar utama
moralitas islam yang mana tindakan demikian sebenarnya bisa dinilai
jelek. Ini juga menjelaskan sistem penjara Palestina yang disebut
‘revolving door’ sebuah konsep bagi sesama muslim yang tertangkap
melakukan kejahatan terhadap orang-orang Israel.
Islam menyatakan bahwa Muhammad adalah
nabi terbesar dan terakhir. Perbuatan dan metoda dia menjadi sebuah
keimanan yang harus ditiru. Seorang muslim yang tidak mau memaksakan
islam kepada orang lain dianggap muslim yang kurang beriman.
Hasilnya, setiap muslim mencari
kesempatan untuk mendemonstrasikan besarnya iman mereka dengan
mengganggu non muslim, dan bahkan menyerang saudara mereka sendiri yang
kelihatan menyimpang dari. Ayat-ayat Quran banyak yang menjelaskan bahwa
Jihad adalah pertukaran proposisi yang pasti bagi para muslim (yakni
surga karena membunuh kafir atau terbunuh ketika melakukan jihad itu dan
tetap masuk surga).
Sesungguhnya
Auwloh telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan
Auwloh; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Qs 9.111)
“Ketahuilah bahwa surga ada dibawah bayang-bayang pedang.” (Sahih Bukhari 22:73)
Organisasi teroris islam adalah yang
paling merusak dan paling keji karena mereka mengirim anak-anak muda
mereka untuk terbunuh atas nama jihad sambil sekalian merenggut nyawa
orang-orang tak bersalah. Para pemimpin dan imam-imam mempromosikan
kebrutalan demikian dengan sadar sebagai alat taktikal, tapi psikologis
kejam yang mendasari kelakuan itu datang langsung dari doktrin Islam.
FAKTOR PEMIKIRAN KELOMPOK
Karena tidak ada hal baik bisa muncul
dari pihak islam dan para pengikutnya, tanpa islam seorang muslim berada
dalam bahaya kehilangan rasa kepemilikan. Dengan segala hal diluar
islam dikeluarkan karena dianggap najis, para muslim akan sepenuhnya
merasa ‘hilang’ jika dicerabut dari identitas dan hubungan keislaman
mereka, dan jangan punya pikiran sedikitpun untuk mengabaikan ‘iman’
mereka.
Bersamaan dengan ancaman api neraka,
hukuman mati yang pasti juga menunggu para muslim yang berani menentang
metoda dan tujuan-tujuan islam, itu sebabnya kenapa memikirkan hal
demikian pun dianggap penghujatan dan menimbulkan perasaan panik bagi
kebanyakan muslim. Menjadi anggota dari umat islam memberinya kekuatan,
keyakinan dan rasa memiliki serta superioritas yang mana tidak akan dia
dapatkan jika keluar islam. Sensasi superioritas palsu ini lalu menjadi
sebuah perangkap psikologis dan emosional.
Mereka yang terperangkap didudukkan pada
gambaran diri yang didukung hanya oleh perkataan dan keberanian tanpa
berdasarkan kenyataan. Ketika dihadapkan pada rasa takut dan tidak aman,
gambaran diri ini mengubah manusia normal menjadi manusia yang
berpikiran salah dan membuat dia buruk dalam menilai sesuatu, termasuk
melakukan atau mendukung kefanatikan dan bahkan sampai pembunuhan juga.
Sejarah mengajarkan kita bahwa sekelompok
orang, atau kadang bahkan seluruh bangsa, bisa menderita akan delusi
berbahaya ini. Orang hanya perlu berkaca kebelakang, ke abad terakhir
ketika jutaan orang Jerman percaya mereka adalah ‘ras terbaik’ dan orang
Jepang percaya kaisar mereka adalah ‘Tuhan’ dan Asia ditakdirkan untuk
jadi milik mereka.
Selama beberapa dekade, kebanyakan orang
Rusia dicuci otak untuk percaya bahwa komunisme adalah sistem sosial dan
ekonomis yang ideal, mereka lupa akan jutaan orang yang meninggal di
gulag-gulag Soviet dan kebangkrutan spiritual mereka sendiri. Sekarang,
meski ada sejarah panjang kekalahan dan kelaliman, para muslim
fundamentalis diseluruh dunia mengalami delusi massa yang persis sama,
percaya bahwa islam ditakdirkan untuk mendominasi dan memerintah seluruh
dunia.
FAKTOR “SIA-SIA SAJA MELAWAN”
Ini berupa faktor sosial dan psikologis.
Sebuah sistem saling ketergantungan yang menjamin kelanggengan
pemerintahan islam. Faktor ini harus ada beriringan dengan struktur
politis dan ekonomis yang sefaham.
Saling ketergantungan ini bertindak
sebagai paksaan atas partisipasi individu dalam sebuah masyarakat yang
organisasinya telah dikondisikan sedemikian. Keseluruhan struktur
sosial, politis, psikologis, ekonomis dan religiusnya serta juga
praktek-prakteknya mendorong upaya-upaya yang berarti untuk pemaksaan
keterlibatan para anggotanya, dan agar melanggengkan keberadaannya. Ini
sebenarnya adalah perangkap; dilihat dari sudut manapun, kemungkinan
lolos dari ketergantungannya nyaris tidak mungkin.
Bagi muslim miskin yang tidak tahu jalan
lain, kelihatannya satu-satunya jalan keluarnya adalah lewat pedang.
Pikirkan saja hal-hal berikut ini:
- Kebencian diajarkan dari lahir, dan muslim diwajibkan menyebarkan islam.
- Anda hidup dalam ketakutan karena kemungkinan ada orang yang berkomplot menuduhmu sebagai ‘muslim yang palsu’
- Anda harus mendukung dan mendanai para ulama dan tujuan-tujuannya, karena tidak melakukan itu berarti keluarga anda akan dikucilkan, jika tidak dibunuh.
- Anda tidak bisa keluar dari organisasi dan gabung dengan organisasi agama lain; pengkhianatan demikian harus dihukum mati.
- Segala tindakan atau ucapan yang menentang dicap sebagai penghinaan bagi muslim, atau penghujatan dengan hukuman yang mengerikan.
- Rasa takut merusak iman, tanpa iman tidak ada hal permanen yang bisa dimulai atau dibangun dan tiap orang dijamin hidup sengsara dalam kondisi takut dan miskin.
- Tidak bisa mengritik “agama terbaik”, oleh karena itu kondisi sengsara anda harus mencari kambing hitam, kambing hitamnya adalah orang kafir.
- Satu-satunya jalan untuk aman adalah mengambil keuntungan di negara-negara islam, mendukung dan berpartisipasi dalam proses-proses islam yang metode-metodenya sering keji.
- Membunuh kafir (atau muslim jelek) atau terbunuh dalam proses tersebut menjadi tawaran satu-satunya yang menjamin surga dan jalan keluar dari kesengsaraan anda.
Kesimpulannya, para muslim menderita rasa
superioritas buta, meski mereka rendah kapasitas secara teknis dan
intelektualitas. Ini berujung pada kebencian diri dan frustrasi setelah
mengetahui kondisi mereka sebenarnya. Tidak ada jalan untuk keluar dari
rasa malu yang tak berkesudahan, digabung dengan janji-janji kekayaan,
seksual dan kehormatan, baik di hidup yang sekarang maupun nanti setelah
mati.
Jadi dengan menyerah pada tujuan-tujuan
islam, para muslim menempatkan diri mereka terhimpit diantara batu dan
dinding keras. Dalam kenyataannya mereka sebenarnya bisa keluar dari
keputusasaan tersebut, hanya mereka belum tahu. Mereka dicengkeram oleh
pilihan terbatas dari kombinasi ketakutan dan kebodohan.
Apakah benar Tuhan Yang Maha Esa,
pencipta Jagat raya ini menciptakan sebuah tatanan sosial yang
menghilangkan pilihan-pilihan pribadi dan memupuk hasrat membunuh sesama
manusia? Mengabadikan kesengsaraan dan keputusasaan? Apakah agama yang
mengklaim dirinya sendiri sebagai agama Terakhir, Terbaik dan Terbesar
ini benar? Jika bukan Tuhan, lalu siapa yang menciptakan masyarakat
sosial yang demikian ‘sempurna’ dalam hal merusak ini? Masyarakat dimana
anda harus membunuh atau terbunuh untuk bisa selamat Dunia Akhirat?
Mustahil Kristen bisa menjawab
BalasHapuspertanyaan setingkat SLTP ini?
1. Mana pengakuan yesus dalam
Bibel bahwa dirinya tuhan, dan
perintah untuk menyembah
dirinya ?
2. Mana keterangan dalam Bibel
tentang Tanggal Lahir yesus dan
perintah merayakan natal pada
tanggal 25 Desember ??
3. Mana perintah yesus untuk
beribadah hari minggu ?
4. Kenapa kristen meghallalkan
berzinah ? apa dasarnya ?
pemain bokep amerika 100%
kristen dan tidak dilarang oleh
agama kristen !
5. Siapa orang yang pertama kali
melukis wajah tuhan / yesus ?
sertakan dalil yang kuat
6. Apa agama yang di anut yesus
ketika masih hidup ? kristen atau
katolik ? sertakan dalil
7. Mana dalil dalam
bibel ,''asalkan percaya kepada
yesus pasti masuk surga'' ? ada
kata PASTI !!!
8. Kenapa jumlah ayat bibel
berbeda-beda, bibel indonesia
berbeda dengan bibel amerika,
dan negara lainnya. dan
perbedaanya sangat jauh !
9. Sebutkan siapa yang hafal
bibel di luar kepala, walau 1
surah saja !
10. Kenapa agama kristen
menghalalkan minuman keras ?
apa dasarnya ?
11. Kenapa agama kristen selalu
mengamandemen kitab sucinya
''bibel'' ?
12. Kenapa agama kristen
meghallalkan makan
anjing,babi,dan hewan najis
lainnya ? apa dasarnya ?
13. Jika yesus benar tuhan, tentu
sangat diabadikan makam
aslinya, dimana makam asli
yesus, sebutkan alasan tentang
kebenarannya !
14. Kenapa yesus
sembahyanag ? siapa yang ia
sembah ?
15. Kenapa yesus di baptis ?
kenapa tuhan di baptis oleh
manusia ?
16. Mana dalil bahwa yesus yang
menciptakan alam semesta
beserta isinya ?
17. Mana dalil tentang tuntunan
sembahyang dengan bernyanyi ?
18. Jika benar yesus tuhan.
Kenapa tuhan rela mati demi
makhluk ciptaanya sendiri ?
dimaa derajatnya sebagai tuhan ?
Ya Allah berikanlah hidayah dan rahmatmu untuk saudaraku ini ya Allah
BalasHapusTontonlah diyoutube dr.zakri naik, itu akan mengungkap semua pertanyaanmu dan akan membimbingmu kejalan yg benar, insyallah
BalasHapusTuhan macam apa yg disembah oleh orang yg memjatuhkan bom atom dan ribuan bom lainnya terhadap kota2 yg memgakibatkan puluhan juta anak2,perempuan,orang tua warga sipil menjadi korbanya?siapa Tuhan mereka?
BalasHapus"jika manusia tidak memiliki rasa takut, dia akan merusak dirinya sendiri"
BalasHapusKaum muslim..Takutlah kepada Allah subhanahu wata'alla.
Hanya kepada-Nya kita kembali.
Jangan hiraukan ocehan2 yang cukup cerdas dengan seolah2 dia mengerti Islam. Padahal sebenarnya dia tdk memahami rukun2 jihad yg diajarkan Rasulullah salallahu alaihiwasallam.
banyak sekali yg mengatasnamakan Islam demi kepentingan politik.
Gold, Glory, Gospel ini masih tetap terjadi hingga sekarang.
laa hawla wa laa quwwata illa billah..