http://www.einsteinandreligion.com/einsteinonjesus.html
Kalau saya ditanya siapa tokoh yang paling sering dicatut dalam kisah-kisah bohong, maka saya akan menjawab Albert Einstein. Baik agama Kristen maupun Islam sama-sama sering memanfaatkan nama besar Einstein untuk mempertebal iman mereka. Misalnya, yang paling banyak menyebar di Internet adalah kisah Einstein dan seorang professor; dalam kisah tersebut, Einstein muda dikatakan menyelesaikan masalah dalam teodisi dengan menganalogikan keberadaan Tuhan dan kejahatan dengan ketiadaan panas dan dingin atau terang dan gelap. Atau ada pula yang mengklaim bahwa Einstein adalah seorang yang beragama Syiah. Sayangnya, gosip-gosip tersebut sudah terbukti sebagai hoax. Tidak ada satupun bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Einstein pernah melakukan perdebatan seperti itu. [1][2] Lebih lagi, Einstein sendiri bukanlah orang Kristen ataupun Islam, namun justru mengkritik menolak keberadaan Tuhan personal. “Tuhan” yang ia yakini adalah Tuhan ala Baruch Spinoza atau harmoni hukum alam,[3] dan itulah mengapa ia ngotot menolak mekanika kuantum (yang ironisnya didasarkan dari relativitas Einstein) yang menyatakan hukum alam sebagai sesuatu yang acak hingga ia berdebat dengan ilmuwan terkenal Niels Bohr.
Kini, tampaknya kemalangan Einstein semakin menumpuk. Republika pada tanggal 9 Maret 2012 menerbitkan artikel dengan judul yang sangat tipikal untuk media semacam Republika, yaitu “Subhanallah!, Inilah Kemukjizatan Alquran Tentang Teori Relativitas.” Berikut adalah kutipannya:
Dunia sains modern di awal abad ke-20 M dibuat takjub oleh penemuan seorang ilmuwan Jerman bernama Albert Einstein. Fisikawan berkebangsaan Jerman itu pada tahun 1905 memublikasikan teori relativitas khusus (special relativity theory). Satu dasawarsa kemudian, Einstein yang didaulat Majalah Time sebagai tokoh abad XX itu mencetuskan teori relativitas umum (general relativity theory).
Teori relativitas itu dirumuskannya sebagai E= mc2. Rumus teori relativitasyang begitu populer itu menyatakan kecepatan cahaya adalah konstan. Teori relativitas khusus yang dilontarkan Einstein berkaitan dengan materi dan cahaya yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi.
Sedangkan, teori relativitas umum menyatakan, setiap benda bermassa menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya melengkung (efek geodetic wrap). Melalui kedua teori relativitas itu Einstein menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetis tidak sesuai dengan teori gerakan Newton. Gelombang elektromagnetis dibuktikan bergerak pada kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat.
Inti pemikiran kedua teori tersebut menyatakan dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama. Meski begitu,isi hukum fisik akan terlihat sama oleh keduanya. Dengan ditemukannya teori relativitas, manusia bisa menjelaskan sifat-sifat materi dan struktur alam semesta.
“Pertamakali saya mendapatkan ide untuk membangun teori relativitas sekitar tahun lalu 1905. Saya tidak dapat mengatakan secara eksak dari mana ide semacam ini muncul, namun saya yakin ide ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak,” ungkap Einstein saat menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Kyoto Imperial University pada 4 Desember 1922.
Benarkah Einstein pencetus teori relativitas pertama? Di Barat sendiri ada yang meragukan bahwa teori relativitas pertama kali ditemukan Einstein. Sebab, Ada yang berpendapat bahwa Teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the World’s Two Chief Systems pada tahun 1632.
***
Teori relativitas merupakan revolusi dari ilmu matematika dan fisika. Sejatinya, 1.100 tahun sebelum Einstein mencetuskan teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-9 M telah meletakkan dasar-dasar teori relativitas. Adalah saintis dan filosof legendaris bernama Al-Kindi yang mencetuskan teori itu.
Sesungguhnya tak mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M. Apalagi, ilmuwan kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat menguasai kitab suci Alquran. Sebab, tak diragukan lagi jika ayat-ayat Alquran mengandung pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi alam semesta raya ini.
Aya-ayat Alquran yang begitu menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya serta pemikiran para saintis Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditutup-tutpi dengan cara-cara yang sangat jahat.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, ilmuwan bernama lengkap Yusuf Ibnu Ishaq Al-Kindi itu telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas. Sayangnya, sangat sedikit umat Islam yang mengetahuinya. Sehingga, hasil pemikiran yang brilian dari era kekhalifahan Islam itu seperti tenggelam ditelan zaman.
***
Menurut Al-Kindi, fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas, kata dia, adalah esensi dari hukum eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, benda semuanya relatif dan tak absolut,” cetus Al-Kindi. Namun, ilmuwan Barat seperti Galileo, Descartes dan Newton menganggap semua fenomena itu sebagai sesuatu yang absolut. Hanya Einstein yang sepaham dengan Al-Kindi.
“Waktu hanya eksis dengan gerakan; benda, dengan gerakan; gerakan, dengan benda,” papar Al-Kindi. Selanjutnya, Al-Kindi berkata,” … jika ada gerakan, di sana perlu benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.” Pernyataan Al-Kindi itu menegaskan bahwa seluruh fenomena fisik adalah relatif satu sama lain. Mereka tak independen dan tak juga absolut.
Gagasan yang dilontarkan Al-Kindi itu sangat sama dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas umum. “Sebelum teori relativitas dicetuskan, fisika klasik selalu menganggap bahwa waktu adalah absolute,” papar Einstein dalam La Relativite. Menurut Einstein, kenyataannya pendapat yang dilontarkan oleh Galileo, Descartes dan Newton itu tak sesuai dengan definisi waktu yang sebenarnya.
Menurut Al-Kindi, benda, waktu, gerakan dan ruang tak hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke obyek lainnya dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan seseorang yang melihat sebuah obyek yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika orang itu naik ke atas langit , dia melihat pohon-pohon lebih kecil, jika dia bergerak ke bumi, dia melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar.
“Kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu kecil atau besar secara absolut. Tetapi kita dapat mengatakan itu lebih kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada obyek yang lain,” tutur Al-Kindi. Kesimpulan yang sama diungkapkan Einsten sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat.
***
Menurut Einstein, tak ada hukum yang absolut dalam pengertian hukum tak terikat pada pengamat. Sebuah hukum, papar dia, harus dibuktikan melalui pengukuran. Al-Kindi menyatakan, seluruh fenomena fisik, seperti manusia menjadi dirinya adalah relatif dan terbatas.
Meski setiap individu manusia tak terbatas dalam jumlah dan keberlangsungan, mereka terbatas; waktu, gerakan, benda, ruang juga terbatas. Einstein lagi-lagi mengamini pernyataan Al-Kindi yang dilontarkannya pada abad ke-11 M. “Eksistensi dunia ini terbatas, meskipun eksistensi tak terbatas,” papar Einstein.
Dengan teori itu, Al-Kindi tak hanya mencoba menjelaskan seluruh fenomena fisik. Namun, juga dia membuktikan eksistensi Tuhan, karena itu adalah konsekuensi logis dari teorinya. Di akhir hayatnya, Einsten pun mengakui eksistensi Tuhan. Teori relativitas yang diungkapkan kedua ilmuwan berbeda zaman itu itu pada dasarnya sama. Hanya saja, penjelasan Einstein telah dibuktikan dengan sangat teliti.
Bahkan, teori relativitasnya telah digunakan untuk pengembangan energi, bom atom dan senjata nuklir pemusnah massal. Sedangkan, Al-Kindi mengungkapkan teorinya itu untuk membuktikan eksistensi Tuhan dan Keesaannya. Sayangnya, pemikiran cemerlang sang saintis Muslim tentang teori relativitas itu itu tak banyak diketahui.
***
Relativitas dalam Alquran
Alam semesta raya ini selalu diselimuti misteri. Kitab suci Alquran yang diturunkan kepada umat manusia merupakan kuncinya. Allah SWT telah menjanjikan bahwa Alquran merupakan petunjuk hidup bagi orang-orang yang bertakqwa. Untuk membuka selimut misteri alam semesta itu, Sang Khalik memerintahkan agar manusia berpikir.
Inilah beberapa ayat Alquran yang membuktikan teori relativitas itu:
“…. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS: Al-Hajj:47).
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs: As-Sajdah:5).
“Yang datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS:70:3-4).
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: An-Naml:88).
“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (QS: 23:122-114)
Karena kebenaran Alquran itu, konon diakhir hayatnya Einsten secara diam-diam juga telah memeluk agama Islam. Dalam sebuah tulisan, Einstein mengakui kebenaran Alquran. “Alquran bukanlah buku seperti aljabar atau geometri. Namun, Alquran adalah kumpulan aturan yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Jalan yang tak dapat ditolak para filosof besar,” ungkap Einstein. Wallahualam…
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/09/m0lv5f-subhanallah-inilah-kemukjizatan-alquran-tentang-teori-relativitas
Einstein yang malang. Selain teorinya dituduh keduluan orang lain, lagi-lagi ia diklaim sebagai orang Islam. Namun pertanyaannya adalah: benarkah Alquran telah mendahului Einstein ribuan tahun?
Jawabannya tidak, karena lagi-lagi ini adalah cocologi.
Pertama si pencocologi mengutip pendapat Al-Kindi bahwa “fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas, kata dia, adalah esensi dari hukum eksistensi. Waktu, ruang, gerakan, benda semuanya relatif dan tak absolut. Waktu hanya eksis dengan gerakan; benda, dengan gerakan; gerakan, dengan benda.” Menurutnya, ini adalah bukti bahwa Al-Kindi sudah menemukan teori relativitas. Jelas si pencocologi perlu memahami teori relativitas lebih mendalam karena isinya tidak sesederhana itu. Misalnya, menurut relativitas, massa membengkokan kontinuitas ruang waktu di sekitarnya.[4] Karena menurut Newton gravitasi berbanding lurus dengan massa, maka gravitasi merupakan pelekukan ruang waktu. Semakin besar gravitasi, semakin lambat waktu berjalan, sementara semakin jauh dari pusat gravitasi, semakin cepat waktu berjalan. Jelas dalil Al-Kindi tidak sedalam ini. Al-Kindi hanya membuat retorik-retorik filosofis yang sangat umum dan gagal merincikan penjelasannya dengan konsep fisika seperti Einstein. Jadi jika si pencocologi bertanya mengapa teori Al-Kindi tidak menyebar ke seluruh dunia, itu bukan karena konspirasi, tapi karena penjelasannya terlalu umum sehingga tidak bisa diterapkan, sementara penjelasan relativitas Einstein sangat spesifik beserta bukti matematisnya sehingga bisa digunakan untuk mengatur GPS agar waktunya tetap benar. Relativitas Einstein sendiri masih jauh lebih kompleks dan penjelasan di atas sangat disederhanakan sekali agar dapat dipahami secara kasar. Untuk lebih spesifiknya bisa dilihat langsung papernya Einstein: http://www.bartleby.com/173/
Selanjutnya si pencocologi mulai mengeluarkan jurus pencocok-cocokan ayat-ayat Al-Quran. Ia mengutip ayat yang mengimplikasikan relativitas waktu, seperti “satu hari di sisi Tuhanmu itu seperti seribu tahun manusia.” Ayat-ayat ini jauh lebih umum daripada pendapat Al-Kindi dan bisa kita sebut sebagai “relativitas super duper ultra umum.” Satu hari di sisi Tuhanmu itu seperti seribu tahun manusia, karena apa? Apakah Quran menjelaskan kalau itu karena pembengkokan ruang waktu? Paling tidak Al-Kindi masih menggunakan retorik ketinggian sebagai justifikasinya. Alkitab sendiri juga punya ayat yang hampir persis, yaitu 2 Petrus 3:8, “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.” Apa itu berarti alkitab sudah mendahului Al-Quran dan Einstein soal relativitas? Jawabannya tidak, karena Al-Quran, Alkitab dan juga Al-Kindi sama-sama tidak membuat penjelasan yang sangat terperinci seperti Einstein yang bisa diterapkan baik dalam praktik maupun dalam prinsip (untuk membuka pintu ke penjelasan-penjelasan lain).
Terakhir, sang pencocologi mengklaim Einstein menjadi Muslim pada akhir hayatnya. Saya akan mengutip pernyataan Carl Sagan bahwa “klaim luar biasa membuktikan bukti luar biasa juga.” Selain itu, Einstein sampai akhir hayatnya masih ngotot dengan harmoni alam yang ia yakini dan berusaha menemukan “theory of everything” yang sesuai dengan pandangan dia mengenai hukum alam yang serasi dan bukan acak.[5] Sayangnya, ia belum berhasil dan telah wafat terlebih dahulu.
Puluhan tahun setelah wafat, Einstein terus ditimpa kemalangan. Selain tidak berhasil menemukan the theory of everything, otaknya diambil dan diawetkan,[6] namanya dicatut untuk kisah-kisah hoax, dirinya diklaim beragama tertentu, dan kini penemuan besarnya yang belum pernah ada sebelumnya dituduh sudah keduluan orang. Adalah tugas kita untuk menghormati jasa-jasa besar Einstein yang telah memajukan peradaban manusia dengan membenarkan semua hoax-hoax mengenai beliau.Sumber :
[1] http://urbanlegends.about.com/od/religion/a/einstein_god.htm
[2] http://www.truthorfiction.com/rumors/e/einstein-god.htm
[3] Isaacson, Walter (2008). Einstein: His Life and Universe. New York: Simon and Schuster, halaman 390.
[4] Hawking, Stephen (2010). The Grand Design. United States: Bantam Books, halaman 98.
[5] http://www.bbc.co.uk/sn/tvradio/programmes/horizon/einstein_symphony_prog_summary.shtml
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Albert_Einstein%27s_brain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar