KRISTEN ATAU ISLAM YG LBH DULU MASUK INDONESIA?
Sumber :
Dr. Alwi Shihab Phd. Buku Membendung Arus : Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, Mizan, Bandung, 1998. halaman 30-31, ISBN : 979-433-478-3
alwi-shihab-membendung-arus-vt2076.html#p10995
Dr.
Alwi Shihab, menulis dalam bukunya (disertasinya) menjelaskan kepada
kita bahwa Agama Kristen lebih dulu masuk ke wilayah kepulauan Nusantara
sejak periode Bapa-bapa Kristen awal.
Kutipan :
Beberapa
Sarjana Kristen berpendapat bahwa utusan Kristus kemungkinan sudah tiba
di wilayah yang kini disebut Indonesia pada periode Bapa-bapa Kristen
awal. Dr. Kurt Koch menyatakan bahwa penginjil Thomas (salah satu murid
Kristus), yang bekerja di India, mungkin saja berlayar ke Indonesia
bersama para pedagang India (reff : Kurt Koch, The Revival in Indonesia, Michigan : Kregel Publication 1972, halaman 13).
Dalam bukunya Church History in Indonesia,
Muller Kruger menyatakan bahwa, menurut sumber-sumber Arab kuno, pada
pertengahan abad ke 7 sebuah komunitas umat kristen hidup di Sibolga,
Sumatera, dan membangun gereja. Sementara itu rute perdagangan darat dan
laut dari Asia Tengah ke Asia Timur dilewati orang-orang Eropa, yang
beberapa diantara mereka adalah misionaris.
Menurut Cosmas (Indicopleustes), seorang pendeta asal Mesir yang menulis pada sekitar 547 Masehi dalam The Christian Topography,
penerjemah : JW Mc. Crindle (London : The Hakluyt Society, 1897), pada
sekitar abad ke-lima Masehi terdapat sebuah gereja orang-orang Kristen
Persia "Sielediba" (Cylon), dengan seorang presbiter yang ditunjuk dari
Persia. Penuturan ini memperkuat hipotesis bahwa beberapa orang Kristen
sudah datang ke kepulauan Nusantara pada abad-abad pertama munculnya
Agama Kristen (Reff : Wolter B Sidjabat, Religius Tolerance and The Christian Faith, Jakarta : Badan Penerbit Kristen, 1965, halaman 30).
Namun
demikian, nasip agama Kristen tidak begitu jelas di wilayah ini. (Untuk
paparan mendetail mengenai kedatangan awal agama Kristen di Indonesia,
lihat Theodor Muller Kruger, Sejarah Geredja di Indonesia, Jakarta : Badan Penerbitan kristen, 1959, halaman 7-21)
Keterangan :
Buku
Membendung Arus : Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi
Kristen di Indonesia, tulisan Alwi Shihab ini adalah merupakan
disertasi Doktor beliau di Universitas Temple Amerika Serikat, 1995.
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia
Umat Katolik Perintis di Indonesia: 645 - 1500
Agama
Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama
abad ketujuh di Sumatera Utara. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm)
Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini perlulah
penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka
waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam
sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini
yang menulis buku "Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan
pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya". yang memuat
berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di
Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan
Indonesia.
Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu
Salih al-Armini kita dapat mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu
disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di
Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia.
Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda
Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh
KWI)
Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18
Dan
selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus
atau bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada
umat Katolik di Sumatera Selatan.
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis yang berdagang rempah-rempah. [18]
Banyak
orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik
Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara
tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius,
mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.
[19]
Selama masa VOC, banyak praktisi paham Katolik Roma yang
jatuh, dalam hal kaitan kebijakan VOC yang mengutuk agama itu. Yang
paling tampak adalah di Flores dan Timor Timur, dimana VOC berpusat.
Lebih dari itu, para imam Katolik Roma telah dikirim ke penjara atau
dihukum dan digantikan oleh para imam Protestan dari Belanda.[18]
Seorang imam Katolik Roma telah dieksekusi karena merayakan misa kudus
di suatu penjara semasa Jan Pieterszoon Coen menjabat sebagai gubernur
Hindia Belanda.
Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia
adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para penganut Protestan. Mereka
kebanyakan tinggal di Papua dan Flores.
Noorsena, Bambang, The Flash Back of The Indonesian History, Syriac Christian in India and in Indonesia, March 10th, 2000.
The
Assyrian Church had landed down in Indonesia since 7th Century. A fact
that the Assyrian Church had landed down at Barus (645 C.E). This
history had been recorded by a moslem scholar Syaikh Abu Salih al-Armini
in his book under title “Tadhakur fiba Akhbar min al-Kana’is wa
al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” ( The list of the news on
the churches and the monastries in the Egypt provinces and surrounded).
[1] The list of the churches and monastries of the original manuscripts
in Arabic with 114 pages, which contain the news about 707 churches and
181 the Christian monastries which spread out around Egypt, Nubia,
Abysina, West Africa, Spain, Arabic and Indian. Within his book (Abu
Salih), the land of Indonesia still was put in the “al-Hindah (Indian)”
territory.
Absolutely at the times, the country of the farthest sea
was called Hindia too and the Ocean was put into the South of Indian
until to the East was called Indian sea.[2] After that Abu Salih wrote
down about the churches at Kullam (Quilon) and the churches at Fansur
(Barus). Thus we read Abu Salih explanation in the Arabic text: “Fansur,
fiha ‘ idda biya’ wa jami’ min biha min an-Nashara Nashatorah, wa hal
fiha kadzalika. Wa hiya allatiy yasala minha al-Kafur, wa hadza al-Sinfu
yanbuka min al-khasah. Wa hadzihi al-Madinat biha bi’at wahidat ‘ala
ismi Sittna al-Saydat al-Adzra’ mar’at Maryam. [3] Fansur, overthere
there was many churches and all the Christians and they were the Eastern
Syrian [4] and so this is the condition of the churches. At the town
there was established the church with the name : Sayidatina Siti maryam
al-Adzra ( our Lady, the Pure Virgin Mary). Abu Salih al-Armini who
worked at the third time of the last khulafat/the caliph of Fatimiyah in
Egypt (115 – 1171 C.E) who write down the books based on the Arabic
sources beyond the time, such as : Abu al-Hussain ‘Ali bin Muhammad
al-Shabushti, Kitab al-Adyar (990 C.E) and Abu Ja’far Ath Thabariy,
Tarikh ar-Rasul wa al-Muluk (923 C.E). At the center of Christianity
knowledgement in the past time such as, Nisibis, Harran, Yundi Shapur
and Bagdad, the Christian scholars work together with moslem scholars.
The top achievement of the relationship between Christians-Moslems was
in the science development at the Arabic land was happened when the time
of the caliph al-Ma’mun 833 C.E that had opened “Bait al-hikmah” (House
of Wisdom), which was led by two Christian monks: Yusuf bin ‘Adi and
Hunayn bin Ishaq. The Christians side had opened the treasure of the
Syrian/Aramaic culture and had translated the Philosophy and the Art of
the Greek into Arabic.[5] There is another story on Chritianity in
Indonesia according to the history of Indonesia before and after 645 C.E
such as Mar Abdhi’sho (Arab: ‘Abdi ‘Isa) had been ordained as
Metropolitan of Chaldean Church (Rules of Ecclesiastical Judments 1318
C.E had mentioned that “Metropolitan of the isles of the Sea…Dabag, Sin
and Masin” [6] His writing was recognized in the theology and in the
canonic of law of the church in Aramaic/Syriac and Arabic. Dabag,
sometimes it was spelled as Dabag and Jabag it is an Arabic word for
Java and Sumatera at one time since 10th centuries. Patriarkh Elias V in
1503 C.E had sent 3 Metropolitan in Indian and the isles of the sea
between Dabag, Sin and Masin. [7] They are Mar Jab ‘Alaha, Mar Denha and
Mar Ya’qub. [8]
Footnote:
1. Abu Salih The Armenian, The
Churches and Monastries of Egypt and Some Neighbouring Countries. Edited
by B.T.E. Evvets (Oxford:At the Clarendon Press, 1969), p.16
2. Ibid, p.299.
3.
Y.W.M. Bakker,”Umat Katolik Perintis Indonesia” (The Catholic religion
is the pioner of Indonesian), dalam M.P.M Muskens Pr, Sejarah Gereja
Katolik Indonesia (Jakarta: Bagian Dokumentasi Penerangan MAWI, 1976),
p.38.
4. Prof. Sutjipto Wiryosaputro, “Agama Kristen telah meluas di
Indonesia sejak abad ke 7” (The Christian had widely spread out in
Indonesia since 7th Century), dalam Majalah Manusia Indonesia,
No.4/1970, p. 151-156.
5. Y.W.M. Bakker, Op.Cit, pp.30-31.
6. John
C. England, The Hidden History of Christianity in Asia: The Churches of
the East before 1500 (New Delhi-Hongkong: ISPCK and CCA, 1996), p.98.
7. Ibid.
8. Y.W.M. Bakker, SJ. Op.Cit, p.34
TAMBAHAN NOTE
http://www.religion-online.org/showchapter.asp?title=1553&C=1365
Tidak ada komentar:
Posting Komentar