Origen Hexapla
adalah study versi Septuaginta dari Text Ibrani. Bagian ini bukan
textual literatur yang dipakai untuk mempelajari tetragrammaton dalam
text Yunani. Hexapla adalah bukti penggunaan tetragrammaton dalam naskah
Yunani Perjanjian Lama. Tabel Hexapla memberikan informasi mengenai
Septuaginta dan menceritakan masalah text pada awal abad ke 2 M. Dari
study ini kita bisa belajar lebih lagi tentang tetragrammaton dalam
Kitab Suci.
Origen dan Hexapla
Origen adalah
salah satu ahli agama yang paling terkemuka di awal tahun Masehi. Origen
dilahirkan di Alexandria kira-kira pada tahun 182, dan meninggal di
Caesarea sekitar tahun 251.
Pada masa
mudanya, Origen mengenyam pendidikan terbaik yang mungkin didapatkan di
masanya dengan dukungan dari ayahnya. Pada tahun 202, ayahnya meninggal
sebagai seorang martir karena kepercayaannya sebagai orang Kristen.
Origen dapat terus hidup karena perlindungan dari ibunya. Origen
menjalani masa mudanya sebagai seorang pengajar Alkitab yang miskin
namun sangat disegani. Dia kemudian berpindah ke Palestina dan
menghabiskan sisa hidupnya dengan mengajar dan telah membuat lebih dari
6000 naskah tertulis.
Selama hidupnya, Origen sangat mendalami Septuagint dan menulis berbagai variasinya. Yang paling lengkap adalah Hexapla, di mana Origen membandingkan Septuagint dengan tiga versi penerjemahan bahasa Yunani dari Kitab Suci Ibrani (Tanakh). Karyanya ini disusun menjadi enam kolom (hex- dari kata Hexapla berarti enam). Kolom-kolom tersebut terbagi-bagi sebagai berikut: Pada kolom pertama (yang berjudul The Hebrew ), Origen menuliskan ayat-ayat yang terdapat pada Kitab Suci
Ibrani sebagaimana aslinya, yaitu dengan huruf Ibrani. Kolom ini ditulis
dari kanan ke kiri. Pada kolom kedua (berjudul “ÔEbr”, yang berarti
Bahasa Ibrani dalam huruf Yunani), kata-kata Bahasa Ibrani dari kolom
pertama ditulis ulang dengan menggunakan huruf Yunani. Kolom kedua tidak
memiliki arti dalam tulisan Yunani, tetapi tulisan itu bisa dibaca
dengan mengunakan pelafalan Ibrani di setiap kata-kata.(Karena bahasa
tulis Ibrani pada masa Origen tidak memiliki tanda baca huruf hidup maka
hanya orang yang benar-benar fasih berbahasa Ibrani yang bisa membaca
kata-kata Ibrani dengan pelafalan yang tepat. Oleh karena itu, kolom
kedua ini juga menyediakan cara pelafalan kata-kata Ibrani bagi
orang-orang yang bukan Yahudi. Kolom ini ditulis dari kiri ke kanan
sebagaimana penulisan Bahasa Yunani pada umumnya. Di keempat kolom
sisanya, Origen menuliskan empat versi Bahasa Yunani dari Kitab Suci
Ibrani).Pada Kolom ini terbaca dari kiri ke kanan seperti tulisan Ibrani
pada umumnya. Di empat sisa kolom yang lain, Origen menggunakan empat
versi Yunani dari Kitab Suci Ibrani. Yang pertama adalah versi Aquila,
ditulis pada kolom berjudul “ÔA”. Yang kedua adalah penerjemahan dari Symmachus, yang ditulis pada kolom berjudul “S”. Yang ketiga adalah Septuaginta pada kolom berjudul “OV”. Yang keempat adalah versi Theodotion, pada kolom berjudul “Q”. Sebenarnya masih ada satu kolom lagi yang berisi berbagai
variasi, notasi dan penjelasan tentang kolom-kolom lainnya, namun hanya
kadang-kadang dipergunakan dan tidak dihitung sebagai satu kolom yang
utuh. Figure 11 menggambarkan penyusunan Hexapla yang otentik. Perhatikan bahwa setiap baris
merepresentasikan penerjemahan kata-per-kata dari keseluruhan Kitab Suci
Ibrani (Tanakh).
Masing-masing
dari ketiga versi penerjemahan (Aquila, Symmachus dan Theodotion)
menunjukkan gaya penerjemahan yang khas. Versi penerjemahan dari Aquila,
yang dibuat pada paruh pertama dari abad ke-2, diterjemahkan dengan
benar-benar harfiah(literal). Versi dari Symmachus yang ditulis pada
tahun-tahun akhir abad ke-2 menggunakan gaya penerjemahan yang lebih
bebas. Karya Theodotion yang juga dibuat pada abad ke-2 merupakan versi
revisi bebas dari Septuaginta.
Hexapla adalah karya terbesar dari Origen, namun tidak seorangpun yang mengetahui kehancurannya. Tidak ada salinan Hexapla yang benar-benar lengkap selain Hexapla itu sendiri. Dari catatan Eusebius dan catatan sejarah yang lainnya, kita dapat mengetahui bahwa naskah Hexapla yang otentik disimpan di perpustakaan Caesarea selama
bertahun-tahun, tempat di mana naskah itu kemungkinan ikut hancur
bersama Caesarea pada tahun 653 ketika Caesarea dibakar habis oleh
pasukan Saracen (Arab).
Seandainya Hexapla tidak hancur, naskah tersebut akan menjadi aset yang tak
ternilai harganya terhadap pemahaman Kitab Suci Ibrani(Tanakh). Origen
telah melakukan penelitian yang mendalam terhadap penyebaran naskah
Ibrani, dan dia memfokuskan penelitiannya pada rekonstruksi yang akurat
dari naskah Septuaginta. Tujuan utamanya adalah memberikan penerjemahan Kitab
Suci Ibrani (Tanakh) yang teramat akurat kepada dunia di masanya, yang
pada waktu itu sebagian besar berbahasa Yunani.
Gambar 11
Penulisan ulang Hexapla
Naskah Hexapla yang asli telah benar-benar hilang. Telebih lagi, karena
perpustakaan Caesarea tidak pernah membuat salinannya, salinan naskah
yang lengkap tidak pernah ada sampai saat ini. Meskipun demikian, karena
Hexapla begitu banyak dikutip orang sebelum kehancurannya, banyak
bagian-bagian naskah yang ditemukan pada tulisan-tulisan para ahli agama
di masa lampau. Namun salinan Septuaginta yang dibuat oleh Eusebius dan Pamphilus masih ada dan bisa diselamatkan.
Karena Hexapla memberikan pengetahuan yang teramat penting terhadap Septuaginta dan berbagai literatur Kitab Suci Ibrani lainnya, dan
ditulis baik dalam Bahasa Ibrani maupun Bahasa Yunani, banyak usaha
telah dilakukan untuk merekonstruksi Hexapla dengan cara mencari kutipan-kutipan Hexapla dari berbagai karya tulisan para ahli agama.
Rekonstruksi yang paling lengkap yang ada saat ini adalah Origenis Hexaplorum oleh Fridericus Field, dengan disertai
komentar-komentar dari sang penulis dalam Bahasa Latin. Edisi ini
diterbitkan pada tahun 1867-1874. Georg Olms Verlagsbuchhandlung dari
Hildesheim, Jerman menerbitkan kembali buku tersebut pada tahun 1964.
Edisi rekonstruksi ini begitu mendetail sehingga harus dibagi menjadi 2
volume, masing masing berdimensi 21,6 X 28 cm dan disusun menjadi dua
kolom. Teks dan bagian-bagian pentingnya saja (tidak termasuk kata
pengantar dan catatan-catatan sejarah dari editor) memakan tempat
sebanyak 806 halaman di Volume I dan 1095 halaman di Volume II.
Berbeda dengan
aslinya yang sebanyak enam kolom oleh Origen, Field mengelompokkan satu
kata beserta penerjemahannya dari keenam kolom ke dalam satu paragraf
saja, dipisahkan dengan judul kolom asli dari Origen. Figure 12
menunjukkan entry lengkap dari Maleakhi 2:13 dalam Origenis Hexaplorum. Tulisan-tulisan dalam Bahasa Ibrani dan
Yunani adalah penulisan ulang dari karya Origen, dan
penjelasan-penjelasan dalam Bahasa Latin adalah karya editor modern dari
buku ini. Catatan-catatan dalam Bahasa Yunani atau Syria agaknya
merupakan catatan yang mengidentifikasikan sumber informasi tekstual
yang diterima sang editor.
Gambar 12.
adalah Maleakhi 2 : 13 secara komplit. dibuat dari rekonstruksi dari
Origen Hexapla. Origen memasukkan YHWH,Kurios, dan PIPI dalam lingkaran.
Dia memberi judul kotak oktagonal. Komentar yang berkenaan dengan tidak
lengkapnya Hexapla yang asli, memberikan dampak pada study
Tetragramaton. Hati-hatilah memeriksa gambar 12, pembaca akan melihat
ayat 13 yang lengkap, tidak termasuk di dalamnya ayat 14. ayat 14 hilang
seluruhnya, dan ayat 15 hanya sebagian saja yang ada di dalamnya. Di
akhir ayat Maleakhi 2 (ayat 16 dan 17) juga hilang. Bab 4 hanya terdapat
satu kata Ibrani yang masuk di dalam ayat 1, 3 dan 5. dua kata masuk
dan terselamatkan di ayat ke 2. ayat 6 dan 7 benar-benar hilang,
sedangkan ayat 8 sangat lengkap. Perhatikan, bagaimanapun lengkapnya
ayat itu, tidak semua mewakili. Sebagai contoh : kata tunggal yg masuk
dalam Bab 3 ayat 1 memuat data dari Septuaginta di terjemahkan dari
Aquila, Symmachus dan Theodotion. Bagaimanapun kata tunggal yang masuk
dalam ayat 3 memuat hanya pokok bahasan dari septuaginta. ( meskipun
termasuk didalamnya catatan kritikan oleh Origen sendiri)
Materi-materi mengenai Hexapla
Pada awalnya, studi kita mengenai teks Hexapla didasari oleh Origenis Hexaplorum (yang berarti Origen’s Hexapla) yang ditulis oleh Field. Namun, buku tersebut memiliki satu kelemahan penting menyangkut penulisan nama Tuhan dalam Hexapla. Field rupanya memiliki akses kepada dokumen-dokumen kuno yang hanya menggunakan kata Kyrios pada kolom ke-2 sampai kolom ke-6. Buku Origenis Hexaplorum
tidak menggunakan Tetragrammaton selain kolom pertama yang berbahasa
Ibrani. Sehingga pada awalnya kita terjebak dalam pemahaman yang salah
bahwa: Origen tidak menggunakan kata “YHWH” יהוהdimanapun selain pada kolom pertama.
Namun setelah
adanya riset yang lebih mendalam, kita menemukan referensi naskah yang
menyangkut penggunaan Tetragrammaton di dalam naskah asli Hexapla dari Origen. Ambrosiana palimpsest yang ditemukan oleh Giovanni Mercati dan
diterbitkan pada tahun 1958 memberikan kita pemahaman baru terhadap
bentuk asli naskah Hexapla.
Pada tahun 1894,
Mercati mempelajari buku kebaktian dari Gereja Ortodoks Yunani yang
berasal dari abad ke-13 atau 14 yang disimpan di perpustakaan Ambrosia
di Milan. Buku itu berupa palimpsest, artinya ada tulisan yang lebih kuno yang telah dihapus
sebagian, kemudian di atasnya dituliskan teks baru, dalam hal ini teks
liturgis tentang tata kebaktian. Penemuan Mercati ini memberikan contoh
tentang bentuk Hexapla asli dari Origen. Walaupun tulisan kuno yang telah
sebagian terhapus itu berasal dari abad ke-9 atau 10, teks tersebut
dipercaya merupakan salinan dari naskah yang jauh lebih kuno. Naskah
tersebut mencakup 150 ayat dari Kitab Mazmur, disusun seperti gaya
Origen yaitu dengan penerjemahan kata-per-kata, dan yang paling penting,
menggunakan Tetragrammaton di keseluruhan enam kolomnya.
Dokumen ini menegaskan bahwa Origen menggunakan Tetragrammaton di semua kolomnya dalam naskah Hexapla. Terlebih lagi, Ambrosiana palimpsest menegaskan bahwa Origen menuliskan “YHWH” יהוהdengan huruf kotak Ibrani, bukan dengan menggunakan huruf paleo-Hebrew atau Ibrani kuno.
Reproduksi foto dari halaman-halaman teks
Mercati seringkali sukar dibaca karena adanya tulisan yang lebih baru
(teks liturgi seperti telah dibahas di atas) di atas teks yang
sebenarnya. Namun karena penempatan margin halaman (yang tidak
mengandung tulisan), kita dapat dengan cukup jelas melihat lima kolom
dari Hexapla yang memakan tempat sebanyak dua halaman (pada kolom ke
lima pada satu halaman dari buku yang asli menggunakan jarak pada dua
halaman terbuka pada text yang terakhir). Ayat 6 diatas halaman dengan
jelas tertulis YHWH יהוה pada beberapa judul kolom. Pada spasi yang tepat, sekali lagi terlihat YHWH יהוה pada judul ayat 7.
(karena ayat 7 dengan kurang hati-hati di salin dua kali, judul YHWH
terlihat di kedua tempat). Gambar ini (diambil dari gambar 11)
menunjukkan informasi yang hati-hati dari huruf Ibrani oleh penulis asli
(para katib Ibrani). Jelaslah para penyalin naskah asli (katib Ibrani)
sangat mengenal Naskah Ibrani. Huruf-hurufnya adalah bentuk secara tepat
tidak merupakan gambaran sederhana yang mana kita bisa mengira
mendapati sedikitnya salinan-salinan yang memuat PIPI ( tulisan ini
memuat gambaran dua huruf Yunani pi (P) dan titik (I) ditulis dua kali.
Bisa saja tertulis dengan huruf besar seperti PIPI atau huruf kecil
seperti pipiЎ) huruf ini adalah kombinasi yang diperbolehkan oleh
penulis-penulis Yunani untuk menyatakan empat huruf Ibrani dari Tetragammaton יהוה dengan huruf-huruf Yunani pada umumnya. PIPI diketahui
sebagai cara menuliskan dalam kitab suci pada masa itu tidak hanya
dibatasi pada tulisan-tulisan Origen)
Di halaman 108 dari buku Manuscripts of the Greek Bible, Metzger menuliskan,
[The
photographic reproduction shows] palimpsest parchment leaves, originally
measuring about 15 3/8 X 11 inches...containing in the under-writing
about 150 verses of the Hexaplaric Psalter, written in a hand of the ninth or tenth
century. In the thirteenth or fourteenth century the codex was
dismantled and the parchment reused for another book. The leaves were
(partially) erased and cut in half laterally, each half making two leaf
and four page of the new codex. The plate [which is reproduced in the
book] shows one such leaf (formerly the upper half of a page of the
original codex), the under-writing, in five columns, giving for Psalm
27(28):6-7 the transliteration of the Hebrew text and the translations
made by Aquila, Symmachus, the Seventy [Septuagint], and, instead of Theodotion as might have been expected, the Quinta.... The first column of the Hexapla, giving the Hebrew text...is lacking.
[Reproduksi
fotografis menunjukkan] lembaran-lembaran perkamen palimpsest, aslinya
berukuran sekitar 15 3/8 X 11 inci...tertulis di dalam teks asli [di
bawah teks yang lebih baru] sekitar 150 ayat dari Kitab Mazmur yang
ditulis seperti gaya penulisan Hexapla, berasal dari abad ke-9 atau 10. Pada abad ke-13 atau 14
naskah asli tersebut dibongkar dan lembaran perkamennya dipergunakan
lagi untuk buku yang lain. Lembaran-lembaran tersebut (sebagian) telah
dihapus dan dipotong menjadi dua, masing-masing separuh lembaran
tersebut akhirnya menjadi dua lembar dan empat halaman dari naskah
[buku] yang baru. Gambar ini [yang direproduksi di buku Manuscripts of
the Greek Bible] menunjukkan salah satu lembar tersebut (yang sebelumnya
merupakan separuh bagian atas dari naskah aslinya), teks yang tertulis
di bawah teks yang lebih baru, dalam lima kolom, yang menyajikan
penulisan ulang teks Yahudi dari Mazmur 27(28):6-7 dan penerjemahannya
yang dibuat oleh Aquila, Symmachus, Seventy [Septuagint], dan, bukannya Theodotion seperti yang mungkin diduga, melainkan Quinta.... Kolom pertama dari Hexapla, yang menyajikan teks Ibrani...tidak ada
Gambaran Pengamat Sosial tentang Hexapla
Dengan latar belakang ini, kita bisa kembali kepada pengamat
Sosial menggunakan Hexapla dalam dokumentasi dari Tetragramaton dalam
Kitab Suci berbahasa Yunani. Pada halaman 310 dari buku “All Scripture Is Inspired of God and Beneficial” tertulis:
Ini sangat
menarik bahwa Nama Tuhan, dalam bentuk Tetragrammaton, juga terlihat
pada Septuaginta dari enam kolom Hexapla Origen, tahun 245. mengomentari
Mazmur 2 : 2, Origen menulis Septuaginta : di dalam manuskrip yang
akurat didapati nama dalam huruf-huruf Ibrani, bukan pada huruf-huruf
Ibrani modern yang kita kenal saat ini, tetapi pada huruf-huruf Ibrani
yang lebih kuno” bukti menunjukkan dengan sangat meyakinkan bahwa
Septuaginta merusak pada janji awal, Kurios dan Teos adalah pengganti
dari Tetragramaton.
Ketika kita mengevaluasi informasi dari naskah-naskah terbaru tentang Hexapla, klaim dari pengamat sosial bahwa Origen menggunakan kata “YHWH” יהוה memang benar-benar terbukti. Kitapun dapat meninjau lebih lanjut naskah Ambrosiana dan menentukan bagaimana sebenarnya Origen menuliskan bagian-bagian Kitab Mazmur yang menggunakan nama Tuhan.
Dalam buku Psalterii Hexapli Reliquiae karya Mercati, yang dapat kita temukan
di perpustakaan theologi yang terbilang mempunyai koleksi cukup
lengkap, dimuat foto-foto keseluruhan naskah Ambrosiana. Dalam buku Psalterii Hexapli Reliquiae ini, pada halaman sisi kiri buku dimuat foto asli dari lembaran-lembaran naskah Ambrosiana, dan kemudian di halaman sisi kanannya adalah foto yang menunjukkan bagian teks Hexapla yang terdapat dalam lembaran-lembaran naskah Ambrosiana yang bersangkutan. Dari foto-foto tersebut kita dapat menyusun kembali tabel Hexapla Origen yang terdiri dari enam kolom (Tabel 11). Dari
fakta-fakta dan naskah-naskah yang telah ditemukan sampai saat ini dapat
dikatakan bahwa Tabel 11 ini adalah reproduksi yang akurat dari tabel Hexapla Origen yang otentik. Tabel 11 hanya berisi ayat-ayat yang mengandung kata “YHWH” יהוה , tidak menyertakan teks lengkapnya yang berbahasa Yunani, hanya berfokus kepada kata “YHWH” יהוה .
Tabel 11.
Table 11:
Origen memasukkan untuk Nama Tuhan didapati pada Naskah-naskah yang masih ada pada Mazmur dalam Naskah Ambrosiana. Catatan : Tabel ini hanya memuatיהוה seluruh bahasaYunaninya diabaikan.
Setelah membaca Tabel 11 kita dapat memahami bagaimana sebenarnya Origen menuliskan tabel Hexaplanya, dan kita dapat menyimpulkan sebagai berikut (berdasarkan ayat-ayat Mazmur yang terdapat dalam Tabel 11):
1. Seperti yang telah diduga, setiap penulisan
nama Tuhan ditulis menggunakan Tetragrammaton dalam huruf-kotak Ibrani
di kolom pertama yang berbahasa Ibrani.
2. Kemudian Origen juga menggunakan
Tetragrammaton pada kolom kedua yang merupakan penulisan ulang dari
kolom pertama ke dalam Bahasa Yunani, walaupun kata yang lain dalam
kolom itu ditulis menggunakan Bahasa Yunani.
3. Kita kemudian mengetahui bahwa Origen menuliskan “YHWH” יהוה dalam teks berbahasa
Yunani pada kolom ke-3 (penerjemahan Aquila), ke-4 (penerjemahan
Symmachus), dan ke-6 (penerjemahan Theodotion atau Quinta). Walau
terkadang kita menemui beberapa huruf Yunani yang menyertai
Tetragrammaton, ternyata huruf-huruf tersebut hanyalah merupakan kata
depan yang bermakna “the” atau “sang” atau perluasan nama Tuhan lainnya,
seperti terdapat dalam Mazmur 45 dan 88.
4. Yang tak terduga adalah kolom Septuaginta. Dalam setiap penulisan, kecuali Mazmur 17:29, Origen menuliskan nama Tuhan sebagai “YHWH” יהוה, dan sebagai tambahan, dia juga menggunakan bentuk lainnya yaitu k-“-, k-e-, k-n-, k-w-i- dan k-u- yang merupakan singkatan dari Kyrios yang berarti “Lord”, misalnya pada Mazmur 28:1 di kolom Symmachus, 29:13 di kolom Aquila dan 30:6 di kolom Theodotion.
5. Yang lebih mengejutkan lagi, pada Mazmur 17:8, Origen menulis di kolom Septuaginta menggunakan “YHWH” יהוה dan juga bentuk Yunani k-“- dan
pipiЎ
6. Satu hal tak terduga lainnya kita temui pada Mazmur 28:1 di kolom Septuaginta. Pertama-tama Origen menuliskan tw’i יהוה, (dia memasukkan tulisan berarti “Yahweh”). Kemudian Origen memberikan bentuk lain yaitu uivoiЎ q-u- ejnevgkate dengan tambahan q-u- yang berarti “God”. Bagian yang mengejutkan adalah bentuk alternatif berikutnya, Origen menggunakan bentuk singkatan i-w-/k-w-.inisial tulisan dari kombinasi i-w- adalah singkatan bahasa
Yunani YHWH. Yang kedua adalah k-w- yang merupakan singkatan dari Bahasa
Yunani Kyrios. Jadi, Origen menuliskan “Lord God” sebagai alternatif membaca untuk ayat dalam Septuaginta.
Apa maksud Origen menuliskan masukan bentuk nama Tuhan lebih dari satu seperti יהוה /k-“-/pipiЎ pada Mazmur 17:8 atau tw’i יהוה/uivoiЎ q-u- ejnevgkate/i-w-/ k-w- pada Mazmur 28:1? Origen mempunyai akses kepada banyak salinan Septuaginta dan juga Kitab Suci Ibrani (Tanakh) yang diterjemahkan
ke Bahasa Yunani lainnya. Ketika semua naskah menerjemahkan penulisan
nama Tuhan dengan serupa, dia menuliskan hanya satu bentuk nama Tuhan.
Namun ketika naskah-naskah yang dia punya menuliskan nama Tuhan dengan
bervariasi, dia menuliskan lebih dari satu bentuk nama Tuhan. Jadi,
dalam Mazmur 17:8, kita dapat menganggap bahwa Origen mempunyai satu
salinan naskah Septuaginta yang menggunakan Tetragrammaton yang ditulis “YHWH” יהוה dalam huruf Ibrani. Namun di ayat yang sama, Origen juga mempunyai salinan naskah Septuaginta yang lain yang menggunakan penulisan k-“-, dan satu salinan naskah lagi yang menggunakan penulisan pipiЎ. Walaupun begitu, sedikitnya
seringkali kita akan menemui pola yang sama untuk terjemahan Aquila
untuk Mazmur 29 : 13 atau Terjemahan Theodotian untuk Mazmur 17 : 42 dan
30 : 6.
Origen tidak berusaha untuk mengoreksi bentuk penulisan “Kyrios”. Dia tidak pernah menyebutkan bahwa “YHWH” יהוה adalah satu-satunya
cara penulisan bentuk nama Tuhan yang layak dalam Kitab Suci Ibrani
(Tanakh). Origen memiliki pilihan untuk Tetragramaton (dia memakai k-e-/ יהוה, untuk Aquila pada Mazmur 29 : 13 adalah menarik) dia tidak menghindari penggunaan “Kyrios” atau bentuk singkatannya, dan tidak pernah berkomentar bahwa penggunaan “Kyrios” adalah tidak layak.(kita harus ingat bahwa Origen
menggunakan catatan kritikan yang didapati pada Naskah salah. Origen
dengan menyolok menggunakan simbol ί diseluruh Hexapla untuk tujuan ini.
Sebelumnya, Origen tidak menggunakannya disini).
Komentar Origen tentang Mazmur 2:2
Kutipan yang terdapat pada halaman 310 dari buku “All Scripture Is Inspired of God and Beneficial” mengatakan:
Commenting on Psalm 2:2, Origen wrote of the Septuagint:
“In the most accurate manuscripts THE NAME occurs in Hebrew Characters,
yet not in today’s Hebrew [characters], but in the most ancient ones.”
Dalam komentarnya tentang Mazmur 2:2, Origen menulis tentang Septuaginta: “Dalam naskah-naskah yang paling akurat nama Tuhan ditulis dengan huruf-huruf Ibrani, bukan dengan huruf Ibrani yang umum saat ini, tetapi dengan huruf Ibrani yang paling kuno.”
Buku “All Scripture Is Inspired of God and Beneficial” mengambil kutipan di atas dari buku berbahasa Latin berjudul Patrologiæ Cursus Completus (Karya-karya Tulis Lengkap dari Para Bapa Gereja), dengan editor J.P. Migne, tepatnya pada Volume 12 Origenis Opera Omnia
(Karya-karya Lengkap dari Origen), disusun oleh Caroli dan Caroli
Vincentii Delarue yang diterbitkan pada tahun 1862. Karya-karya Origen
yang masih dapat diselamatkan ditulis di buku ini dan masih berbahasa
Yunani seperti aslinya. Kutipan-kutipan komentar Origen berikut berasal
dari halaman 1104
Untuk
bisa mengerti apa yang dikatakan Origen secara tepat, pada kalimat yang
bertanda kutip “All Scripture Is Inspired of God and Beneficial” dan di
sekitar konteksnya diikuti oleh teks Bahasa Yunani dari komentar Origen
yang asli pada Mazmur 2. teks Bahasa Yunani diambil langsung dari Patrologioe Cursus Completus;
Itulah sebabnya dikatakan bahwa hal-hal ini dilakukan “against the Lord [Kyrios] and against his Anointed [Christ]” [Mazmur 2:2]. Sudah bukan rahasia bahwa di Yunani orang menyebut nama Tuhan sebagai “Kyrios”, tetapi di Ibrani sebagai “Adonai”. Tuhan memiliki 10 nama dalam Bahasa Ibrani,
salah satunya adalah “Adonai”, yang dilafalkan (Metzger berkata :
komentar Origen tentang Mazmur 2 : 2, Origen dengan sengaja mengatakan
diantara orang-orang berbahasa Yunani Adonai adalah pelafalan dari
Kurios, dalam catatan kaki dari tulisan Origen yang di tulis dengan
bahasa Yunani lengkap, dikatakan : tanpa ragu-ragu kita bisa memeriksa
semua kata-kata yang di beri tanda kutip. Dengan otoritas ini, kita
mengetahui bahwa penekanan ditujukan pada pelafalan dan bukan pada
tulisan yang diterjemahkan) di Yunani menjadi “Kyrios”.
Dan ketika dikatakan “Adonai” di Bahasa Ibrani, atau “Kyrios”
di Bahasa Yunani, keduanya menyatakan susunan kata-kata yang tertulis
dalam kitab Suci Ibrani. Di dalamnya didapati kata yang tertulis “Iae”
maksudnya Kurios dalam pelafalan Yunani dan bukan dalam bahasa ibrani
seperti pada : “Puji Tuhan” (Kyrios-Kuvrion) dalam Mazmur 146 : 1, jadi
Kurios yang digunakan pada Mazmur ini pada awalnya tertulis Iae (Iae
adalah kemungkinan penulisan yang hanya diketahui oleh Origen dan
pembacanya saja) yang mana dalam bahasa Ibrani dalam Mazmur adalah :
HalleluYAH.
Walaupun
nama Tetragrammaton yang tidak bisa dilafalkan tidak pernah diucapkan,
nama tersebut juga terukir pada mahkota-mahkota emas para Imam Besar,
dan dilafalkan sebagai “Adonai”. Tetragrammaton tidak pernah bisa
dilafalkan, tetapi, dalam Bahasa Yunani, Tetragrammaton dilafalkan
sebagai “Kyrios”. Dalam naskah-naskah yang paling akurat nama Tuhan ditulis dengan huruf-huruf Ibrani, bukan dengan huruf Ibrani yang umum saat ini, tetapi dengan huruf Ibrani yang paling kuno.
Ezra
berkata ketika dalam masa tawanan, ada perbedaan huruf diantara tulisan
asli (autograf) yang diteruskan (disalin ulang). Tetapi satu yang harus
kita ingat, sejak tetragrammaton ditulis Kurios ditemukan dalam Mazmur 1
: 2 (ILT : Namun kesukaannya adalah Torat YAHWEH, LAI : “tetapi
kesukaannya ialah taurat TUHAN) But his delight is in the law of the LORD (Kurios-Kurivou : kuri,ou)
juga di Mazmur 1 : 6 (ILT : sebab YAHWEH mengenal jalan orang benar,
LAI : sebab TUHAN mengenal jalan orang benar) For the LORD
(Kurios-Kuvrio: ku,rioj) knoweth
the way of the righteous, juga dalam Mazmur 2 : 2 (LAI : melawan TUHAN
dan yang diurapiNya) “Against the Lord (Kurios-Kurivou: kuri,ou) dan against His Anointed”
Bisa
dilihat dalam Septuaginta dan Theodotion, keduanya berasal dari masa
(abad) yang sama, Aquila juga, Symmachus terbit setelahnya, semuanya
tersusun sesuai urutan waktunya.
Dari kutipan-kutipan di atas, terbukti bahwa Origen mengakui bahwa Kyrios dapat diterima sebagai terjemahan (yang bisa dilafalkan) dalam bahasa Yunani dari Kitab Suci Ibrani (Tanakh).
Origen
berkata : ini bukanlah rahasia ketika Nama dlam bahasa Yunani
dilafalkan sebagai “Kurios”, tetapi dalam bahasa Ibrani “Adonai”. Tuhan
dipanggil dengan 10 Nama dalam Bahasa Ibrani (contoh : El, Elohim, Elah,
Eloah, Yah,etc) satu diantaranya Adonai, yang mana dilafalkan Kurios
dalam bahasa Yunani.
Origen
berkata kemabali : dan ketika dikatakan “Adonai” dalam bahasa Ibrani,
atau “Kurios” dalam bahasa Yunani, keduanya menyatakan susunan kata yang
tertulis dalam Kitab Suci.
Dan akhirnya kesimpulan Origen :
Tidak dimaksudkan pelafalan Tetragrammaton. Cukup dikatakan dalam bahasa Yunani yang pelafalannya “Kurios”
Dalam tulisannya yang lain, kita tidak berharap hendak meremehkan komentar Origen ketika Origen berkata :
Pada
manuskrip yang akurat, NAMANYA didapati dalam huruf-huruf Ibrani belum
seperti huruf-huruf Ibrani saat ini (huruf Ibrani modern) tetapi huruf
yang lebih kuno lagi.
Origen
dengan jelas ingin menunjukkan fakta bahwa nama Tuhan diberi
penghormatan tertinggi, sebagai Nama yang mulia, sehingga dituliskan
dengan huruf Paleo-Ibrani
di dalam naskah yang disebut Origen sebagai “naskah-naskah yang paling
akurat”, sebagai contohnya : Origen mengatakan kepada kita Nama Tuhan
muncul seperti יהוה (dalam
huruf Paleo Ibrani) hal ini diperkuat oleh tujuh Naskah Kitab Suci
Ibrani Tanakh dan dua Naskah Kitab Apokrifa yang ditemukan di Laut mati
menggunakan יהוה (dalam huruf Paleo Ibrani)
Kutipan ini harusnya tidak ditafsirkan seperti yang dikatakan pada terjemahan yang lebih dapat dipercaya harusnya terbaca יהוה (dalam huruf paleo Ibrani), hal ini tidak jelas dalam terjemahan Inggris (apalagi LAI) apakah Origen mengidentifikasi יהוה (dalam huruf Paleo Ibrani) kedalam Naskah bahasa Ibrani awalnya atau ditulis
ke dalam terjemahan bahasa Yunani dari Kitab Suci Ibrani (Tanakh). Itu
adalah contoh dari dua naskah-naskah Ibrani salinan.
Jadi
jelas dari pernyataan Origen bahwa dia mengenali Tetragrammaton memang
tertulis di dalam naskah Septuaginta, bagaimanapun kita harus
berhati-hati dan kita jangan berbuat salah ketika mengidentifikasinya.
Kita tidak bisa mengambil laporan singkat dari kutipan komentar Origen
pada Mazmur 2 di luar konteks dan mengijinkan diri kita sendiri untuk
percaya bahwa Origen berkata salinan-salinan awal dari Kitab Suci kita
menggunakan tetragrammaton dalam huruf Paleo Ibrani (Ibrani kuno).
Origen
melaporkan bahwa Tetragrammaton di temukan pada “Naskah-naskah yang
paling akurat” dari Alkitab. Kita hanya membaca konteks tanda kutip yang
didiskusikan dalam Tanakh untuk menyatakan ini bukanlah maksud Origen.
Sangat mengejutkan, kita juga melihat Origen sepenuhnya menerima Kurios
sebagai terjemahan yang pantas bagi Tetragammaton ketika Kitab Suci
Tanakh diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.
Pada
bagian pertama yg berhubungan dengan Hexapla Origen, kita menyimpulkan
Origen menulis Tetragrammaton dengan tulisan Ibrani Kotak(Ibrani Gundul)
pada Mazmur 2, bagaimanapun Origen dengan jelas menetapkan :
“Ezra
berkata ketika dalam masa tawanan, ada perbedaan huruf diantara tulisan
asli (autograf) yang diteruskan (disalin ulang). Tetapi satu yang harus
kita ingat, sejak tetragrammaton ditulis Kurios ditemukan dalam Mazmur 1
: 2 (ILT : Namun kesukaannya adalah Torat YAHWEH, LAI : “tetapi
kesukaannya ialah taurat TUHAN) But his delight is in the law of the LORD (Kurios-Kurivou : kuri,ou)
juga di Mazmur 1 : 6 (ILT : sebab YAHWEH mengenal jalan orang benar,
LAI : sebab TUHAN mengenal jalan orang benar) For the LORD
(Kurios-Kuvrio: ku,rioj) knoweth
the way of the righteous, juga dalam Mazmur 2 : 2 (LAI : melawan TUHAN
dan yang diurapiNya) “Against the Lord (Kurios-Kurivou: kuri,ou) dan against His Anointed” Bisa
dilihat dalam Septuaginta dan Theodotion, keduanya berasal dari masa
(abad) yang sama, Aquila juga, Symmachus terbit setelahnya, semuanya
tersusun sesuai urutan waktunya.
Bisa
dilihat dalam Septuaginta dan Theodotion, keduanya berasal dari masa
(abad) yang sama, Aquila juga, Symmachus terbit setelahnya, semuanya
tersusun sesuai urutan waktunya.
Pada
huruf paleo Ibrani menunjuk pada Ezra, pada bagian ini, Origen
mengidentifikasi kata dalam bahasa Yunani Kurios menggantikan
menggantikan Tetragrammaton dalam Septuaginta, Theodotion, Aquila dan
Symmachus.
Kita bisa mencari jalan tengah dari ketidakcocokan dengan
salah satu atau dua cara. Pertama, kita bisa berpendapat bahwa huruf
Ibrani didapati dalam manuskrip Ambrosian, bukanlah hasil karya Origen,
tetapi disisipkan oleh penyalin-penyalin. Kemudian, ini lebih sulit
untuk dijelaskan, bagaimanapun dengan jelas kita sekarang mengetahui
sejarah dari Naskah yang ada. Ini seperti hal yang tidak bisa dipercaya
bahwa orang yang bukan Yahudi yang mengganti יהוה kedalam Naskah orang bukan Yahudi. Itulah sebabnya orang yang bukan Yahudilah yang merubah יהוה menjadi Kurios pada manuskrip-manuskrip Kitab Suci Ibrani.
Kita
tidak bisa mencoba mencari jalan tengah atas ketidakcocokan dengan
menjelaskan komentar-komentar Origen pada bagian ini kita mengutip
tulisan asli menunjuk pada Tetragramaton dalam huruf Ibrani dengan jelas
memberikan perbedaan antara Tetragrammaton dan kata dalam bahasa Yunani
Kurios pada bagian yang sama dalam Kitab Suci Ibrani bisa saja sebagai
alasan yang tidak logis pada komentar-komentar ini jika pada bagian ini
hanya tertulis יהוה
Maka dari itu, kita hanya punya cara kedua, dan hanya ini jalan tengah yang logis bahwa Manuskrip Ambrosian yang mana Origen menggunakan יהוה di
dalam Hexapla, dan Origen merekomendasikan pada Septuaginta,
Theodotion, Aquila dan Symmachus semuanya mengandung kata Kurios.
Semuanya mungkin sekali Origen memasukkan salinan dalam banyak salinan dari Kitab Ibrani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani. Beberapa memuat יהוה
lainnya memuat Kurios, pada bagian yang sama. Pada pernyataan Origen
menyoroti Mazmur 2 inilah cara yang masuk akal mengapa Origen
menggunakan יהוה pada Hexapla yang asli.
Yang
kita ketahui pada saat ini, bahwa manuskrip-manuskrip yang ditemukan
sampai saat ini, meskipun penemuannya sangatlah sedikit jumlahnya,
terjemahan Kitab Suci Ibrani (Tanakh) mengandung Tetragrammaton
sangatlah jelas. Kita memang bisa membayangkan bahwa Origen memiliki
beberapa salinan (copies) dengan terjemahan Kurios sama seperti
salinan-salinan dengan יהוה tercantum dalam Naskah.
Gambaran Origen pada Abad 1-2 M
Tidak
ada Individu mendapat tempat terbaik seperti Origen yang melaporkan dan
mengakui adanya perubahan penggunaan Tetragrammaton pada Abad 1-2 M
pada Zaman Kekristenan.
Pertama
Origen hidup selama periode ini dan mempunyai laporan yang
kontroversial, dan dalam posisi yang kurang dihormati, ditiap pembelaan
dari Tetragrammaton atau argumen yang mendukung perubahan menjadi Kurios
akan terlihat pada tulisan-tulisannya (Origen). Jika kita teliti hanya
sejumlah kecil dari pekerjaan Origen dalam Hexapla dan satu dari
komentar-komentarnya, kita mengetahui pendapat Origen. Dia bebas
menggunakan יהוה
ketika dia menulis catatan dalam Naskah Ibrani, pada Tulisan Lain ia
menggunakan Kurios, dan dua bentuk variasi : k-~- dan PIPI tanpa beban
ketika Origen mengerjakan ke dalam bahasa Yunani. Komentarnya di dalam
Mazmur dia terbuka mengakui bahwa
menerjemahkan Tetragrammaton dengan Kurios. Dari pengamatan tulisan
pertama, bisa saja Origen menggunakan Kurios karena dia berada dalam
keadaan semua orang disekelilingnya menggunakan Kurios dan bukan יהוה.
Sebelumnya,
Origen tidak secara kebetulan memperhatikan, Origen dengan penuh gairah
mempertahankan dengan setia Septuaginta. Dia tekun selama
bertahun-tahun dalam hidupnya mengembangkan cara mempelajari naskah akan
membantu menerjemahkan Tanakh ke dalam bahasa Yunani. Meskipun
demikian, dengan sangat prihatin dia mengatakan bahwa Kurios cocok
mewakili יהוה (sekitar awal abad 3).
Pernyataan dari "All Scripture Is Inspired of God and Beneficial" mengatakan,
yang
menarik dari Nama Tuhan, dalam bentuk tetragrammaton, juga muncul dalam
Septuaginta dari enam kolom Hexapla, ini benar-benar demikian adanya.
Tapi pernyataan ini jangan digunakan untuk menyatakan secara tidak
langsung bahwa Origen menggunakan Tetragrammaton untuk membuangnya dari
bentuk lain dalam Yunani dari Nama Tuhan. Catatan Origen dari
Septuaginta seperti dia menggambarkan ketiga terjemahan yang
lain-penggunaan yang tidak keliru mengganti bentuk dari ku,rioj Kurios (dan seringkali PIPI) untuk mewakili Nama Tuhan.
Pernyataan lebih lanjut dari "All Scripture Is Inspired of God and Beneficial" mengatakan,
Komentar
dalam Mazmur 2:2, Origen menulis dari Septuaginta "dalam manuskrip yang
lebih akurat terdapat nama dalam huruf Ibrani, tidak dalam huruf Ibrani
yang kita kenal saat ini (Ibrani modern) tapi dalam huruf-huruf yang
lebih kuno.
Ini sangat tidak jelas, pada konteks yang dikutip, Origen jelas mengidentifikasikan Septuaginta (seperti juga Theodotion, Aquila,
dan Symmachus) menggunakan Kurios. Komentarnya kemudian, manuskrip yang
kuno didukung oleh Ezra disana menggunakan huruf paleo Ibrani.
Bagaimanapun Dia segera mengingatkan pembacanya bahwa Tetragrammaton
akan diingat seperti Kurios ketika dia berkata,
....sejak Tetragrammaton menjadi Kurios didapati dalam But his delight is in the law of the LORD (Kurios-Kurivou : kuri,ou) dan juga “Against the Lord (Kurios-Kurivou: kuri,ou) dan against His Anointed” “Against the Lord (Kurios-Kurivou: kuri,ou) dan against His Anointed”
Akhirnya, pernyataan dari "All Scripture Is Inspired of God and Beneficial" mengatakan,
Fakta
menunjukkan dengan meyakinkan bahwa Septuaginta merubah secara tidak
sah diawal masa, Kurios dan Teos dijadikan pengganti dari
Tetragrammaton, hal ini tidak bisa diselidikidi baik dari Hexapla atau
komentar Origen pada Mazmur 2. Origen
tidak memakai beberapa sebutan pada bagian ini dengan sengaja mengganti
Tetragrammaton menjadi Kurios. Hanya fakta dari "akhirnya terlihat"
bahwa Origen mengenali dan menggunakan keduanya Tetragrammaton dan
Kurios. Origen menggunakan יהוה ketika
menulis dengan tulisan Ibrani. Origen menggunakan Kurios ketika dia
mengarahkan (menerjemahkan) pada bagian yang sama dalam bahasa Yunani.
Origen tidak keberatan kalau Kuvrio adalah terjemahan yang layak untuk יהוה bagi pembaca berbahasa Yunani.
Seperti
yang kita lihat, Origen hidup diantara diantara kira-kira pada tahun
182 dan 251 M. Rasul Yokhanan (Yohanes) kitab Wahyu pada tahun 96 M. Dan
Injil Yohanes pada tahun 98 M. Origen tentunya mengetahui isi tulisan
asli Yohanes. Dia juga pasti mengetahui karya krekristenan yang
menyimpang dari ajaran semula untuk merubah cara menyusun kata dari
Septuaginta karena tujuan Hexapla adalah untuk memastikan penyusunan
kata yang benar dari Septuaginta yang asli.
Berdasarkan
dari apa yang dikatakan oleh pengamat sosial bahwa fakta menunjukkan
dengan bahwa Septuaginta merubah dengan tidak sah sejak awalnya. Dimana
Kurios dan Teos menggantikan Tetragrammaton. Tidak ada fakta yang
menunjukkan di dalam komentar-komentar Origen pada Mazmur 2 yang
menunjukkan bahwa Origen merasa kalau “Septuaginta merubah secara tidak
sah” malah kebalikannya, Origen segera menegaskan untuk menggunakan
Kurios sebagai terjemahan yang layak untuk יהוה
Ini
mungkin saja terjadi, karena pada saat itu kejadiannya adalah terjadi
penyesuaian secara nasional dari dialek dan kebudayaan yang telah
diwarisi dan hal ini terjadi di abad kedua dan ketiga? Dengan adat
Yahudi yang diwariskan, Versi Septuaginta menghasilkan catatan dalam
huruf Ibrani pada Tetragrammaton atas יהוה
, sebaliknya untuk pembaca berbahasa Yunani, versi Septuaginta
menerjemahkan Tetragrammaton menjadi Kurios. Ini mungkin bahwa
pengubahan ini diterima baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi
sepertinya hal ini menyimpang, tapi seperti hanya pilihan antara
mencatat atau menerjemahkan, bergantung atas latar belakang budaya dari
pembaca? Ketika gereja-gereja Kristen berkembang salinan-salinan
Septuaginta mengandung Tetragramaton jarang didapati (hampir punah) pada
generasi selanjutnya secara berturut-turut. gereja Kristen bukan Yahudi
memiliki Septuaginta yang hanya memuat ku,rioj setelah
Roma menguasai Palestina ketika Yahudi Mesianic mengeluarkannya dari
Sinagoge dan sebagai akibat dari bercampur dengan gereja bukan Yahudi,
salinan-salinan Septuaginta semata-mata untuk orang Yahudi telah hilang
keberadaannya. (mencoba untuk membersihkan penghinaan Kristen dari
Kurios pada Abad kedua dan ketiga, terjemahan ke bahasaYunani dari
Tanakh (kitab suci Ibrani = Perjanjian Lama , Torah, Nevim Kethuvim)
untuk orang Yahudi huruf tertulis יהוה pada
Naskah Yunani. Tetapi sejak kekristenan menjadi agama negara pada masa
pemerintahan Constantine pada abad ke empat orang-orang Yahudi secara
sistematis menghancurkan terjemahan Yunani dan mengembalikan Kitab Suci
mereka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar