Kamis, 25 Oktober 2012

Injil Barnabas Sebuah Kesaksian Palsu

injil barnabas
Satu Pertanyaan: Mengapa Orang Kristen Tidak Mengenal Injil Barnabas?
A.Q
Jazzin
Libanon
PENDAHULUAN

Sudah ditetapkan bahwa kitab yang dikenal sebagai “Injil” Barnabas sama sekali tidak berkaitan dengan kekristenan. Karena kitab itu adalah satu kesaksian palsu tentang Injil kudus dan merupakan satu upaya untuk menyatakan hal-hal yang sangat keliru tentang agama Kristen. Dalam banyak hal kitab ini disamakan dengan bentuk Al Qur’an yang ditulis oleh Museilma, si pendusta, atau yang dikarang oleh Al-Fadhl bin Rabi’. Kitab yang dikaitkan dengan Barnabas ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr. Khalil Sa’adah, dari salinan dalam bahasa Inggeris pada tahun 1907 untuk memenuhi permintaan Sayyid Muhammad Rashid Ridha, seorang pendiri majalah Manar. Hal mana ditolak sepenuhnya oleh orang-orang Kristen karena terjemahan itu merupakan satu pemalsuan naskah. Mereka yang menerimanya adalah suatu sekte orang Muslim. Mereka berbuat demikian dengan alasan yang sangat sederhana karena bagian-bagian kitab itu menyokong pernyataan bahwa Al-Masih tidak disalibkan, tetapi kemiripan-Nya jatuh pada Yudas yang disalibkan menggantikan Dia.



PANDANGAN PARA SARJANA

Sarjana-sarjana yang meneliti dengan cermat tentang pokok ini secara bulat berpendapat bahwa buku ini, yang dikaitkan dengan Barnabas, tidak pernah ada sebelum abad ke 15. Hal ini muncul hampir 1.500 tahun sesudah kematian Barnabas. Seandainya buku ini dapat digunakan pada periode tersebut, maka sarjana-sarjana Muslim seperti Al-Tabari, Al-Baidhawi, dan Ibn Kathir tentunya tidak akan terpecah-pecah dalam pandangan mereka tentang akhir kehidupan Al-Masih, dan tentang pengenalan secara pribadi akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan Dia.

Jika kita hubungkan dengan tulisan-tulisan Muslim seperti “Golden Pastures” (Penggembalaan Emas) oleh Al-Mas’udi, “The Beginning and the End” (Yang Awal dan Yang Akhir), oleh Imam ‘Imad-ud-Din, dan “Ibrizi’s Version” (Versi Ibrizi) oleh Ahmad Al-Magrizi, kita dapat mencatat bahwa sarjana-sarjana yang terpandang ini menyatakan dalam karya-karya tulisan mereka, bahwa Injil orang Kristen yang ditulis oleh keempat penulis Injil, yakni Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Al-Mas’udi menulis, “Kami telah menyebutkan nama-nama kedua belas dan ketujuh puluh murid-murid Al-Masih, tentang penyebaran mereka di seluruh negeri, dan berita-berita lain meliputi pekerjaan dan tempat penguburan mereka. Penulis keempat Injil termasuk Yohanes dan Matius ada diantara kedua belas orang itu, sedangkan Lukas dan Markus ada diantara kelompok tujuh puluh” (Al-Tanbih wal Isharaf, halaman 136).

Kalau kita melihat pada naskah-naskah kuno dari Alkitab, jauh ke belakang pada masa sebelum Islam dan masa di mana Al Qur’an menunjukkan dan menyaksikan kebenarannya, maka kita tidak akan temui apa yang disebut Injil yang dihubungkan dengan Barnabas. Dan juga tidak disebutkan dalam daftar isi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab sebagaimana yang disiapkan oleh pemimpin-pemimpin gereja.
Suatu penelitian sejarah menunjukkan bahwa naskah asli dari Injil palsu ini muncul untuk pertama kali pada tahun 1709 dalam barang Craemer, seorang Penasehat Raja Prusia. Naskah ini diambil dari padanya dan disimpan di Perpustakaan Wina pada tahun 1738. Semua sarjana yang menelitinya mencatat bahwa sampul buku ini terbuat dalam gaya Timur karena itu mempunyai catatan pinggir dalam bahasa Arab. Dari pengujian kertas dan tinta yang digunakan, nampak bahwa itu ditulis pada abad ke 15 atau ke 16.

Sarjana Inggeris, Dr. Sale, mengatakan bahwa ia menemukan buku ini dalam bahasa Spanyol yang ditulis oleh seorang Ukraina bernama Mustafa Al ‘Arandi, yang mengklaim telah menterjemahkannya dari bahasa Itali. Dalam pendahuluan dari salinan ini dinyatakan bahwa seorang biarawan bernama Marino, yang dekat dengan Paus Sixtus V, mengunjungi perpustakaan Paus pada satu hari di tahun 1585, dan menemukan sebuah surat dari St. Irenaeus yang mengeritik rasul Paulus dan mendasarkan kritikannya itu pada Injil Barnabas. Setelah itu Marino berkeinginan kuat untuk menemukan Injil itu.

Suatu hari ia berjumpa dengan Paus Sixtus V dalam perpustakaan kepausan, dan ketika mereka berbincang-bincang, Paus tertidur. Biarawan ini menggunakan kesempatan tersebut, ia mencari buku itu dan menemukannya, ia menyembunyikannya dalam salah satu lengan bajunya. Ia berada di sana sampai Paus terbangun, baru ia meninggalkan tempat itu, dengan membawa buku tersebut. Walaupun begitu, setiap orang yang membaca tulisan St. Irenaeus ini tidak akan menemui petunjuk-petunjuk menyangkut Injil Barnabas dan juga tidak ada kritikan dalam bentuk apapun yang ditujukan kepada Rasul Paulus.

Memang ada satu fakta yang dapat diketahui oleh setiap orang. Ada dituliskan dalam Kisah Para Rasul bahwa Barnabas sendiri bersama-sama dengan Paulus selama Paulus memberitakan Injil di Yerusalem, Antiokia, Ikonium, Listera dan Derbe. Barnabas juga memberitakan Injil bersama keponakannya di pulau Siprus. Ini menyatakan bahwa Barnabas adalah seorang yang percaya pada Injil salib yang diberitakan oleh Paulus, Markus dan Rasul-Rasul lainnya dan dapat disingkatkan dalam satu kalimat pendek: Al-Masih telah mati di kayu salib sebagai satu korban penebusan bagi dosa-dosa dunia dan bangkit kembali pada hari yang ketiga untuk pembenaran bagi setiap orang yang percaya. Karena Injil Barnabas menyangkali akan dasar kenyataan ini, maka buktinya pun sudah jelas bahwa kitab tersebut adalah satu pemalsuan.

Beberapa sarjana beranggapan bahwa penulis Injil Barnabas ini adalah biarawan Marino sendiri, sesudah ia memeluk agama Islam dan dinamakan Musatafa Al-’Arandi. Sarjana-sarjana lainnya cenderung percaya bahwa versi Italia ini bukan copy yang pertama karena diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai yang asli. Karena setiap orang yang membaca injil yang diduga sebagai Injil Barnabas dapat menyadari bahwa penulisnya memiliki satu pengetahuan Al Qur’an yang luas dan hampir seluruh isinya merupakan terjemahan secara hurufiah dari ayat-ayat Al Qur’an. Satu-satunya di antara yang pertama memeluk pandangan ini adalah Dr. White, di tahun 1784.



PENGARANGNYA: SEORANG KRISTEN YANG BERALIH MEMELUK AGAMA ISLAM
 
Apapun pandangan-pandangan para sarjana nantinya, yang pasti adalah bahwa buku ini mengkaitkan sejarah Al-Masih dalam suatu bentuk yang selaras dengan isi Al Qur’an dan bertentangan dengan isi Injil. Hal ini menuntun kita untuk meyakini, bahwa penulisnya adalah seorang Kristen yang kemudian memeluk agama Islam. Seperti yang kita lihat dalam beberapa contoh berikut ini, di mana terdapat suatu petunjuk yang melebih-lebihkan Muhammad di atas Al-Masih. Dituliskan bahwa Al-Masih berkata, “Dan ketika Aku telah paham kepadanya, jiwaku telah dipenuhi dengan penghiburan sembari berkata, ‘Oh Muhammad, semoga Allah beserta engkau, dan mudah-mudahan Dia menjadikan Aku layak untuk membuka tali sepatumu karena mencapai ini, Aku akan menjadi seorang Nabi Besar dan orang kudus utusan Allah’ ” (Injil Barnabas 44 alinea 30-31). Juga dikatakan, “Dan Al-Masih berkata, walaupun Aku tidak layak membuka ikatan tali (sepatu) nya, Aku telah menerima anugerah dan karunia (Injil Barnabas 97 alinea 10).

Buku ini berisikan ungkapan-ungkapan yang cocok dengan tulisan-tulisan Muslim kuno. “Al-Masih menjawab, ‘Nama dari Messiah itu adalah ‘Terpuji’, karena Allah sendiri memberinya nama itu, ketika Dia menciptakan roh-Nya, dan menempatkannya dalam sebuah kemuliaan surgawi. Dan bersabda, ‘Tunggulah Muhammad, karena demi engkau, Aku berkehendak menciptakan surga, dan dunia dan semua makhluk, yang aku serahkan kepadamu, sehingga siapa pun yang memberkati akan diberkati, dan siapa saja yang mengutuki engkau, akan dilaknat. Apabila Aku mengutus engkau ke dunia itu, Aku akan jadikan engkau sebagai PesuruhKu untuk keselamatan, dan perkataanmu akan benar, langit dan bumi akan hancur musnah namun kepercayaanmu (agamamu) tak akan pernah musnah. ‘Muhammad, datanglah cepat-cepat untuk keselamatan dunia” (79 alinea 14-18).

“Dan ketika Adam bangun dan berdiri ia suatu tulisan surya, yang berbunyi, ‘Hanya adalah Allah Maha Esa, dan Muhammad adalah pesuruh Allah Dalam pada itu Adam membuka mulutnya dan berkata, ‘Aku berterima kasih padaMu, O Allah Tuhanku, bahwa Engkau telah sudi menciptakan daku, akan tetapi ceritakan kepadaku, aku mohon kepada Engkau, apa maksud amanat dari kata-kata ini, ‘Muhammad adalah Pesuruh Allah’”. Allah menjawab: “Selamat datang, hambaKu Adam. Sesungguhnya Aku berkata padamu bahwa engkau adalah ciptaanKu yang pertama dari semua mahluk. Hal yang kamu lihat ini adalah anakmu yang datang kedunia kelak. Dia akan menjadi pesuruhKu yang mana telah Aku ciptakan baginya. Kalau ia datang, ia akan memberi terang kepada dunia, yang mana jiwanya telah ada di surga 6.000 tahun sebelum aku menciptakan semua. Adam menjawab: Oh, Tuhan berikanlah tulisan ini pada kuku jariku, dan Allah menuliskan tulisan pada jempol kanan Adam. Tiada illah lain kecuali Allah dan pada jempol kiri Muhammad adalah pesuruh Allah (39:14-26).

“Allah mengundurkan diri, dan malaikat Mikhail mengusir mereka keluar dari taman firdaus. Ketika Adam menoleh ke belakang ia melihat tulisan dilantai. Tiada illah lain, selain Allah dan Muhammad adalah pesuruh Allah. Oleh sebab itu ia menangis dan berkata, semoga hal ini menjadi keridhaan Allah, Muhammad datanglah segera selamatkan kami dari kesengsaraan” (41 alinea 29-31). Pernyataan-pernyataan ini lebih sejalan baik dalam kata-kata maupun rohnya dengan tulisan-tulisan Muslim kuno, seperti “Al-Ithafat Al-Saniyya bil Ahadith Al-Qudusiyyah” dan “Al-Anwar Al-Muhammaddiyyah minal Mawahib Al-Laduniyyah” dan “Al Isra Mu’jiza Kubra, “dan lain-lainnya.



SANGAT BERTENTANGAN DENGAN INJIL KUDUS

Tak terbilang banyaknya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa penulis Injil Barnabas ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan para rasul Al-Masih, atau murid-murid-Nya yang menuliskan kitab mereka di bawah ilham Roh Kudus. Berikut ini beberapa bukti tentang hal itu.

Bukti pertama adalah ketidak-tahuan penulisnya tentang ilmu bumi Palestina dan negara tempat terjadinya kisah-kisah yang bersifat agama ini. Dia berkata, “Al-Masih pergi ke laut Gelilea, dan naik ke dalam sebuah perahu berlayar ke kotanya Nazareth; dalam pada itu terjadi suatu topan di laut, sampai akhirnya perahu itu hampir tenggelam” (20 alinea 1-2). Sudah sama diketahui dengan baik bahwa Nazareth terletak di atas bukit di Gelilea dan bukan sebuah kota di pesisir pantai, seperti yang dikatakan penulis ini. Di bagian lainnya dia berkata, “Ingatlah bahwa Allah-telah mentaqdirkan untuk menghancurkan Nineveh, karena Dia tiada menjumpai seorang pun yang takut kepada Allah. Allah telah memanggil Nabi Yunus dan mengutusnya ke kota itu, tetapi dia telah melarikan diri ke Tarsus karena takut kepada penduduk itu, oleh sebab itu Allah menyebabkan dia dilemparkan ke dalam laut, lalu di telan oleh seekor ikan dan dilontarkan keluar dekat Nineveh” (63 alinea 4-7). Sudah diketemukan dengan baik bahwa kota Nineveh ini adalah ibu kota dari Kerajaan Asyur dan didirikan di atas jalur sebelah timur sungai Tigris, di atas satu pintu keluar (gerbang) yang dikenal dengan nama Al-Khirs. Sebab itu kota ini tidak terletak di daerah Timur Tengah, seperti yang dilaporkan penulis.

Kedua, ketidak-pahaman penulis tentang sejarah kehidupan Al-Masih. Pada pasal ketiga dari Injil yang palsu ini, ada tertulis, “ketika Al-Masih lahir , Pilatus adalah Gubernur, sedangkan jabatan kepala agama dipegang oleh Annanias dan Caiphas” (3 alinea 2). Hal ini sama sekali tidak benar, karena Pilatus menjadi Gubernur dari tahun 26 sampai 36 Masehi. Sedangkan Annanias menjabat sebagai kepala agama pada tahun 6 Masehi dan Caiphas dari tahun 8-36 Masehi. Dalam pasal 142 dituliskan bahwa Messiah tidak akan datang dari keturunan Daud tetapi dari keturunan Ismail, dan bahwa Perjanjian itu diberikan kepada Ismail dan bukan kepada Ishaq (124:14). Ini merupakan kesalahan yang besar karena setiap orang yang membaca silsilah Al-Masih dalam Injil yang sejati (benar) akan melihat bahwa silsilah itu, menurut daging, Dia berasal dari keturunan Daud, dari suku Yehuda.

Ketiga, pengarangnya memasukkan kisah-kisah yang sama sekali tidak berakar pada agama Kristen. Kutipan-kutipan berikut ini merupakan contoh dari kisah-kisah tersebut. “Lalu firman Allah kepada pengikut setan, ‘Bertobatlah kamu dan bersyahadatlah kepada Aku karena Allah, Pencipta kalian.’ Mereka menjawab, ‘Kami telah berpaling dari melaksanakan sujud kepada Engkau, karena Engkau tidak adil; hanya Satan adalah adil dan tak berdosa dan dia adalah Tuhan kami. ‘..Kemudian Satan, sambil pergi telah meludah pada tanah bumi itu, dan Malaikat Jibril mengangkatkan ludah itu beserta sedikit tanah, sehingga sekarang manusia mempunyai pusat pada perutnya” (35 alinea 25-27).

“Al-Masih membalas, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Aku telah kasihan kepada syaithan, ketika Aku tahu tentang kejatuhannya; dan Aku kasihan kepada manusia yang digodanya kepada dosa. Karena itu Aku telah berdoa dan puasa kepada Allah kita yang berbicara kepadaKu dengan perantaraan MalaikatNya Jibril, “apakah tuntutan engkau O Al-Masih, dan apakah permohonan Engkau?” Aku menjawab, Allah, Engkau mengetahui tentang dosa yang disebabkan syaithan dan lewat godaan-godaannya yang banyak yang binasa, dia adalah ciptaanMu karena itu Aku mohon ampunilah mereka. Ya Tuhan Allah menjawab, ‘Al-Masih perhatikanlah, Aku mau mengampuni dia, hanya kalau dia berkata, Allah Tuhanku, aku telah berdosa, berilah ampunan kepadaku, dan Aku akan mengampuni dia dan mengembalikannya kepada kedudukannya semula. Kata Al-Masih, ketika aku mendengar ini, aku sangat gembira percayalah bahwa aku telah membuat perdamaian ini. Karena itu aku memanggil syaithan, dan dia bertanya “Apa yang harus aku perbuat untukmu, O Al-Masih? Aku menjawab, ‘Engkau akan melakukannya untuk dirimu sendiri, O syaithan, karena aku tidak senang terhadap perbuatanmu, tetapi untuk kebaikanmu telah aku panggil engkau. ‘Syaithan membalas, ‘Jika kamu tidak berkeinginan kepada bantuanku aku juga tidak menginginkan bantuanmu; karena aku lebih mulia dari pada kamu, kamu tidak layak untuk melayani aku, kamu adalah dari debu sedangkan aku adalah roh” ( 51 alinea 4-20).

Tidak ada orang yang berpikiran sehat dapat percaya bahwa kisah tahyul ini berasal dari Injil yang diilhami Allah. Pertama, karena Allah tidak berkenan kepada syaithan ketika syaithan jatuh dan dibuang dari hadiratNya. Hal ini juga tidak sejalan dengan kesucian Allah yang illahi itu untuk membicarakan perdamaian dengan syaithan. Kedua, sejak mulanya Al-Masih telah masuk dalam peperangan dengan sikap tak pernah mengalah dengan syaithan. Alkitab berkata, “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis (syaithan), sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (I Yohanes 3:8). Ketiga, dalam peperangannya dengan Al-Masih, syaithan tidak berani berkata bahwa dia lebih hebat dari Al-Masih. Sebaliknya, di tengah-tengah orang banyak di Kapernaum ketika ia diperintahkan untuk keluar dari seseorang, dengan suara keras ia berseru, “Hai Engkau, Al-Masih orang Nazaret, apa urusanMu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau; Yang Kudus dari Allah” (Lukas 4:34).

Dengan demikian sudah ada satu kepastian yang mutlak bahwa penulis Injil Barnabas ini adalah seorang Muslim. Setiap orang yang membaca Injil Barnabas ini dengan teliti akan menemukan banyak sekali ajaran-ajaran Islam di dalamnya. Pertama, kitab ini berisikan suatu kisah keserupaan dengan Al-Masih. Pada pasal 112 dikatakan. “Ketahuilah, O Barnabas, bukan karena inilah aku harus berhati-hati salah seorang muridku akan mengkhianati aku dengan 30 keping perak untuk selanjutnya aku yakin bahwa orang yang akan menjual aku akan terbunuh dengan namaku, karena Allah akan mengangkat aku dari ini, dan akan mengubah rupa pengkhianat itu sedemikian rupa sehingga setiap orang akan percaya dia apabila dia mati dia akan alami suatu kematian yang buruk, aku akan tetap dalam noda beberapa lama waktu di dalam dunia ini. Akan tetapi apabila Muhammad Pesuruh suci Allah itu, datang nama buruk itu akan diangkatkan” (112 alinea 13-17). Kisah ini cocok sekali dengan pengajaran Islam pada abad pertengahan. Kedua, ada satu pendapat yang kuat bahwa Alkitab telah diselewengkan. Dalam pasal l12 dikutipkan seolah-olah Al-Masih sedang berkata, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, bahwa sekiranya kebenaran itu belum dihapuskan dari kitab Musa, Allah tak kan memberikan kepada Daud bapak kita, Kitab yang kedua. Dan jikalau kitab Daud itu belum dicemarkan, Allah tidak akan menyerahkan Injil kepadaku, mengingat bahwa Allah Tuhan kita tidak berubah-ubah, berbicara satu amanah untuk seluruh manusia. Oleh sebab itu bilamana Pesuruh Allah itu akan datang, dia akan datang untuk memurnikan kembali hal-hal yang telah mencemarkan Kitabku yang telah dilakukan oleh orang-orang tak beriman” (124 alinea 8-10).

Pernyataan ini merupakan satu hujatan terhadap keabsahan Alkitab, dan tidak mungkin berasal dari Al-Masih, yang berfirman, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Matius 24:35).



INJIL BARNABAS ADALAH KESAKSIAN PALSU TERHADAP AL QUR’AN
Dari mulanya sudah saya tegaskan bahwa kitab yang dihubungkan dengan Barnabas adalah satu kesaksian palsu terhadap Injil karena keseluruhan isinya bertentangan dengan Injil. Dibawah ini saya ketengahkan beberapa bagian yang terdapat dalam Injil yang palsu itu, yang juga pada gilirannya merupakan satu kesaksian palsu terhadap Al Qur’an:
  1. Maka Yusuf berangkat dari Nazareth, suatu kota di daerah Galelee, dengan Maryam isterinya yang sedang hamil, …. agar dia dapat mendaftarkan nama sesuai dekrit Caesar. Setelah Yusuf sampai di Bethlehem, karena kotanya kecil, dan sejumlah besar mereka merasa asing di sana, dia tiada menemukan tempat, oleh karena itu ia mengambil penginapan di luar kota pada sebuah pemondokan yang dibuat untuk tempat berteduh penggembala. Sementara Yusuf bertempat tinggal di sana, genaplah waktunya bagi Maryam untuk melahirkan. Perawan itu dikelilingi oleh cahaya terang yang luar biasa, seraya melahirkan puteranya tanpa sakit” (3 alinea 5-10). Sedangkan isi Al Qur’an membenarkan bahwa Maryam merasakan kesakitan melahirkan seperti wanita lain umumnya, karena dikatakan: “Kemudian Maryam mengandungnya, lalu ia berpindah ke tempat yang jauh. Lalu ia berlindung ke pohon korma, karena sakit melahirkan anak, ia berkata: ‘Aduhai kiranya, matilah aku sebelum ini dan adalah aku lupa yang dilupakan’” (Surat Maryam 22-23).
  2. “Celaka kepada dunia ini, karena hal itu pasti akan mengalami siksaan abadi. Oh umat manusia bedebah, karena Allah telah memilih kamu sebagai seorang anak, dan menempatkan engkau di firdaus, dalam pada itu engkau, O orang celaka oleh gerakan syaithan telah termasuk ke dalam hal yang tidak diridhai Allah dan telah terlontar keluar jannah..” (102 alinea 18-19). Sedangkan Al Qur’an memandang kepercayaan kepada ke-bapa-an Allah sebagai satu penghujatan, dan layak mendapatkan hukuman dalam neraka. Ia menyuarakan sebagai peringatan kepada “orang-orang yang mengatakan: Allah itu mempunyai anak” (Surat Al-Kahfi 4-5).
  3. “Hendaklah seorang lelaki puas dengan seorang wanita yang dikaruniakan Allah baginya dan hendaklah dia melupakan wanita lainnya (116.18)”. Sedangkan Al Qur’an mengajarkan poligami (dapat beristeri lebih dari satu orang) dengan berkata, “kawinilah bagimu perempuan-perempuan yang baik bagimu, berdua, bertiga atau berempat orang. Tetapi jika kamu takut, bahwa tiada akan berlaku adil maka kawinilah seorang saja,” (Surat Al-Nisa’ 3).
  4. Ketika “Allah menciptakan manusia dengan kebebasan agar dia boleh mengetahui bahwa Allah tidak membutuhkan manusia, sama seperti seorang Raja yang kebebasan kepada hamba-hambaNya untuk menunjukkan kemurahanNya supaya hamba-hambaNya lebih mencintaiNya maha kuasaanNya, ….” (155 alinea 13). Hal ini bertentangan dengan Al Qur’an yang mengatakan: “Tiap-tiap manusia Kami ikatkan usahanya (amalnya) masing-masing kedudukanya” (Surat Al-Isra’ 13). Tafsir Al-Jalalayn, dengan mengutip Muhajid sebagai sumber pendukung, menjelaskan ayat ini demikian: “Tidak seorangpun yang di lahirkan tanpa selembar kertas yang diikatkan pada lehernya dan bertuliskan apakah ia susah atau bahagia.”
  5. “Kemudian Pesuruh Allah itu akan berkata, O Allah, ada diantara orang-orang yang beriman yang telah berada dalam neraka 70.000 tahun. O Allah, dimana gerangan ampunan Engkau? Hamba mohon kepada Engkau, Allah, untuk membebaskan mereka dari azab-azab pedih itu. Lalu Allah memerintahkan 4 Malaikat kesayangan Allah supaya mereka pergi ke neraka dan mengeluarkan setiap orang yang telah menganut aqidah Pesuruh-Nya dan memimpin ke dalam surga” (137 alinea 1-4). Ayat ini bertentangan dengan Al Qur’an yang sama sekali menyangkal akan permohonan ampun, karena dikatakan: “Sesungguhnya Allah mengutuki orang-orang yang kafir dan menyediakan untuk mereka api yang bernyala-nyala (neraka). Sedang mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, mereka tiada memperoleh wali dan tiada pula penolong” (Surat Al- Ahzab 64-65).
  6. “Al-Masih mengaku dan mengatakan kebenaran, ‘Aku bukan Messiah itu’. Mereka berkata, ‘Apakah kamu Eliyah atau Yeremiah, atau salah seorang di antara Nabi-nabi dulu?’ Al-Masih menjawab, ‘Tidak.’ Lalu kata mereka, ‘Siapakah kamu? Katakanlah supaya kami boleh memberikan kesaksian kepada orang yang diutus kepada kami?’ Al-Masih berkata, ‘Aku adalah suatu suara yang berseru melalui seluruh Yudea, dan berteriak, ‘Persiapkan olehmu jalan untuk Pesuruh Allah itu’” (42 alinea 5:11). Al Qur’an berkata: “(Ingatlah) ketika malaikat berkata, ‘Ya, Maryam, sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepada engkau dengan kalimat dari pada-Nya (yakni seorang anak), namanya Almasih ‘Isa anak Maryam, yang mempunyai kebesaran di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang dekat kepada Tuhan” (A.Surat Ali Imran 45). Masih adakah, dalam kenyataannya, satu kesaksian palsu yang menentang Injil dan Al Qur’an dari pada Injil Barnabas ini? Masihkah ada seorang Muslim yang mempercayai pemalsuan ini bahwa Mesias itu adalah Muhammad anak Abdullah dan bukan Al-Masih anak Maryam?
BERBAHAGIALAH ORANG YANG LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN KARENA MEREKA AKAN DIPUASKAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar