Jumat, 21 September 2012

Penemuan Perkamen Alquran di Sana'a - oleh Sujit Das

Menghormati iman orang-orang percaya yang tulus seharusnya tidak menyebabkan investigasi yang dilakukan para ahli sejarah dilarang atau dibelokkan….Seseorang harus mempertahankan hak-hak metodologi dasar sejarah.” – Maxime Rodhinson, 1981; p. 57


Seringkali orang-orang Muslim mengatakan bahwa baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru telah dikorupsi dan diubah secara serius. Mereka katakan, supaya sebuah Kitab Suci bisa dikatakan sebagai otoritatif, maka ia harus dipelihara tetap tanpa perubahan sama sekali, dan menunjuk pada Quran mereka sebagai kitab suci yang diwahyukan kata demi kata dan surat demi surat kepada Muhamamad oleh Allah. Quran mengklaim, “Tidak boleh ada perubahan dalam firman-firman Allah” (10:64), dan ”Tidak ada yang bisa merubah kata-kata (dan peraturan) Allah” (6:34).


Foto salah satu perkamen Sanaa Quran dari Gerd R Puin’s, memperlihatkan lapisan revisi yang dilakukan terhadap Quran. (Photo source: Wikipedia, 2009)


Tetapi betapa anehnya ‘doktrin pembatalan’ ini, dimana wahyu-wahyu yang datang kemudian membatalkan wahyu-wahyu terdahulu, sebagaimana Quran (2:106) menegaskan, ”Wahyu-wahyu…..Kami membatalkan/mencabut atau menyebabkan untuk dilupakan.” Juga, sebuah Hadis (6:558) dari Sahih Bukhari menegaskan bahwa Muhammad melupakan banyak ayat. Disamping itu, Sunaan ibn Majah (3: 1944) mencatat bahwa setelah kematian Muhammad, sejumlah wahyu dimakan oleh seekor kambing. Bagaimana kata-kata Ilahi bisa dimakan, diubah, dibatalkan atau dihapuskan, meskipun ada klaim dari Allah dalam Sura 10:64 dan 6:43?

Tidakkah semua klaim-klaim dari Allah ini berkontradiksi dengan diriNya sendiri? Tetapi ajaibnya; kenyataan ini sama sekali tidak mengganggu pemikiran orang-orang Muslim. Barangkali, jika kita bisa menghadirkan Quran lain yang “otentik”, dan yang berbeda dengan bentuk standar Quran yang ada saat ini, maka Muslim akan mulai menggunakan logika mereka.

Kebenaran yang sangat menghancurkan adalah bahwa sejumlah besar naskah-naskah kuno, berasal dari abad pertama Hijrah ditemukan di Mesjid Agung di Sanaa (Yaman), yang secara signifikan berbeda dengan Quran standar yang ada sekarang. Sistem penanggalan dengan menggunakan Carbon meyakini bahwa naskah-naskah Quran ini tidak dibuat oleh lawan-lawan keagamaan. Disamping itu, naskah-naskah Quran ini ditemukan oleh orang-orang Muslim sendiri, bukan oleh orang-orang kafir.

Barangkali inilah peristiwa yang paling memalukan dalam sejarah Islam yang sudah berlangsung selama 14 Abad
.

Mesjid Agung Sanaa adalah salah satu Mesjid tertua dalam sejarah Islam. Gedung ini dibangun pada tahun 6 Hijrah ketika Muhammad mempercayakan salah seorang dari teman-temannya untuk membangun sebuah Mesjid di Yaman, yang diperluas dan diperbesar oleh para pemimpin Islam dari masa ke masa.

Pada tahun 1972, ketika berlangsung restorasi Mesjid Agung ini (hujan deras menyebabkan dinding bagian Barat Mesjid ini rubuh), para tukang yang bekerja dalam sebuah ruangan mahkota diantara struktur bagian dalam dan atap bagian luar, menemukan sebuah kuburan yang menakjubkan, yang pada saat itu, karena ketidaktahuan mereka, mereka tidak menyadari apa yang ada di situ. Biasanya mesjid tidak mengakomodasi kuburan, dan situs ini juga tidak berisi batu nisan, tidak ada sisa-sisa tubuh/tulang manusia dan juga tidak ada barang-barang peninggalan dari pemakaman. Tak ada benda lain di dalamnya kecuali perkamen tua dan dokumen-dokumen surat yang jumlahnya sangat banyak. Juga di dalamnya ditemukan buku-buku yang sudah rusak dan halaman-halaman teks individual dalam bahasa Arab, yang sudah lebur menjadi satu oleh karena hujan dan kelembaban selama lebih dari seribu tahun.


Sejumlah fragmen-fragmen perkamen Quranik dalam kondisi ketika mereka ditemukan. (Photo source: Dreibholz, 1999, p. 23)


Para tukang yang tidak mengerti itu kemudian mengumpulkan naskah-naskah tersebut, memasukkannya dengan sembrono ke dalam 20 karung kentang, dan meletakkannya pada tangga di salah satu menara Mesjid, dimana naskah-naskah itu pun kemudian dikunci di situ. Naskah-naskah itu akan kembali dilupakan, jika bukan karena Qadhi Isma’il al-Akwa, Presiden Otoritas Barang-Barang Antik Yaman, yang di kemudian hari menyadari pentingnya penemuan itu. Al-Akwa mencari pertolongan dari dunia Internasional untuk menguji dan mengawetkan fragmen-fragmen itu, sebab tidak ada seorang pun sarjana di negaranya yang sanggup mengerjakan penemuan yang sangat kaya seperti ini. Pada tahun 1997, ia menerima kunjungan dari seorang sarjana Jerman non-Muslim. Orang ini lalu membujuk pemerintah Jerman untuk mengorganisir dan menjalankan sebuah proyek restorasi.

Segera setelah proyek itu dimulai, menjadi jelaslah bahwa “kuburan kertas” itu adalah sebuah tempat untuk menyimpan puluhan ribu fragmen-fragmen dari hampir seribu naskah-naskah kuno Quran, kitab suci Muslim. Otoritas Muslim pada masa-masa awal Islam menganjurkan agar kopian-kopian Quran yang telah rusak disingkirkan dari peredaran dan hanya mengijinkan edisi-edisi kitab suci yang masih baik untuk dipakai. Juga tempat yang aman seperti itu dibutuhkan untuk melindungi kitab-kitab itu dari kebakaran atau kehancuran jika para penyerang datang, dan di sinilah kemudian muncul ide untuk menyimpannya di sebuah ‘kuburan’ dalam Mesjid Agung di Sanaa, yang pada waktu itu merupakan tempat untuk mempelajari Quran. Hal ini sudah berlangsung sejak abad pertama Hijrah.

Restorasi naskah-naskah itu diorganisir dan diawasi oleh Gerd R. Puin dari Saarland University, di Jerman. Puin adalah seorang spesialis terkemuka dalam bidang kaligrafi Arabik (studi mengenai tulisan tangan indah dan artistik), dan merupakan seorang paleografi (studi mengenai dokumen-dokumen dan tulisan kuno) Quranik. Selama sepuluh tahun ia secara ekstensif menguji fragmen-fragmen perkamen yang berharga itu. Tahun 1985, rekannya H. C. Graf V. Bothmer bergabung dengannya.

Tes-tes Carbon-14 menunjukkan bahwa sejumlah perkamen itu berasal dari tahun 645-690 AD. Tahun pembuatan mereka yang sebenarnya bisa jadi lebih dini lagi, karena C-14 memperkirakan tahun kematian dari sebuah organisme (perkamen adalah kulit binatang), dan proses itu hingga penulisan akhir pada perkamen mencakup waktu yang tidak bisa diketahui. Tanggal penulisan kaligrafi menunjukkan tahun 710-715 AD. Beberapa perkamen kelihatannya berasal dari abad ke tujuh dan ke sembilan, dan karena itu bisa disebut sebagai Quran tertua yang ada saat ini.

Pada tahun 1984, Rumah Naskah (Dar al Makhtutat) didirikan di dekat Mesjid Agung, sebagai bagian dari proyek kerjasama antara otoritas Yaman dan Jerman. Sebuah usaha keras yang sangat besar dimulai untuk merestorasi fragmen-fragmen Quranik. Antara tahun 1983 dan 1996, kira-kira 15.000 dari 40.000 halaman telah selesai direstorasi, khususnya 12.000 fragmen-fragmen pada perkamen dan naskah-naskah yang berasal dari abad ke tujuh dan sembilan.


Perpustakaan Dar al-Makhtutat dimana disimpan Naskah-Naskah dan katalog yang baru ditemukan. (Photo source: Dreibholz, 1999. p. 22)


Hingga saat ini, hanya ada tiga kopian kuno Quran yang ditemukan. Yang pertama disimpan di Perpustakaan Inggris di London, berasal dari akhir abad ke tujuh dan dianggap sebagai yang paling tua. Tetapi naskah-naskah Sanaa bahkan usianya lebih tua. Lebih dari itu, naskah-naskah ini ditulis dengan huruf yang aslinya berasal dari Hijaz – wilayah Arabia dimana Nabi Muhammad hidup, yang membuatnya tidak hanya sebagai naskah tertua yang berhasil selamat, tetapi kopian otentik Quran yang paling tua. Arabik Hijazi adalah tulisan (Mekkah atau Medinah), dan Quran mula-mula ditulis dengan huruf ini. Meskipun potongan-potongan ini berasal dari Quran paling awal yang pernah ada, mereka juga merupakan palimpsests (naskah-naskah dengan tulisan asli yang telah dipakai ulang).

Gaya tulisan tangan yang indah dan artistik dan jarang dipakai menjadi hal yang menarik perhatian Puin dan temannya Bothmer, tetapi hal yang lebih mengejutkan lagi menanti mereka. Ketika naskah Quran ini diperbandingkan dengan naskah Quran standard yang ada saat ini, kedua orang ini menjadi terheran-heran. Teks-teks kuno yang ditemukan ini sangat berbeda dengan naskah yang ada sekarang, dan hal ini benar-benar mengganggu. Di sini terdapat ayat-ayat yang disusun secara tidak konvensional, variasi-variasi tekstual yang sedikit namun signifikan, ortografi (pengejaan) yang berbeda dan perbedaan pada pembubuhan (dekorasi) artistik
.

Hal ini benar-benar menghantam keyakinan orang-orang Muslim ortodoks bahwa Quran yang ada hari ini dapat dikatakan sebagai Firman Allah yang “sempurna, kekal sepanjang masa dan tidak berubah.” Dengan penemuan naskah ini berarti Quran telah didistorsi, dinodai, direvisi, dimodifikasi dan dikoreksi, dan perubahan tekstual secara murni telah terjadi selama bertahun-tahun oleh tangan-tangan manusia.

Aura kesakralan disekeliling Kitab Suci Islam ini, yang masih utuh selama lebih dari 14 abad lamanya, menjadi hilang dengan penemuan yang mencengangkan ini, dan keyakinan inti dari semilyar lebih orang-orang Muslim yang meyakini bahwa Quran itu kekal, firman Allah yang tidak bisa berubah sekarang tampak jelas hanya sebagai sebuah kebohongan besar. Bukan hanya itu; klaim Quranik bahwa tak ada orang yang bisa merubah firman-firman Allah juga merupakan sebuah kepalsuan. Quran seharusnya merupakan sebuah, jika kita meminjam kata-kata dari Guillaume (1978, p. 74), yang paling suci dari semua yang suci. Ia tidak boleh ada di bawah kitab yang lain, tetapi selalu berada di atasnya, orang tak boleh minum atau merokok ketika kitab ini dibacakan dengan keras, dan ia harus didengarkan di dalam keheningan. Ini adalah Kitab yang merupakan jimat melawan penyakit dan bencana.” Orang-orang Muslim menyebut Quran sebagai “Ibu dari semua Kitab” dan meyakini  tak ada kitab atau wahyu lainnya yang bisa diperbandingkan dengan Quran (Caner & Caner, 2002. p.84). Tetapi sekarang, dengan penemuan ini, semua keyakinan itu menjadi lenyap. Hasil akhir dari seluruh perjuangan Islam selama empat belas abad sekarang menjadi nol besar.

Tidak hanya itu, banyak naskah memperlihatkan tanda-tanda dimana naskah-naskah itu menggunakan tulisan asli yang telah dipakai ulang. Misalnya, ayat-ayat yang sangat jelas ditulis di atas ayat-ayat lain yang sudah dihapus. Tentu saja ayat-ayat yang ada di bawah tulisan yang ada sekarang sulit untuk dibaca secara visual, tetapi peralatan-peralatan modern seperti fotografi ultraviolet dapat memperlihatkan dengan jelas tulisan-tulisan itu. Dipercaya bahwa naskah-naskah Sanaa bukan hanya satu-satunya varian, tetapi sebelum itu, teks Quranik telah dimodifikasikan dan ditulis ulang pada kertas yang sama. Hal ini berarti, klaim Allah (Sura 56: 77-78; 85:21-22) bahwa teks asli telah disimpan di surga pada lembaran-lembaran emas, yang tak bisa disentuh oleh siapa pun kecuali para malaikat, hanyalah sebuah cerita dongeng.

Setelah mempelajari dengan seksama naskah-naskah ini, Puin sampai pada kesimpulan bahwa teks ini sesungguhnya sebuah teks yang telah dikembangkan, dan bukannya firman Allah sebagaimana yang diwahyukan secara menyeluruh kepada Muhammad (Warraq, 2002, p. 109). Dengan perasaan tergetar ia berkata, ”Begitu banyak Muslim yang memiliki keyakinan ini, bahwa segala sesuatu diantara kedua penutup Quran adalah firman Allah yang tak bisa dirubah. Mereka senang mengutip karya tekstual yang memperlihatkan bahwa Alkitab memiliki sebuah sejarah dan bukan sesuatu yang diturunkan langsung dari langit, bahwa hingga saat ini Quran berada di luar perdebatan. Satu-satunya cara untuk meruntuhkan dinding ini adalah dengan membuktikan bahwa Quran pun memiliki catatan sejarah. Fragmen-fragmen Sanaa akan membantu kita melakukan hal ini.”

Puin bahkan menyimpulkan (mengutip Taher, 2000), ”Tak ada satu pun karya tunggal yang tetap tanpa perubahan selama berabad-abad. Termasuk kisah-kisah yang ditulis sebelum nabi Muhammad memulai pelayanannya dan yang kemudian setelah itu ditulis ulang.”

Selama melakukan riset mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Puin (Lester, 1999), ”Mereka (otoritas Yaman ingin agar hal ini tidak digembar-gemborkan, sebagaimana yang juga kami lakukan, meski dengan alasan yang berbeda. Mereka tak ingin menarik perhatian pada kenyataan bahwa ada orang-orang Jerman dan lainnya yang melakukan studi terhadap Quran. Mereka tidak mau mengumumkannya kepada publik, bahwa ada pekerjaan seperti ini yang sedang dilakukan, oleh karena posisi Islam adalah bahwa semua hal yang perlu dikatakan mengenai sejarah Quran telah dikatakan seribu tahun lalu.”

Pada kenyataannya, Puin dan rekannya Bothmer mengetahui untuk beberapa saat ketika mereka melakukan studi mereka, bahwa Quran sendiri adalah sebuah teks yang terus berkembang, namun dengan bijaksana mereka memahami implikasi yang mungkin dari penemuan-penemuan mereka dan karena itu mereka tetap berdiam diri.. Jika otoritas Yaman mengetahui penemuan ini, sangat besar kemungkinan mereka akan menolak kedua orang ini untuk memperoleh akses lebih jauh. Inilah yang dimaksudkan oleh Puin sebagai “alasan-alasan lain.” Karena itu keduanya tetap diam, dan kedua sarjana ini dapat tetap meneruskan riset mereka.

Penemuan Puin juga mengkonfirmasi asumsi Wansbrough mengenai teks Quranik. Pada tahun 1970an, Wansbrough menyimpulkan bahwa Quran berkembang secara bertahap pada abad ketujuh dan kedelapan, setelah periode panjang dari transmisi oral, dan sekte-sekte yang berbeda biasanya berdebat dengan keras satu sama lain mengenai wahyu-wahyu mana yang asli. Alasan bahwa tidak ada sumber materi dari permulaan Islam yang pernah selamat adalah karena ia memang tidak pernah ada. Pada kenyataannya, Puin mengakui bahwa ia ‘membaca ulang karya Wansbrough ketika ia menganalisa fragmen-fragmen Yaman itu (Warraq, 2002. p. 122).

Teori Puin lainnya yang radikal adalah bahwa sumber-sumber pra-Islamik telah memasuki Quran. Argumentasinya adalah bahwa ada dua suku yang disebut, As-Sahab-ar-Rass (Para sahabat dari Sumur) dan As-Sahab-al-Aiqa (Para Sahabat dari Semak-semak Berduri) yang bukan merupakan bagian dari tradisi Arab, dan orang-orang pada masa Muhammad tentu saja tidak mengenal mereka. Ia juga tidak setuju pandangan yang mengatakan bahwa Quran ditulis dalam bahasa Arab yang paling murni. Kata “Quran” itu sendiri aslinya berasal dari luar Arab. Kontras dengan keyakinan populer Muslim, ia mengatakan bahwa arti dari “Quran” bukanlah pembacaan atau pengajian. Sebenarnya kata “Quran” menurutnya berasal dari bahasa Aramaik, “Qariyun”, artinya sebuah leksionari bagian-bagian kitab suci yang ditetapkan untuk dibaca dalam ibadah ilahi. Quran kebanyakan berisi cerita-cerita Alkitab tetapi dalam bentuk yang lebih pendek dan merupakan “sebuah  ringkasan dari Alkitab untuk dibaca dalam ibadah.”

Bothmer secara seksama telah mengambil lebih dari tiga puluh lima ribu gambar-gambar mikro film dari fragmen-fragmen itu pada tahun 1997 dan membawa gambar-gambar itu ke Jerman (Warraq, 2002, p.109). Artinya bahwa saat ini Bothmer, Puin dan para sarjana lainnya pada akhirnya akan memiliki sebuah kesempatan untuk meneliti kembali dengan lebih cermat teks-teks itu dan mempublikasikan penemuan-penemuan mereka dengan bebas.

Puin tertarik untuk menulis sebuah buku mengenai hal ini pada masa depan, tetapi ia telah menulis beberapa tulisan-tulisan pendek mengenai penemuan mereka di berbagai macam majalah ilmiah, dimana ia memperlihatkan beberapa penyimpangan antara Quran kuno dan Quran standar sebagaimana yang ada saat ini (Mengutip Warraq, 2002, p.739-44)

Ketika membuktikan bahwa Quran sama sekali bukan kitab yang bisa dianggap suci, Puin menulis, ”Pendapat saya adalah bahwa Quran sejenis teks-teks gado-gado dimana tidak semuanya dimengerti pada masa Muhammad. Banyak dari teks-teks ini bahkan usianya seratus tahun lebih tua daripada Islam itu sendiri. Klaim-klaim Quran untuk dirinya sendiri adalah bahwa ia merupakan sesuatu yang jelas (mubeen). Tetapi (kontras dengan keyakinan populer) jika anda mengamatinya, anda akan menemukan bahwa seperlima dari kalimatnya sama sekali tidak mempunyai makna… Faktanya adalah seperlima dari teks Quranik sama sekali tidak bersifat komprehensif. Jika Quran itu tidak komprehensif, bahkan jika ia sendiri tidak bisa dimengerti dalam bahasa Arab, maka ia juga tak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun. Itulah sebabnya mengapa Muslim merasa takut. Meskipun berulang-ulang Quran mengklaim bahwa ia adalah sesuatu yang jelas, tetapi nyatanya di situ  terdapat banyak sekali kontradiksi yang sangat serius. Sesuatu pasti telah terjadi.

Penemuan yang luar biasa dari Puin sangat menarik perhatian Andrew Rippin, seorang Profesor bidang studi agama dan seorang ahli terkemuka dalam bidang studi Quran. Rippin (dikutip dari Warraq, 2002, p.110) menyimpulkan,”Pengaruh dari naskah-naskah Yaman masih bisa dirasakan. Pembacaan-pembacaan mereka yang bervariasi dan susunan ayat-ayat semuanya sangat signifikan. Semua orang setuju dengan hal ini. Naskah-naskah ini memperlihatkan bahwa sejarah awal teks Quranik lebih dari sekedar sebuah pertanyaan terbuka sebagaimana yang diduga banyak orang. Teks itu kurang stabil dan karena itu otoritasnya sedikit, daripada yang selalu diklaim.”

Observasi Rippin benar-benar luar biasa. Selama periode Kalifah mula-mula, Islam bertumbuh sebagai gerakan politik dan bukan sebagai sebuah gerakan keagamaan. Sebuah buku seperti Quran dibutuhkan untuk menjaga agar orang-orang Muslim tetap bersatu. Quran seperti sebuah ‘simbol status’ dari Islam, yang jika bukan karena buku ini maka Islam akan mati bahkan pada masa Muhammad. Quran itu murni buatan manusia.

Beberapa hal yang bersifat ilahi dilekatkan pada Quran supaya ia bisa memberikan perintah yang bisa dihormati, sebab ia tidak memiliki kuasa dari dirinya sendiri. Inilah caranya, bagaimana ketika mengakui klaim-klaim dari Quran sebagai ungkapan langsung dari Yang Ilahi, para manipulator mula-mula telah menyingkirkan semua kritik, yang kemungkinan akan mengeksposnya. Dalam Sura 5:101 dan 5:102 Quran sendiri melarang kritik. Kita tidak tahu saat kebutaan religius secara perlahan muncul, tetapi tanpa ragu, Muslim mula-mula setelah Muhammad sebenarnya lebih liberal dibandingkan dengan generasi yang kita lihat saat ini. Otentisitas dari banyak ayat telah dipertanyakan sendiri oleh orang-orang Muslim mula-mula. Banyak Kharijit, yang merupakan pengikut-pengikut Ali dalam sejarah Islam mula-mula, menemukan Sura yang menceritakan cerita yang tidak sopan mengenai Yusuf, sebuah kisah erotis yang tidak mungkin merupakan bagian dari Quran (dikutip dari  Warraq, 1998, p.17)

Warraq (1998, p. 14) memiliki pandangan yang sama dengan Rippin, ”Para sarjana Muslim pada tahun-tahun awal Islam jauh lebih fleksibel dengan posisi mereka, menyadari bahwa bagian-bagian Quran telah hilang, diselewengkan dan bahwa ada ribuan perbedaan yang menyebabkan tidak mungkin bisa berbicara mengenai Quran
.”

Ada bukti lainnya bahwa pesan-pesan Quranik telah diubah pada masa-masa awal Islam dan tidak ada lagi yang eksis yang disebut “Quran”. Tulisan dari beberapa ayat Quranik menghiasi Mesjid Dome of Rock di Yerusalem, yang barangkali merupakan monumen Islamik pertama dam merupakan sebuah pencapaian artistik mayor, dibangun tahun 691 AD (Whelan, 1998, pp 1-14). Tulisan-tulisan ini secara signifikan berbeda dari teks standar yang ada saat ini (Warraq, 2000, p. 34).

Mingana (mengutip Warraq, 1998. p.80) mengeluhkan, ”Pertanyaan paling penting dalam mempelajari Quran adalah otoritasnya yang tidak boleh ditantang” Inilah satu-satunya alasan; investigasi kritikal mengenai teks Quran adalah sebuah studi yang masih belum dewasa. Sebagaimana dikatakan oleh Rippin (1991, p. ix) yang mengeluhkan, ”Seringkali saya menemukan individu-individu yang mempelajari Islam dengan latar belakang studi sejarah Alkitab Ibrani atau Kekristenan mula-mula, dan yang mengekspresikan keterkejutan pada kurangnya pemikiran kritis yang muncul dalam teksbook-teksbook pendahuluan Islam. Gagasan bahwa “Islam dilahirkan dalam terang sejarah yang jelas” kelihatannya masih merupakan anggapan dari banyak penulis besar mengenai teks-teks seperti itu.” Cook dan Crone (1977, p. 18) menyimpulkan,”[Quran] sangat kurang dalam keseluruhan struktur, seringkali tidak jelas dan tidak merupakan sebuah rangkaian; sementara isinya asal-asalan  dan materi-materi yang dibahas berbeda, serta melakukan pengulangan-pengulangan di seluruh pasal dengan versi yang berbeda-beda. Dengan dasar ini, bisa diperdebatkan bahwa kitab ini adalah produk dari sebuah keterlambatan dan pengeditan materi yang tidak sempurna dari sebuah tradisi-tradisi yang bersifat plural.” Crone (mengutip Warraq, 1998, p. 33) juga menuliskan, ”Quran telah menurunkan banyak sekali informasi palsu.”

Tetapi dalam kaitan dengan Alkitab, kita menemukan perbedaan, sebagaimana yang diobservasi oleh Rodinson (1980, p. viii),”[Untuk Alkitab] sikap ilmiah dimulai dengan keputusan untuk menerima sesuatu sebagai fakta hanya jika sumber itu telah dibuktikan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya.” Orang-orang Muslim secara salah mengintepretasikan kejujuran orang-orang Kristen yang memperlihatkan sejumlah pembacaan Alkitab yang bervariasi sebagai kelemahan (Ali & Spencer; 2003. p. 76-9).

Orang-orang Kristen, seperti halnya orang-orang Hindu, ingin melihat Kitab Suci mereka melalui sudut pandang ilmiah dan sejarah. Ketika naskah-naskah tua Alkitab, perkamen-perkamen atau naskah-naskah Hindu ditemukan, para sarjana Kristen dan Hindu hampir-hampir saling memanjat bahu masing-masing agar bisa terlebih dahulu mendapatkan akses kepada teks-teks itu. Penemuan-penemuan seperti ini membuat mereka merasa sangat tertarik. Tetapi sayangnya, tidak ada hasrat seperti itu dalam Islam. Kristen dan Hindu sangat berkeinginan untuk melihat lebih banyak lagi hal-hal yang bisa disingkapkan mengenai kitab suci mereka, sementara Muslim menolaknya, bahkan seringkali dengan determinasi yang kuat. Kontras ini benar-benar sebuah pukulan. Sementara baik iman Hindu dan Kristen secara kuat didukung oleh bukti-bukti arkeologis dan historis, sejauh ini tidak ada satu pun eksplorasi arkeologis yang diijinkan untuk dilakukan di Mekkah dan Medinah, dan tidak ada  kemungkinan untuk melakukannya di masa yang akan datang (Peters, 1986. p. 72-4).

Kritikan Muslim terhadap Quran sangat jarang dan hampir-hampir tidak pernah ada sebagaimana yang dikeluhkan oleh Sina (2008, p. 6), ”Orang-orang Muslim pada dasarnya tidak punya kapabilitas untuk mempertanyakan Islam.” Baru-baru ini saja website-website para mantan Muslim yang melakukan sejumlah karya yang luar biasa mengenai hal ini. Tentu saja, orang-orang yang telah mengalami pencerahan seperti mereka akan berhasil membebaskan saudara-saudari Muslim mereka dari penjara Islamik. Jika tidak, apa pun kritikan yang dilakukan terhadap Quran, semuanya akan dilakukan oleh para sarjana Kristen. Tetapi orang-orang Muslim seharusnya tidak menganggap kritik dari orang Kristen sebagai sebuah tanda oposisi religius. Para sarjana Kristen telah melakukan lebih banyak lagi kritikan terhadap agama mereka sendiri daripada terhadap Islam (Sproul & Saleeb, 2003. p. 17; Spencer, 2007, p. 1).

Tetapi sekali penemuan-penemuan Sanaa dipublikasikan secara detil, Islam tidak akan pernah sama lagi sebagaimana ia ada selama empat belas abad ini. Islam pasti akan mengambil sebuah posisi yang asing. Banyak Muslim akan menunjukkan keraguan terhadap kesakralan Quranik dan konsep yang sangat “romantis” dari Quran secara perlahan akan lenyap dan sebuah perkembangan yang sangat menarik akan bisa diobservasi. Pertanyaan pertama yang akan muncul di pikiran mereka adalah – versi yang mana yang paling superior. Tetapi kemudian, tidak mungkin memilih sebuah versi Quran dan menolak versi yang lain berdasarkan pilihan. Sebab keyakinan Muslim juga menegaskan bahwa siapa saja yang menolak bahkan satu ayat pun dari Quran, sebenarnya mereka telah menolak seluruh pewahyuan. Ini adalah sebuah kemustahilan logis dan karena riset ilmiah telah meneriakkan kebenaran; banyak Muslim akan mencari jalan keluar dari hal yang tidak masuk akal ini dan akan  mencoba membebaskan diri mereka dari penindasan tirani yang hidup di sebuah agama
yang palsu.

Ketika mendiskusikan apatisme Muslim terhadap sains, hukum logika dan hukum alam, Jaki (mengutip Spencer, 2002, p. 127) menulis, ”Apa yang terjadi dalam dunia Muslim hari ini adalah sebuah konfrontasi, bukan antara Tuhan dan Iblis… Tetapi antara satu Tuhan yang sangat spesifik dan ilmu pengetahuan yang merupakan sebuah antagonis yang sangat spesifik dari Tuhan itu, yaitu Allah dari Quran, yang merupakan oknum yang sepenuhnya mendominasi intelektual.” Penemuan Sanaa hanya akan menambahkan bahan bakar untuk api itu. Hari ini dunia Muslim dikelilingi dengan frustasi. Islam seharusnya menjadi wahyu terakhir dan orang-orang Muslim seharusnya menjadi “Manusia terbaik”, tetapi kenyataannya benar-benar bertentangan. Bangsa-bangsa Muslim adalah bangsa-bangsa yang paling miskin di dunia (Ohmyrus, 2006, p. 128). Saatnya akan tiba ketika otoritas keagamaan akan ditanya oleh orang-orang Muslim kebanyakan, dan mereka akan dituntut untuk menyangkali  kritikan-kritikan secara logis, ilmiah dan masuk akal, bukan dengan kekuatan brutal atau melalui Fatwa. Sebagaimana yang ditulis oleh Parvez Manzoor, ”Cepat atau lambat [kami orang-orang Muslim] harus mendekati Quran dari asumsi-asumsi metodologikal dan parameter-parameter yang secara radikal merupakan hal yang asing dengan hal-hal yang telah disucikan oleh tradisi kami” (Warraq, 2002, p. 123).

Tetapi naskah-naskah Sanaa juga akan memprovokasi pertanyaan lainnya. Jika Quran adalah sebuah kebohongan, bagaimana kebohongan ini bisa bertahan selama berabad-abad? Alasannya adalah bahwa Keilahian yang ditempelkan pada Quran bukan hanya sebuah “Kebohongan Yang Kecil”, tetapi “Sebuah Kebohongan Yang Besar.” Kebohongan-kebohongan yang besar adalah sesuatu yang sangat ampuh, dan ia selalu memiliki sebuah efek psikologis terhadap para pendengar. Semakin besar kebohongan, semakin ia bisa dipercayai. Adolf Hitler menulis dalam Mein Kamph (1925), ”Massa yang besar dari sebuah bangsa akan menjadi korban oleh sebuah kebohongan besar daripada oleh sebuah kebohongan kecil.” Kebohongan besar sangat meyakinkan karena ia akan menutupi pikiran sehat pendengar, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sina (2008, p. 179), orang-orang biasa tidak akan berani untuk menceritakan sebuah kebohongan besar sebab ia berpikir bahwa hal itu tidak akan dipercayai  dan ia akan menjadi bahan olok-olok. Karena tidak ada seorang pun yang pernah menceritakan sebuah kebohongan dalam hidupnya, kebohongan-kebohongan kecil seringkali cepat atau lambat akan bisa dideteksi. Tetapi kebohongan-kebohongan besar benar-benar aneh karena ia seringkali membuat para pendengar menjadi kehilangan akal. Ketika kebohongan itu sangat besar (seumpama raksasa), orang-orang kebanyakan akan bertanya-tanya bagaimana seseorang memiliki keberanian, yaitu dengan lancang mengatakan hal seperti itu.

Kebohongan besar selalu mengejakan keajaiban dalam politik. George Orwill (mengutip Sina, 2008, p. 179) berkata, ”Bahasa politik….didisain untuk membuat kebohongan terdengar sebagai sesuatu yang jujur dan pembunuhan dapat dihargai dan membuat angin terlihat sebagai sesuatu yang padat.” Hari ini, ketika sifat keilahian Quran disebarkan oleh naskah-naskah Sanaa, maka natur spiritual Islam juga diekspos. Islam tak lebih dari sebuah gerakan politik Arab. Sifat keilahian ditempelkan pada Quran, ketika orang-orang Arab mulai menduduki bangsa-bangsa di sekeliling mereka dan Islam dipaksakan oleh mereka dengan kekerasan. Orang-orang Arab tidak hanya memaksakan Islam pada bangsa-bangsa lain tetapi juga memaksakan keyakinan irasional dari keilahian Quranik ini kepada pemikiran-pemikiran para korban mereka, sehingga ketika orang-orang Arab telah pergi, orang-orang yang telah ditaklukkan tidak bisa keluar dari mental perbudakan ini dan kembali  kepada iman mereka yang asli. Ini adalah sebuah keahlian politik yang langka. Banyak sahabat-sahabat Muhammad dengan jelas mengetahui bahwa Quran adalah sebuah kepalsuan, tetapi mereka tetap tinggal bersama dengan nabi mereka untuk bisa memperoleh barang rampasan dan menikmati para wanita. Kita semua tahu, setelah kematian Muhammad, beberapa suku Arab kembali kepada keyakinan mereka sebelumnya dan penyembahan berhala pun kembali mekar.

Menyebabkan banyak Muslim menjadi syok; studi modern dalam bidang Psikologi telah memperlihatkan kebenaran bahwa Muhammad adalah seorang yang suka memaksa, seorang pria gila yang menderita Kelainan Personalitas Narsisistik (Narcissistic Personality Disorder). Narsisistik adalah orang-orang yang diserap oleh dirinya sendiri dan secara patologis merupakan para pembohong. Artinya, apakah mereka tidak menyadari kebohongan mereka atau merasa sepenuhnya benar dan merasa mudah berbohong pada orang lain. Kondisi mental mereka sedemikian rupa sehingga jarang ada orang yang bahkan memiliki kapasitas untuk mempercayai kebohongan mereka sendiri (Vaknin, 1999, p. 24).

Dan ya, Adolf Hitler, yang mengetahui kekuatan dari sebuah kebohongan besar dan telah menyesatkan jutaan orang Jerman, juga dikenal sebagai seorang Narsisis. Hari ini Hitler adalah figur sejarah yang paling dibenci di Jerman. Seperti sebuah ilmu matematika, pastilah Muhammad juga akan memperoleh nasib yang sama. Tetapi kita benar-benar tidak tahu, berapa juta orang akan mati sebelum kita bisa menaruh Muhammad di keranjang sampah dengan Allahnya, Quran dan Islam bersama-sama. Bagi Hitler, ini adalah Sosialisme Nasionalis (nama lain untuk Naziisme), dan bagi Muhammad ini adalah Islam. Tetapi pada dasarnya, keduanya adalah dua sisi koin yang sama-seorang manipulator yang sukses.

Sina (2008, p. iv, 260) memberikan komentar, ”Islam seumpama sebuah rumah kartu, dipelihara oleh kebohongan-kebohongan. Yang diperlukan adalah menghancurkannya dengan memberikan tantangan kepada salah satu dari kebohongan-kebohongan yang membuatnya tetap berdiri seperti sekarang. Islam adalah sebuah bangunan yang tinggi, didirikan di atas pasir; satu kali saja anda mengekspos pondasinya, maka pasir itu akan tergerus dan gedung besar ini akan jatuh karena berat yang ditanggungnya” dan lagi ”Islam berdiri di atas tanah yang rapuh. Ia hanya berisi kebohongan.. Kita hanya perlu mengekspos kebohongan-kebohongan dan bangunan raksasa dari teror dan penipuan ini untuk meruntuhkannya.”

Mari kita lihat, sekali aura kesakralan Quran lenyap, kebohongan-kebohongan lain apa yang akan diekspos?

Pertama; jika ada dua atau lebih dari dua versi Quran, maka akan ada jumlah Allah yang sama. Jadi, jika hanya ada dua Quran yang otentik, apakah Islam masih bisa dianggap sebagai agama monoteisme? Bagaimana memastikannya, Allah mana yang memberikan sebuah versi Quran? Jika hanya ada satu Allah, maka Quran mana yang otentik?

Kedua; jika kita masih percaya bahwa sebuah Quran adalah otentik, maka bagaimana Allah mengijinkan Quran lainnya tetap ada
?

Ketiga, apakah masih bisa dianggap benar bahwa Quran (Sura 10:64) yang berkata bahwa firman-firman Allah tidak akan berubah-ini benar-benar pencapaian yang sangat hebat? Jika ya, sekarang apa lagi yang akan dilakukan oleh lebih dari sebuah Quran? Jika tidak, bagaimana wahyu palsu seperti ini dicatat dalam Quran? Apakah Setan yang menaruhnya?

Terakhir, Bukhari (4.52.233) mencatat ”Orang-orang tidak beriman tidak akan pernah memahami tanda-tanda dan wahyu-wahyu kami.” Tetapi kita bisa saksikan, untuk memahami Quran Sanaa, otoritas Yaman mengundang para sarjana Jerman karena tak ada seorang pun di Yaman yang sanggup mengungkapkan penemuan besar seperti ini.

Tidak heran jika Sina (2008) menyimpulkan, ”Tak peduli bagaimana anda memandang Islam, ia tetap akan terlihat sebagai sebuah agama kebodohan.”

Orang-orang Muslim telah menjual jiwa mereka kepada Muhammad, tetapi bisakah mereka secara logis membersihkan keraguan-keraguan di atas? Episode Sanaa telah menempatkan mereka pada sebuah posisi yang canggung, bahwa bahkan alasan yang berputar-putar atau absurditas logika tak akan bisa menolong mereka. Bukankah inilah saatnya bagi orang-orang Muslim yang bijaksana untuk memikirkan ulang iman mereka? Daripada berusaha keras untuk memberikan alasan terhadap keraguan-keraguan di atas, bukankah lebih bijaksana untuk setuju bahwa satu milyar lebih orang-orang Muslim telah dibodohi oleh seorang pemaksa vulgar yang bernama Nabi Muhammad? Bukankah ini saatnya bagi orang-orang Muslim untuk mencari kebenaran? Sebagaimana penulis puisi Thomas Gray (dikutip dari Sagan, 1997, p. 12) menulis,”….kapankah ketidaktahuan merupakan sebuah kebahagiaan, yaitu ketika kebodohan dianggap sebagai hikmat.”

Untuk melindungi Quran dari penghinaan lebih jauh, otoritas Yaman telah menghalangi Puin dan Bothmer mengkaji lebih jauh naskah-naskah itu. Kenyataannya, saat ini mereka tidak mengijinkan siapa pun melihat naskah-naskah itu kecuali fragmen-fragmen non-Quranik yang dengan sangat hati-hati telah diseleksi terlebih dahulu, yang bisa dilihat di lantai dasar Perpustakaan Dar al-Makhtutat. Tetapi hal ini sia-sia. Burung sudah keluar dari sangkarnya dan tak ada gunanya menutup pintu sekarang. Lebih dari 35.000 mikrofilm saat ini sudah ada di luar Yaman sebelum otoritas Yaman mengetahuinya dan beberapa duplikat juga sudah dibuat. Pihak otoritas Yaman yakin bahwa saat ini, di beberapa lokasi yang tidak diketahui di Jerman, sekelompok ahli tanpa henti meneliti mikrofilm-mikrofilm itu, dan Puin membakar cukup minyak untuk penerangan malam dalam usaha menyelesaikan bukunya, yang, sekali dipublikasikan, akan memalu paku lainnya pada peti jenazah Islam. Islam  hari ini benar-benar dalam bahaya.

Tentu saja, dengan menyadari runtuhnya keilahian di depan mata mereka, banyak orang-orang Muslim merasa terganggu dan merasa diserang. Para fundamentalis tidak akan menerima karya Puin dan Bothmer yang sebenarnya mereka kerjakan dengan obyektifitas akademik, tetapi mereka akan melihatnya sebagai sebuah serangan yang disengaja terhadap integritas teks Quranik (Taher, 2000). Secara natural, kedua sarjana Jerman ini akan berada di garis depan menghadapi kemarahan mereka. Puin takut dengan kekerasan yang akan dilakukan oleh orang-orang Muslim ortodoks karena teorinya yang mereka anggap sebagai “hujatan”, yang ia katakan bahwa hal itu tidak bisa ia anggap sebagai hal yang enteng. Dengan mengingat apa yang terjadi pada Salman Rushdie, ia menulis, ”Kesimpulan-kesimpulan saya telah menyebabkan reaksi kemarahan dari orang-orang Muslim ortodoks. Mereka katakan bahwa saya bukan sarjana yang bisa membuat sebuah pernyataan mengenai naskah-naskah ini.” Jika  pandangan Puin diambil dan diserukan melalui media, dan jika tidak banyak Muslim yang menanggapinya secara rasional, maka semua neraka akan terlepas. Akan ada sejumlah respon permusuhan dan kerusuhan dan akan menyebabkan banyak kematian dan kehancuran, mungkin akan ada fatwa lainnya dari Khomeini dan tentu saja sejumlah ancaman dari Bin Laden kita yang sangat suka dengan kamera, serta dari saudara-saudara ideologisnya. Tetapi bisakah mereka menghentikan tersebarnya kebenaran?

UNESCO telah menunjukkan ketertarikan yang murni terhadap naskah-naskah Sanaa sejak program the Memory of the World dimulai. Pada tahun 1995, Organisasi ini juga memproduksi sebuah CD-ROM dalam bahasa Arabik, Inggris dan Perancis yang mengilustrasikan sejarah dari pengoleksian materi Quranik dan non-Quranik. CD-ROM berisi 651 gambar dari 302 fragmen-fragmen Quranik, indeks dengan tulisan, bingkai, dan sebagainya, juga sebuah introduksi umum untuk koleksi-koleksi naskah-naskah Yaman dan sebuah deskripsi singkat mengenai perkembangan kaligrafi Arabik (Abid, 1997).

Ursula Dreibholz, seorang ahli pemeliharaan (pengawetan) yang bekerja untuk proyek Sanaa selama delapan tahun sebagai kepala konservator merasa sangat frustasi melihat kekurang perdulian otoritas Yaman untuk melindungi naskah-naskah itu dengan menggunakan teknologi modern (1983, pp. 30-8). Apakah perlengkapan keamanan sudah benar, dan apakah perhatian yang diberikan terhadap naskah-naskah itu sudah memadai untuk mencegah kerusakan lebih jauh (1996, pp 131-45). Kenyataannya, Dreibholz (1999, pp 21-5) mengatakan, bahwa ia sangat peduli untuk menciptakan sebuah sistem penyimpanan permanen yang aman dan dapat dipercaya untuk menyimpan naskah-naskah ini. Juga, penyimpanan yang buruk akan sulit melindungi naskah-naskah itu dari serangga dan air. Yang paling penting lagi, masalah utama adalah kurangnya pencegahan dari kebakaran atau sistem deteksi, dengan mengingat bahwa dalam sejarah banyak perpustakaan-perpustakaan penting yang hancur oleh karena  kebakaran. Otoritas Yaman mengatakan bahwa mereka tidak memiliki uang untuk memasang sistem perlindungan dari kebakaran. Ia benar-benar tidak mengerti alasan sebenarnya dibelakang sikap apatis otoritas Yaman.

Di sini, para fundamentalis Muslim bisa melihat sebuah tali perak di awan-awan. Tak seorang pun tahu kapan sebuah kebakaran yang menghancurkan akan terjadi secara ‘insidentil’ dan menghancurkan semua naskah-naskah Quranik itu, yang akan menyebabkan naskah-naskah itu terbakar. Di balik semuanya, untuk menyelamatkan Islam, Quran harus diselamatkan, dan untuk itu orang-orang Muslim akan melangkah lebih jauh lagi. Jika perlu, mereka sendiri akan membakar Quran untuk menyelamatkannya dari analisa-analisa logis. Kesetiaan mereka kepada kebodohan sedemikian tinggi. Barangkali, otoritas Yaman tidak mau memasang sistem pencegah kebakaran adalah sebuah persiapan awal untuk sebuah tindakan seperti itu di masa depan. Jangan pernah menganggap remeh kapasitas destruktif dari orang-orang fanatik tak berotak.

Islam Tidak Meneruskan Ajaran Para Nabi Namun Mengubahnya

Bosan sama SLOGAN Islam yang katanya Mengikuti dan Meneruskan ajaran para nabi sebelumnya? benarkah demikian atau ini lagi-lagi hanya tipu daya [baca: taqiyah] islam saja

1. Tuhan-nya para Nabi adalah YHWH Yesaya 42:8 Aku ini YAHWEH, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.

dan Muhamad mengubahnya menjadi Allah swt dan mengajarkan manusia untuk menyembah Allah swt saja Qs Al Fatihaah[1]:1, " Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

2. Para Nabi melakukan Sabat Keluaran 20:10, "tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Elmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

Sedangkan Muhamad mengubahnya menjadi berhari Jum'at
Sahih Muslim no 1406
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. menyebut hari Jumat, beliau bersabda: Di hari itu ada saat-saat, di mana bila seorang muslim salat dan meminta sesuatu tepat pada saat itu, pasti Allah memberinya

3. Para Nabi tidak memerintahkan untuk sujud dihadapan patung dan menyembah kepadanya Imamat 26:1, "Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, El-mu."

Muhamad merubahnya dan melakukan Sujud dihadapan Patung Hajar Aswad QS.2.125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

4. Para Nabi tidak mengajarkan Hidup berpoligami, walau mereka melakukannya Ulangan 17:17, "Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak."

Muhamad menganjurkan pria untuk berpoligami
Qs An Nissa [4]: 3 Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

5. Para Nabi melakukan Perintah Tuhan dengan mengorbankan domba jantan sebagai korban penebus salah Imamat 6:6, "Sebagai korban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam.

Muhamad tidak mengenal tradisi ini, yang ada hanyalah mengumpulkan amal saleh untuk dapat menutup-nutupi perbuatan dosa Qs Ali Imran[3]: 57, " Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim. "

6. Para Nabi melakukan hari Sheva Moedim [7 hari raya] Ulangan 31:10, "Dan Musa memerintahkan kepada mereka, demikian: "Pada akhir tujuh tahun, pada waktu yang telah ditetapkan dalam tahun penghapusan hutang, yakni hari raya Pondok Daun,"
Tradisi ini sama sekali tidak dikenal oleh Muhamad, didalam Islam

7. Para Nabi berperang bukan dalam usahanya untuk menyebarkan agama namun pembelaan diri mereka terhadap serangan orang luar 1 Samuel 15:2 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir."

Muhamad mengubahnya menjadi perang suci membela Alloh dan Agama Alloh Qs Al Baqarah [2]: 193. "Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang lalim."

8. para Nabi beribadah menghadap ke arah Jerusalem [Bait Salomo] dimana kemuliaan Tuhan pernah bertahta disana Mazmur 7:5, "Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.

Muhamad mengubahnya menjadi menghadap Mekkah, Masjidil Haram QS.2.125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

9. para Nabi melakukan tradisi sunat sebagai perjanjian Tuhan Yahweh dengan keturunan Abraham Kejadian 17:10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
Muhamad sama sekali tidak diperintahkan untuk melakukan sunat walaupun Muslim melakukannya hingga saat ini sebab mereka menganggap dirinya sebagai keturunan dari Abraham sendiri padahal Alkitab dengan sangat jelas menyatakan perjanjian kekal itu diberikan kepada dia dan keturunannya dari Sarah yaitu Ishak. anak dari Budak tidak turut masuk kedalam perjanjian YHWH,lagipula tuhannya Muhamad berbeda dengan Tuhan semesta Alam, YHWH.

10. Para Nabi mengajarkan untuk tetap berpegang teguh kepada Taurat Tuhan Maleakhi 4:4 "Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hamba-Ku, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum."
Namun tanpa alasan yang jelas Muhamad mengatakan Taurat sudah dipalsukan dan digantikan posisinya oleh Alquran.

11. Para Nabi merayakan hari Raya Roti tidak beragi dan hari raya menuai dalam kurun waktu 3 kali dalam setahun Keluaran 23: (14) Tiga kali setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagi-Ku. (15) Hari raya Roti Tidak Beragi haruslah kaupelihara; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam bulan Abib, sebab dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir, tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. (16) Kaupeliharalah juga hari raya menuai, yakni menuai buah bungaran dari hasil usahamu menabur di ladang; demikian juga hari raya pengumpulan hasil pada akhir tahun, apabila engkau mengumpulkan hasil usahamu dari ladang.
Tradisi ini tidak dikenal sama sekali didalam Islam

12. Para Nabi melakukan Ibadah Harian 3 kali sehari Daniel 6:10 Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.
Muhamad mengajarkan Muslim untuk beribadah 5 kali dalam sehari bahkan lebih gilanya lagi si Alloh minta 50 kali muslim harus menyembah Alloh, haus dan gila akan penyembahan.

13. Para Nabi mengajarkan kebiasaan membebaskan budak setelah ia bekerja selama 6 tahun lamanya Keluaran 21: 12 Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa.

Muhamad tidak mengajarkan sampai jangka waktu kapan Budak memperoleh kebebasannya.

sekian dulu, dalam seketika bisa saya update. banyak point lain tidak turut saya masukan karna saya memisahkannya dengan notes yang akan saya buat lagi setelahnya 'perbandingan ajaran Muhamad sebagai seorang Nabi dibandingkan nabi-nabi lainnya'.

AJARAN-AJARAN YANG SAMA SEKALI TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN AJARAN PARA NABI NAMUN DITRADISIKAN ISLAM

1. TAHLILAN [ACARA PERAYAAN KEMATIAN 7, 40, 100, 1000 HARI]
Tradisi ini sama sekali tidak ada didalam Kitab Suci Taurat, mendoakan orang yang sudah mati, selama kurun waktu tertentu.

Ajaran ini hasil adopsi Muslim dari Tradisi orang Hindu,

Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193 yang berbunyi : “Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu.

Dalam buku media Hindu yang berjudul : “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggal” karya : Ida Bedande Adi Suripto, ia mengatakan : “Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu.”

2. HAJI/ UMROH
Tradisi ini sama sekali tidak ada didalam Kitab Taurat dimana para Nabi diminta untuk melakukan Ibadah ke Mekkah untuk melakukan Ritual-Ritual seperti; TAWAF, LEMPAR JUMRAH; MEMAKAI JUBAH SERBA PUTIH SAMBIL MENGGULDULI KEPALA, MEMINUM ARI DARI SUMUR ZAM-ZAM

ibadah haji diketahui sebagai sebuah ritual pagan sekte tertentu di Timur Tengah. Salah satu dari sekte² tersebut yang melakukan ibadah haji adalah kaum Harran. Harran adalah sebuah kota di perbatasan antara Syaria, Irak dan Asia Kecil – Turki sekarang. Tuhan utama kaum Harran adalah bulan, tetapi mereka juga menyembah matahari, planet² dan makhluk² gaib yang lain seperti Jin. Mereka melakukan ibadah haji mereka di gunung² di sekitar Harran. Al-Hashimi, seorang sejarawan Arab, menyebutkan salah satu dari festival² mereka,” Festival dewa² untuk merayakan munculnya Bulan Baru.” [Al-Biruni,op.cit., hal. 318 (dikutip oleh The Knowledge of Life, Sinasi Gunduz, Oxford University, 1994, hal. 183] Harran menjadi sebuah kota yang terkenal dan sebuah tempat melaksanakan ibadah haji karena pemujaan Sin, dewa bulan. Ibn al-Nadim, sejarawan Arab lainnya, menyebutkan ibadah haji kaum Haranian ke beberapa tempat lain di mana mereka menyembah beberapa dewa, termasuk Sin, dewa bulan. Mereka juga menyembah planet² dan dewa² lainnya, seperti Hermes dan Jin. [Ibn al-Nadim, al-Fahrisit, hal. 322]

3. BERPUASA PADA BULAN TERTENTU/RAMADHAN DAN IBADAH SHALAT 5 KALI SEHARI
Ibn al-Nadim menulis dalam bukunya, al-Fahrisit, tentang berbagai sekte agama di Timur Tengah. Dia berkata di bulan di mana kaum Harrania puasa selama 30 hari, mereka menyembah dewa Sin, yakni sang bulan. Al-Nadim menjelaskan tentang perayaan yang mereka selenggarakan dan korban² yang dipersembahkan pada sang bulan. [Ibn Al-Nadim, Al-Fahrisit, hal. 324-325] Sejarawan lain, Ibn Abi Zinah, juga menjelaskan tentang kaum Harrania, dan mengatakan bahwa mereka puasa selama 30 hari, mereka menghadap Yemen saat sholat lima kali sehari. [Dikutip oleh Rushdi Ilia’n, Al Saebiun Harraniyen Wa Mandaeyn, Bagdad, 1976, hal. 33] Kita juga tahu bahwa umat Muslim sholat lima kali sehari. Kaum Harrania puasa sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam, sama seperti yang dilakukan Muslim di bulan Ramadan. [Dikutip dari sejarawan Arabia oleh M.A. Al Hamed, Saebat Harran Wa Ikhwan Al Safa, Damascus, 1998, hal. 57] Sejarawan lainnya, Ibn al-Juzi, menjelaskan kaum Harrania puasa di bulan ini. Dia berkata mereka mengakhiri puasa dengan memotong hewan kurban dan berzakat bagi kaum miskin. [Ibn Al Juzi , Talbis Iblis , dipersiapkan oleh M. Ali, Kher, hal. 84; Kutipan oleh M.A. Al Hamed, Saebat Harran Wa Ikhwan Al Safa, Damascus, 1998, hal. 57] Hal serupa juga dilakukan umat Muslim setelah selesai puasa.

4. ADZAN [MEMANGGIL MANUSIA UNTUK MELAKUKAN SHALAT]
Hal seperti ini tidak ditemukan sama sekali didalam Kitab Taurat dimana ada salah satu Nabi berteriak untuk memanggil manusia lain melakukan Sabat ataupun melakukan doa-doa harian


Ayat² Qur’an menyatakan Abraham menggunakan Athan آذان, atau suara yang keras, guna memanggil mayarakat untuk bersembahyang. Meneriakan dengan suara yang keras dari atas sebuah minaret masih merupakan cara kaum muslim memanggil masyarakat untuk bersembahyang. Metode ini dikenali dan dilakukan sepanjang sejarah jazirah Arab. Para pemuja dari berbagai sekte Jin pada masa Muhammad biasanya berteriak dari sebuah minaret guna memanggil masyarakat untuk bersembahyang. Cara ini terutama dilakukan oleh orang² yang mengklaim sebagai nabi di jazirah Arabia, dan mereka diketahui memiliki hubungan dengan Jin. Sebelum Muhammad, Musaylimeh Bin Habib mengaku dirinya adalah seorang nabi di kota Yamama. Dia memiliki seseorang yang berteriak kepada masyarakat dari minaret, memanggil mereka untuk bersembahyang, atau pergi beribadah haji ke sebuah kuil tertentu. Ritual semacam ini tidak dikenal di luar jazirah Arab, tidak diketahui juga apakah hal itu adalah hal yang biasa dilakukan berabad-abad sebelum jaman Muhammad.

Ayat yang menunjukkan Abraham berteriak dari minaret juga mengatakan suara Abraham didengar oleh semua makhluk manusia di atas bumi. Hal ini merupakan mitos yang tidak mungkin terjadi. Dalam sejarah, tidak seorangpun di atas bumi pernah mendengar suara Abraham memanggilnya untuk melakukan ibadah haji ke Mekah. Lebih jauh, kita melihat dalam sejarah bahwa Mekah belum ada sampai abad ke-4 Masehi, sedangkan Abraham hidup di abad ke-21 SM. Dengan begitu, bagaimana mungkin semua orang dari seluruh penjuru dunia bisa datang ke kota yang belum ada di gurun pasir di Arabia barat tengah, yang di jaman Abraham belum pernah diinjak siapapun?


Tradisi ini ada didalam ajaran Hindu
Terdapat pada kitab Rig Weda hal. 10 :”Tunja tunji ya utari stoma indrastya wajrinah nawidhi asia sustutim” Artinya: ‘Makin tinggilah pujian kami dalam nyanyian kepada Dewa Indra Yang Perkasa’.

Pornografi Dalam Quran dan Hadist

PORNOGRAFI DALAM ALQURAN DAN HADITS.

Kata Pengantar:

Posting ini cuma listing dari berbagai sumber, untuk menunjukkan bahwa AJARAN ISLAM, ALQURAN, Hadits adalah Kitab yang tidak lepas dari ajaran2 PORNO yang tidak Lazim dan juga Kitab yang penuh Kekerasan, kalau ada yang belum termuat disini silahkan anda tambahin untuk memperkaya daftar listing ini.

Jadi klaim bahwa AJARAN ISLAM, Alquran, Hadits bebas dari PORNOGRAFI dengan sendirinya GUGUR.

Penjabaran MULAI
---------------------
Sang Nabi Mulia Islam menawarkan anak kandungnya untuk di gagahi

Sebagai mana Nabi Islam Luth yang menawarkan Putri-Putri Luth untuk digagahi oleh Penduduk Saduum yang ingin menyesah tamu Luth tapi malah dalam Alquran seorang Ayah memberikan anaknya untuk digauli khalayak ramai, walaupun pada akhirnya khalayak ramai tersebut akhirnya menolak tawaran mereka, dan bersikeras pada tujuan utama, tapi kisah ini sudah menunjukkan betapa bohongnya Alqurant tidak ada kisah pornografi/percabulan.

"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah puteri-puteri mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)

"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)

Nabi Luth menawarkan anak perempuannya untuk untuk pengganti tamu-tamunya yg datang sebagi incaran penduduk Sadum,
jadi artinya Nabi yg diMuliakan Islam ini benar2 tidak mencerminkan seorang bapak yg sayang kepada anak2 perempuannya, dan pula terlihat seperti tidak bermoral dengan menjadikan anaknya sebagai tumbal kezoliman seks buas dan penyimpang dari penduduk Sadum itu.
artinya pesan yg saya sampaikan ialah bahwa Alquran ini tidak lepas dari muatan pornografi serta akhlak nabi yg rusak

QS 33:51. Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki di antara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.

wanita yang sudah kena thalaq dan diceraikan kemudian di rogol (digagahi), maka sesuai syariat Islam dalam quran adalah syah, bukannya kalo perempuan yang sudah dicerai sudah tidak ada ikatan dalam perkawinan, lalu lantas kenapa awlloh mengizinkan menggauli wanita yang sudah dicerai dengan iming iming "tidak ada dosa bagimu"??? apakah awlloh tidak tau bahwa menggauli wanita yg sudah diceraikan itu sama dengan zina???

Kalau digauli gak apa-apa, tapi kalau dinikahi kembali gak boleh sebelum istrinya kawin dulu dengan orang lain.

bahwa surah 33:50-51 ini tidak terlepas dari hak dan kebebasan kepada pribadi Muhammad SAW untuk dapat keistimewaan dalam melakukan seks (free seks) kepada istri dan mantan istri yg diceraikannya tapi belum bersuami kan, artinya dalam konteks ini unsur2 pornografi sarat tidak ditolak dalam Alquran.

Quran 2:230
Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.

Kalau makna kata "menggauli" dari QS 33:51 di atas ditafsirkan sebagai "menikahi" berarti kontradiksi dengan QS 2:230, karena perempuan yang telah diceraikan tidak boleh dinikahi kembali oleh suami lama sebelum ia dikawin lagi dg orang lain dan diceraikan oleh suami barunya itu.

Ini saya menemukan komentator hadis bernama Al-Nawawi http://www.bysiness.co.uk/ulemah/bionawawi.htm menjabarkan apa yang harus dilakukan seseorang setelah melakukan hal2 cukup menyimpang, sebelum boleh kembali bersolat. Ini saya cuplik dari The Quran’s Confused Stance on Sexual Ethics. http://www.answering-islam.org/Shamoun/bestiality.htm Mohon bila ada yang bersudi menterjemahkannya lebih baik, niscaya dapat membantu membuka mata orang lebih lebar kepada Islam.

wanita yang sudah dicerai halal digagahi
QS 33:51. Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki di antara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.

Menyusui:
karena ada ayat -tentang menyusui (Al-Baqarah: 233). ini artinya dengan kata lain sudah mengeluarkan payudara dari sarangnya

SODOMI DALAM ISLAM / BERSETUBUH MELALUI DUBUR DALAM ISLAM

Ahli Islam terkemuka Al-Tabari juga membenarkan bahwa Muhammad memang mengijinkan ngeseks lewat dubur:

Tabari, 2:535 (3464), di mana versi lain menyatakan Nafi "memegang kumpulan Qur'an bagi Ibn 'Umar, dan Umar sampai pada ayat, 'Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam...,' dan berkata "Hal ini berhubungan dengan ngeseks melalui dubur dengan wanita."
Sama dengan keterangan di atas, Zayd b. Aslam melaporkan bahwa Ibn 'Umar berkata, "Seorang pria melakukan sodomi dengan istrinya, setelah itu dia merasa bersalah. Maka Allâh mewahyukan: 'Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam...' (Tabari, 2:536-7 [3470]).

Dari 'Abd al-Rahmân b. Sâbit yang berkata: Aku berkata pada Hafsa (putri 'Abd al-Rahmân b. Abi Bakr): "Aku berharap untuk bertanya padamu tentang sesuatu, tapi aku malu menanyakannya."
Hafsa menjawab: "Silakan tanya apa saja, putraku!"
Dia bertanya: "Well, aku ingin bertanya padamu tentang ngeseks dengan wanita melalui dubur² mereka."
Hafsa menjawab: Umm Salama menjelaskan padaku: "Aku bertanya pada Rasul Allâh mengenai hal itu, dan dia melafalkan: "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki." (Tabari, 2:535 (3468))

'Atâ b. Yasâr berkata: Seorang pria menyodomi istrinya sewaktu Rasul Allâh masih hidup, dan orang² mencelanya karena itu dan berkata, "Jejali dubur istri!" Tapi Allâh mewahyukan: "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki." (Tabari, 2:538-9 (3476))

Mengapa Para Imam & Mullah Doyan Sodomi Anak²?

sebuah situs resmi "DEPAG" Kerajaan Saudi Arabia, menuliskan tafsir Surah Al Baqarah ayat 223 yang anda kutip diatas, dan tafsir itu "membolehkan" praktek sodomi tersebut. Dipersilahkan anda kunjungi dan baca, apakah ini fitnah atau fakta ?

Tafsir Al-Tabari akan Q 2:223 dengan tegas menyatakan sodomi halal dalam Islam. Ini sumbernya dari website Departemen Agama Islam, Kerajaan Saudi Arabia:

http://quran.al-islam.com/Tafseer/DispTafsser.asp?nType=1&bm=&nSeg=0&l=arb&nSora=2&nAya=223&taf=TABARY&tashkeel=0

Saya terjemahkan sesuai tertulis pada link diatas ayat 3464 baris ke tiga (garis bawah warna merah) ....

قَالَ : نَزَلَتْ فِي إتْيَان النِّسَاء فِي أَدْبَارهنَّ - qala : nazalat fi ityan alniisa' fi a’duburna’ = said : this verse was revealed about "penetrating women in their anus" = berkata : diturunkan ayat tentang "mendatangi wanita pada anus mereka".

فَقَالَ : أَنْ يَأْتِيهَا فِي دُبُرهَا - faqala : an ya'atyha fi duburha = he say : to have penetrating in their anus. = dia berkata : untuk mendatangi pada anus mereka.

Yang di halalkan dengan surah Al Baqarah ayat 223 pada Al Qur'an berbunyi "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki" (QS 2:223)

Tafsir Thabari Q An-Nisaa' 24: Perkosaan & Mut'ah
Qur'an, Sura An-Nisaa', ayat 24 mengandung 3 pokok bahasan:
Lihat: http://www.facebook.com/note.php?note_id=125915724166806

i. Ijin memperkosa tawanan wanita kafir yang telah menikah, saat suami kafirnya masih hidup;
ii. Ijin menikahi wanita merdeka dan budak melalui pembayaran mahar;
iii. Ijin menikah mut'ah.

Qur'an, Sura An-Nisaa', ayat 24
(i) dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu.
(ii) Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina.
(iii) Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (gauli) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dalam tafsir Qur'an-nya, Thabari menerangkan ketiga pokok bahasan dalam Q 4:24 dalam 20 lembar halaman. Dalam kesempatan ini, saya hanya akan mengutip bahasan nomer i dan ii saja, karena kedua pokok ini merupakan pokok perdebatan yang paling kontroversial . Banyak Muslim yang menyangkal bahwa Muhammad memang menganjurkan Muslim untuk memperkosa tawanan2 wanita, bahkan yang bersuami sekalipun. Sebagian Muslim bahkan berkata bahwa tawanan wanita harus dinikahi terlebih dahulu sebelum boleh "dinikmati" oleh Muslim. Tafsir Thabari yang panjang lebar menjelaskan bahwa semua anggapan ini salah. Muhammad memang menghalalkan pemerkosaan tawanan2 wanita di hadapan suami2 kafir mereka.

Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 311

Diceritakan oleh Aisha: Aku memandang rendah wanita2 yang memberikan dirinya kepada rasulullah dan aku katakan, "Dapatkah seorang wanita memberikan dirinya kepada seorang laki2 ? Tetapi ketika Allah mengungkapkan: "Kamu ( O Muhammad) dapat menunda giriran kepada saja yang kamu kehendaki atas istrimu, dan kamu boleh menerima siapapun yang kamu inginkan…" ( 33.51) Aku berkata ( kepada Nabi), " Aku merasakan bahwa ALLAHMU BERTINDAK CEPAT UNTUK MEMENUHI NAFSU DAN KEINGINANMU"

PEDOFILIA DALAM ISLAM!
http://www.facebook.com/notes/keluarga-kelinci/pedofilia-dalam-islam-tafsir-thabari-q-at-talaq-4/125932584165120

Tafsir Ibn Kathir Q 65:4 juga mengatakan begitu:
http://tafsir.com/default.asp?sid=65&tid=54223

The `Iddah of Those in Menopause and Those Who do not have Menses

Allah the Exalted clarifies the waiting period of the woman in menopause. And that is the one whose menstruation has stopped due to her older age. Her `Iddah is three months instead of the three monthly cycles for those who menstruate, which is based upon the Ayah in (Surat) Al-Baqarah. [see 2:228] The same for the young, who have not reached the years of menstruation. Their `Iddah is three months like those in menopause. This is the meaning of His saying;

[وَاللَّـتِي لَمْ يَحِضْنَ]

(and for those who have no courses...) as for His saying;

[إِنِ ارْتَبْتُمْ]

(if you have doubt...) There are two opinions: First, is the saying of a group of the Salaf, like Mujahid, Az-Zuhri and Ibn Zayd. That is, if they see blood and there is doubt if it was menstrual blood or not. The second, is that if you do not know the ruling in this case, then know that their `Iddah is three months. This has been reported from Sa`id bin Jubayr and it is the view preferred by Ibn Jarir. And this is the more obvious meaning. Supporting this view is what is reported from Ubay bin Ka`b that he said, "O Allah's Messenger! Some women were not mentioned in the Qur'an, the young, the old and the pregnant.'' Allah the Exalted and Most Honored sent down this Ayah,

Perhatikan kalimat di atas:
The same for the young, who have not reached the years of menstruation.
artinya adalah:
Hal yang sama bagi wanita muda, yang belum mencapai usia menstruasi!!

Semua para ahli tafsir Qur'an yang paling ternama, yang buku2nya paling banyak dipakai di dunia Muslim, semua setuju bahwa Q 65:4 adalah mengenai perceraian dengan anak2 perempuan kecil yang belum mengalami menstruasi. Dengan demikian sudah jelas, bahwa Muslim memang boleh menikahi anak2 perempuan kecil, dan ini juga dilakukan Muhammad dengan Aisyah.

Realisasinya
Lebih dari 23% Anak2 Saudi Diperkosa - 46% Pria Saudi adalah Homosex!!
http://www.youtube.com/watch?v=3EfiZyPk1OU

KHOMEINI : sex dgn bayi HALAL !

"Seorang lelaki bisa mendapatkan kenikmatan seksual dari seorang anak semuda bayi. Namun ia tidak boleh penetrasi. Jika ia penetrasi dan anak itu dilukai maka ia bertanggung jawab atas dirinya sepanjang hidupnya. Gadis itu namun demikian,t idak boleh dianggap sbg salah satu dari keempat istrinya. Si lelaki juga tidak boleh menikahi saudara perempuan anak itu."
Teks lengkap bisa ditemukan dlm "Ayatollah Khomeini in Tahrirolvasyleh, Fourth Edition, Darol Elm, Qom"

Khomeini naksir anak 4 thn DAHSYAT !!

Cuplikan dari 'Hal Ataaka Hadeeth ur-Raafidah?' oleh alm. Sheikh Abu Mus'abaz-Zarqaawi:

“Penulis buku 'For Allah, Then For History' menyebut sebuah peristiwa yg terjadi didepan matanya sendiri kala al-Khomeini tinggal di Iraq, dan menginap di rumah seorang bernama Sayyid Sahib.

... Pada saat waktu tidur dan semua tamu pergi, Al Khomeini menaruh perhatian pada puteri tuan rumah, bocah yg sangat cantik walau hanya berusia 4 atau 5 tahun.

Akhirnya sang Imam meminta kpd ayahnya, Sayyid Sahib, agar ia dapat tidur dgn bocah itu utk 'menikmatinya'. Ayahnya menyetujui dgn gembira dan Imam al-Khomeini menghabiskan malam itu dgn bocah cilik itu dlm pelukannya dan kami bisa mendengar bocah itu BERTERIAK DAN MINTA TOLONG

Q 65:4 PEDOFILIA DALAM ISLAM!
http://www.facebook.com/notes/keluarga-kelinci/pedofilia-dalam-islam-tafsir-thabari-q-at-talaq-4/125932584165120

Qur’an, Sura At-Talaaq (65), ayat 4 membicara tengan masa iddah bagi perempuan2 yang dicerai sebelum wanita itu bisa dinikani lagi, sehingga pria yakin bahwa perempuan tersebut tidak mengandung bayi dari suami sebelumnya. Ayat ini membicarakan tiga jenis perempuan:
i. perempuan yang tidak bisa menstruasi lagi (menopause) karena sudah tua;
ii. perempuan yang masih kecil, atau anak perempuan kecil yang belum menstruasi;
iii. perempuan yang hamil, yakni perempuan dewasa yang masih bisa mengalami menstruasi.

Qur’an, Sura At-Talaaq (65), ayat 4
Dan (i) perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idah mereka adalah tiga bulan; dan
(ii) begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. → maksudnya adalah anak perempuan kecil yang belum mentruasi!
(iii) Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

SEX ala Islam
Salib Ahmeed (pbuy):

(Merayu dan bercumbu):

Nabi Muhammad s.a.w. melarang suami melakukan persetubuhan sebelum membangkitkan syahwat isteri dengan rayuan dan bercumbu terlebih dahulu.
Hadits Riwayat al-Khatib dari Jabir.

(DOA SEBELUM BERSETUBUH):

"Bismillah. Allaahumma jannibnaash syaithaa-na wa jannibish syaithaa-na maa razaqtanaa".
Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami berdua (suami isteri) dari gangguan syaithan serta jauhkan pula syaithan itu dari apa saja yang Engkau rezqikan kepada kami.

Dari Abdulah Ibnu Abbas r.a. berkata:
Maka sesungguhnya apabila ditakdirkan dari suami isteri itu mendapat seorang anak dalam persetubuhan itu, tidak akan dirusak oleh syaithan selama-lamanya.
Hadits Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a.

(Syahwat terputus ditengah jalan):

Apabila seseorang diantara kamu bersetubuh dengan isterinya maka janganlah ia menghentikan persetubuhannya itu sehingga isterimu juga telah selesai melampiaskan hajatnya (syahwat atau mencapai kepuasan) sebagaimana kamu juga menghendaki lepasnya hajatmu (syahwat atau mencapai kepuasan).
Hadits Riwayat Ibnu Addi.

(Dogy Style):

Dari Jabir b. Abdulah berkata:
Bahwa orang-orang Yahudi (beranggapan) berkata:
Apabila seseorang menyetubuhi isterinya pada kemaluannya Melalui Belakang maka mata anaknya (yang lahir) akan menjadi juling.
Lalu turunlah ayat suci demikian:

"Isteri-isteri kamu adalah ladang bagimu maka datangilah ladangmu itu dari arah mana saja yang kamu sukai".
Surah Al Baqarah - ayat 223.

Keterangan:
Suami diperbolehkan menyetubuhi isteri dengan apa cara sekalipun (dari belakang, dari kanan, dari kiri dsb asalkan dilubang faraj).

(bersetubuh dapat pahala)

Rasulullah s.a.w. bersabda:
".....dan apabila engkau menyetubuhi isterimu, engkau mendapat pahala".
Para sahabat bertanya:
Wahai Rasulullah, adakah seseorang dari kami mendapat pahala dalam melampiaskan syahwat?
Nabi menjawab:
Bukankah kalau ia meletakkan (syahwatnya) ditempat yang haram tidakkah ia berdosa?
Demikian pula kalau ia meletakkan (syahwatnya) pada jalan yang halal maka ia mendapat pahala.
Hadits Riwayat Muslim.

(Horny lagi)

Apabila diantara kamu telah mecampuri isterinya kemudian ia akan mengulangi persetubuhannya itu maka hendaklah ia mencuci zakarnya terlebih dahulu.
Hadits Riwayat Baihaqi.

Jimak (bersetubuh) menurut Syaikul Islam:
Ibnul Qayyim berkata, "Sebaiknya sebelum bersetubuh hendaknya diajak bersenda-gurau dan menciumnya, sebagaimana Rasulullah saw. melakukannya."

"Jika si istri dipanggil oleh suaminya karena perlu (jimak), maka supaya segera datang, walaupun dia sedang masak." (H.r. Tirmidzi, dan dikatakan hadis Hasan).

Istri harus mencukur bulu jembutnya jika suaminya pulang pada malam hari dari perjalanan ...7.62.173

Sahih Bukhari:Volume 7, Book 62, Number 173:
Diriwayahkan Jabir bin 'Abdullah:

Nabi mengatakan, "Jika kau memasuki (kotamu) pada malam hari (dari perjalanan) jangan memasuki rumah keluargamu sebelum wanita yang suaminya absent (dari rumah) mencukur bulu jembutnya dan wanita dgn rambut tidak teratur, menyisir rambutnya.
Dilanjutkan oleh Rasulullah, "(O Jabir!) Dapatkanlah keturunan, dapatkan ketur

COITUS INTERUPTUS (Al-Azl = mengeluarkan sperma di luar tubuh wanita).

Sahih Bukhari: Volume 9, Book 93, Number 506:
Dikisahkan oleh Abu Said Al-Khudri:
Ketika dalam peperangan dengan Bani Al-Mustaliq, mereka (tentara Muslim) menangkap tawanan2 wanita dan ingin menyetubuhi wanita2 itu tanpa membuat mereka hamil. Maka mereka (tentara Muslim) tanya pada Nabi tentang coitus interruptus …

Sahih Bukhari Vol. 5-#459

Dikisahkan oleh Ibn Muhairiz:
Aku masuk ke dalam mesjid dan melihat Abu Khudri dan lalu duduk di sebelahnya dan bertanya padanya tentang coitus interruptus (Al-Azl). Abu berkata, “Kami pergi bersama Rasul Allah untuk Ghazwa (penyerangan terhadap) Banu Mustaliq dan kami menerima tawanan2 perang diantara para tawanan perang dan kami berhasrat terhadap para wanita itu dan sukar untuk tidak melakukan hubungan seksual dan kami suka melakukan coitus interruptus.

Maka ketika kami bermaksud melakukan coitus interruptus kami berkata: “Bagaimana kami dapat melakukan coitus interruptus tanpa menanyakan Rasul Allah yang ada diantara kita?” Kami bertanya padanya tentang hal ini dan dia berkata: “Lebih baik kalian tidak melakukan itu, karena jika jiwa (dalam hal ini jiwa bayi) manapun (sampai hari Kebangkitan) memang ditentukan untuk menjadi ada, maka jiwa itu pun akan ada.’”

(Dgn kata lain : jangan menarik sperma, biarkan kau mencapai orgasme dlm tubuh wanita tawanan perang itu, karena kalau memang kehendak Allah bayi itu tercipta, maka tidak ada yg bisa kau lakukan. :twisted: )

Malik’s Muwatta: Book 29, Number 29.32.99:
Yahya mengisahkan padaku dari Malik dari Damra ibn Said al-Mazini dari al-Hajjaj ibn Amr ibn Ghaziya ketika dia sedang duduk dengan Zayd ibn Thabit, ketika Ibn Fahd datang padanya. Dia berasal dari Yemen. Dia berkata, “Abu Said! Aku punya budak2 wanita. Tidak ada istri2ku yang bisa menyenangkanku seperti budak2ku, dan tidak ada budak2ku yang begitu menyenangkanku sehingga aku sampai ingin punya anak dari mereka, jadi haruskah aku melakukan coitus interruptus?” …

Sahih Muslim Book 008, Number 3371:
Abu Sirma berkata kepada Abu Sa’id al Khadri: O Abu Sa’id, apakah kau mendengar Rasul Allah berkata tentang al-azl (coitus interruptus)? Dia berkata: Ya, dan menambahkan: Kami pergi bersama Rasul Allah dalam perjalanan ke Bi’l-Mustaliq dan mengambil tawanan2 wanita Arab yang cantik2; kami terangsang melihat mereka, karena kami jauh dari istri2 kami, (tapi pada saat yang sama) kami juga ingin menggunakan mereka sebagai sandera untuk ditebus (dengan uang). Karena itu kami mengambil keputusan untuk berhubungan seks dengan mereka tapi dengan melakukan azul (coitus interruptus) ….

Sahih Muslim Book 008, Number 3373:
Abu Sa’id al-Khudri melaporkan: Kami menangkap tawanan2 wanita dan kami ingin melakukan ‘azl (coitus interruptus) dengan mereka …

Malik’s Muwatta Book 29, Number 29.32.96:
Yahya mengisahkan padaku dari Malik dari Abu ‘n-Nadr, maulah Umar ibn Ubaydullah dari Amir ibn Sad ibn Abi Waqqas dari ayahnya bahwa dia biasa melakukan coitus interruptus.

Sunan Abu Dawud Book 11, Number 2166:
Dikisahkan oleh AbuSa’id al-Khudri:
Seorang pria berkata: Rasul Allah, aku punya seorang budak wanita dan aku mengeluarkan penisku dari tubuhnya (ketika sedang berhubungan seks), dan aku tidak mau dia menjadi hamil. Aku melakukan itu karenanya. Orang2 Yahudi berkata bahwa mengeluarkan penis (azl) adalah sama seperti mengubur hidup2 anak2 perempuan dalam skala kecil. Dia (sang Nabi) berkata: Orang Yahudi itu berbohong. Jika Allah memang mau menciptakan (bayi), maka kau tidak dapat mencegahnya.
Wuah, banyak nian nih ayat2 yang mengatakan cabut penis dan sebar sperma di luar tubuh wanita. Hehe … Tapi jangan berani mencoba mendekati budak wanita Muhammad, sebab “burung”-mu bisa dipotong.

Hadis Sahih Muslim, Book 037, Number 6676:
Anas melaporkan, seorang lelaki dituduh berjinah dengan perempuan budak Rasulullah. Ia berkata kepada Ali : “Goroklah lehernya”. Ali menemukan orang itu di sebuah sumur sedang menyuci badannya. Ali mengatakan kepadanya agar keluar, dan setelah ia memegang tangannya dan menariknya keluar, ternyata ia melihat bahwa alat kelaminyya sudah dipotong. Ali tidak jadi menggorok lehernya. Ia melaporkan keapda Rasulullah dan mengatakan: Rasulallah, bahkan alat kelaminnya yang putus itu tidak ada padanya.

Sahih Bukhari Vol. 7-#137
Narrated Abu al-Khudri: “We got female captives in the war booty and we used to do coitus interruptus with them. So we asked Allah’s messenger about it and he said, “Do you really do that?” repeating the question thrice, “There is no soul that is destined to exist but will come into existence, till the Day of Resurrection.””

Sahih Bukhari Vol. 5-#459
Narrated Ibn Muhairiz: “I entered the mosque and saw Abu Khudri and sat beside him and asked him about coitus interruptus. Abu said, “We went out with Allah’s messenger for the Ghazwa (attack upon) Banu Mustaliq and we received captives from among the Arab captives and we desired women and celibacy became hard on us and we loved to do coitus interruptus. So when we intended to do coitus interruptus we said “How can we do coitus interruptus without asking Allah’s messenger while he is present among us?” We asked (him) about it and he said “It is better for you not to do so, for if any soul (till the Day of Resurrection) is predestined to exist, it will exist.””
Slave-girls are like fields if you wish then water it by ejaculating inside them or leave it thirsty i.e. coitus interruption with slave-girls is optional…(Malik’s Muwatta 29.32.99)

Malik’s Muwatta: Book 29, Number 29.32.99:
Yahya related to me from Malik from Damra ibn Said al-Mazini from al-Hajjaj ibn Amr ibn Ghaziya that he was sitting with Zayd ibn Thabit when Ibn Fahd came to him. He was from the Yemen. He said, “Abu Said! I have slave-girls. None of the wives in my keep are more pleasing to me than them, and not all of them please me so much that I want a child by them, shall I then practise coitus interruptus?”

After having sex (rape) with his captive-girl, Said al-Khudri took this young girl to the nearest slave market for a quick sale. Here is the continuation of the above story, as told by al-Waqidi (vol.i, p.413) and excerpted by Rodinson: “A Jew said to me: ‘Abu Said, no doubt you want to sell her as she has in her belly a baby by you.’ I said: ‘No; I used the ‘azl.’ To which he replied [sarcastically]: ‘Then it was lesser child-murder!’ When I repeated this story to the Prophet he said: ‘The Jews lie. The Jews lie.’”

TIRMZI, vol. 2 states on page 138: à ngeseks massal sama 72 pelacur di surga
Every man who enters paradise shall be given 72 (seventy-two) houris (Ali Sina: The word “whore” in English is the same Persian word “hoor” borrowed by Muhammad and used in the Quran) ; no matter at what age he had died, when he is admitted into paradise, he will become a thirty-year-old, and shall not age any further. A man in paradise shall be given virility equal to that of one hundred men.

Hadith: Al hadiths, Vol. 4, Page-172, No.34: à tempat pelacuran di surga
Hozrot Ali (r.a) narrated that the Apostle of Allah said, “There is in paradise an open market wherein there will be no buying or selling, but will consist of men and women. When a man desires a beauty, at once he will have intercourse with them as desired.

Sahih Bukhari: Volume 7, Book 62, Number 135:
Dikisahkan oleh Jabir:
Kami biasa melakukan coitus interruptus semasa hidup Rasul Allah.

Sahih Bukhari: Volume 7, Book 62, Number 136:
Dikisahkan oleh Jabir:
Kami biasa melakukan coitus interruptus ketika Qur’an diwahyukan. Jabir menambahkan: Kami biasa melakukan coitus interruptus semasa hidup Rasul Allah ketika Qur’an sedang diwahyukan.

Astagfirullah!! Bayangkan sebentar nih, pembuatan Qur’an dan penyemprotan sperma. Bukankah ini kombinasi yang hebat sekali?

Muslim BOLEH BERBAGI ISTERI

Rupanya muslim boleh berbagi-bagi istri. Dan bahkan setelah kawin suka berjalan-jalan dengan baju kotor berbekas sperma.

Volume:7 Book :62 (Nikaah) Number :10
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

'Abdur-Rahman bin 'Auf datang dari Mekka ke Medina dan Nabi membuat ikatan persaudaraan antara dia dan Sad bin Ar-Rabi' A;-Ansari.
Al-Ansari punya dua istri, jadi dia menganjurkan kepada Abdul Rahman untuk mengambil separuh, istri-istrinya dan hartanya.

Abdur Rahman menjawab, "Semoga allah memberkatimu dengan istri-istri dan hartamu. Tolong tunjukkan padaku di mana pasar."

Lalu Abdur Rahman pergi ke pasar dan meraih (dalam tawar-menawar) beberapa yoghurt kering dan mentega.

Setelah beberapa hari Nabi melihat Abdur Rahman dengan noda-noda kuning pada pakaiannya dan bertanya padanya, "Apa itu, O Abdur Rahman?" Dia menjawab, "Aku telah mengawini seorang wanita Ansar." Nabi bertanya, "Berapa mas kawin yang kau beri padanya?" Dia menjawab, "Emas seberat satu batu kurma." Nabi berkata, "Beri perjamuan, bahkan dengan satu kambing."

ONANI boleh dlm Islam

fatwa dari Arab Saudi, atas nama (Shaykh Mahmood Khaleel Harraas) dengan judul bukunya (Fataawa Shaykh Mahmood Khaleel Harraas - Page 282-283)

Response: Saya tidak ingat hadis yg mengutuk orang yg masturbasi namun saya pernah baca bahwa seorang remaja bertanya kpd Ibn 'Abbaas (radhi-yAllaahu 'anhumaa) ttg hal tsb. So Ibn 'Abbaas mengatakan: Oh! Oh! Bersenggama dgn budak wanita lebih baik dari itu, dan itu lebih baik dari melakukan zinah
[Transmitted by al-Bayhaqee and Ibn Hazam in al-Muhallaa].

Dan saya juga membaca beberapa buku Hanaabilah ttg ijin masturbasi bagi mereka yg takut berzinah. Namun, derajad masturbasi sama dgn memakan mayat matidead carcass (yi. jika tidak ada makanan lain dan kau takut kau akan takut mati jika kaut tidak memakannya), shg tidak diijinkan baginya utk melakukannya kecuali utk menghilangkan birahi. Dan Allah maha tahu.

Ditambah lagi dri source hadis:

Ada seorang pemuda mengaku kepada Ibnu Abbas, "Wahai Ibnu Abbas, saya seorang pemuda dan melihat wanita cantik. Aku mengurut-urut kemaluanku hingga keluar mani". Ibnu Abbas berkata, "Itu lebih baik dari zina, tetapi menikahi budak lebih baik dari itu (onani)." [Hr Buchari]

layani suami dimanapun tempatnya

hadits Muadz bin Jabal RA bahwasa Nabi SAW bersabda, “Demi Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang wanita menunaikan hak Rabbnya hingga ia menunaikan hak suaminya. Andaikata ia meminta dirinya (melayani hasrat seksnya) di atas tunggangan kecil, maka janganlah ia menolaknya.” (HR.Ibn Majah dan Ahmad)

artinya seorang istri harus bersedia melayani suami dalam kondisi dan keadaan apa pun juga,...

memuaskan syahwat dgn istri dapat pahala

Bertanya para sahabat : " Ya Rasulullah ! Adakah sesaorang kami yang memuaskan syahwat dengan isterinya mendapat pahala juga ? "

Bersabda Rasulullah SAW : " Apakah pendapat kamu sekiranya sesaorang itu melepaskan syahwatnya pada yang haram, adakah dosa atasnya ? Demikianlah pula, jika ia melepaskan syahwatnya pada yang halal, adalah baginya pahala. ".

Apakah Benar Nabi Ibrahim Pernah Berkunjung Ke Mekah?


Apakah Benar Nabi Ibrahim Pernah Berkunjung ke kota Mekah?


Pandangan bahwa Sayidina Ibrahim pernah berkunjung ke kota Mekah berdasarkan kepada ayat al-Quran berikut :
Surat Ali ‘Imran (3): 96
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun (untuk tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Kisah ini diperkuatkan lagi dalam :
Sahih Bukhari Jilid 4, buku 55, nombor 583 :
Dikisahkan oleh Ibn Abbas:
“Sayidina Ibrahim membawa Siti Hajar dan anaknya Ismael yang masih menyusu ketempat dekat Ka’abah dibawah pohon dilokasi Zam Zam, diposisi tertinggi dari rumah Allah. Pada saat itu tidak ada orang di Mekah, begitu pula tidak ada air.
Sayidina Ibrahim kembali tidak menjumpai Ismael dalam jangka waktu yang telah ditentukan Allah dan kemudian berusaha untuk menemui Ismael kembali. Kali ini Sayidina Ibrahim melihat Ismael dibawah pohon di Zam Zam, sedang menajamkan anak panahnya. Ketika Ismael melihat Sayidina Ibrahim , dia berdiri dan menyambutnya. Sayidina Ibrahim berkata, ‘Oh Ismael, Allah telah memberi perintah kepadaku.” Ismael berkata, “Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu.” Sayidina Ibrahim bertanya, “Apakah engkau mau membantuku?’. Ismael berkata, “Aku akan membantumu”. Sayidina Ibrahim berkata, “Allah telah memerintahkan untuk membangun sebuah rumah disini (Ka’abah).” Kemudian mereka mulai membangun rumah tersebut. …….

Apakah claim (yaitu tuntutan) bahwa Sayidina Ibrahim pernah ke Mekah bahkan membangun Ka’abah ini benar atau pun sah
?

Marilah kita cuba juga lihat dari sumber-sumber Islam yang lain.
Pertama :

Perhatikan petikan dari buku:
Sirah Ibnu Ishaq Kitab Sejarah Nabi Tertua, Muhammadiah University Press, Jun 2002, Jilid 1, halaman 15 – 16.
Petikan ini mengisahkan raja Abu Karib Tiban As’ad yang berasal dari Yaman yang saat itu melakukan perjalanan ke Yathrib.
Halaman 15 :
“Tubba menulis baris-baris berikut tentang perjalanannya, apa yang dia lakukan terhadap Madinah dan Ka’bah, …….”
Dalam salah satu baris syairnya yang terdapat di halaman 16 :

Aku tidak tahu tentang adanya kuil yang murni
Yang dipersembahkan untuk tuhan di lembah Mekah…
Raja ini adalah ayah dari Dzu Nawas yang menyerang kaum Kristian Najran pada tahun 523 M (Sejarah Hidup Muhammad Sirah Nabawiyah, Robbani Press, Mei 2002, Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, halaman 36).
Jika kita andaikan bahwa raja Abu Karib Tiban As’ad telah melakukan perjalanan ke Madinah dan Mekah 70 tahun sebelumnya, bererti perjalanan terjadi pada sekitar tahun 450 M.

Dan pada tahun 450 M, Ka’abah di Mekah tidak dikenali oleh seorang Pemerintah dari wilayah Yaman!
Sangat janggal dan aneh sekali, padahal menurut al-Qur’an, Ka’abah telah dibangun oleh Sayidina Ibrahim dan Ismail yang hidup sekitar 1900 SM – 2000 SM, kenapa pula bangunan itutidak dikenal pada tahun 450 M??
Kedua :

Tentang waktu pembangunan Ka’abah.
Dipetik daripada tafsir Ibn Kathir mengenai Surah 3 : 96 yang boleh diperolehi daripada http://www.tafsir.com/default.asp?sid=3&tid=8799
Imam Ahmad recorded that Abu Dharr said; “I said, `O Allah’s Messenger! Which Masjid was the first to be built on the surface of the earth’ He said, `Al-Masjid Al-Haram in Makkah.’ I said, `Which was built next‘ He replied `Al-Masjid Al-Aqsa in Jerusalem.’ I said, `What was the period of time between building the two‘ He said, `Forty years.’
Terjemahan bebas :
Imam Ahmad mencatat bahwa Abu Dharr berkata; “Aku berkata, “Ya Rasulullah, masjid mana yang pertama dibuat didunia ini?. Dia berkata, “Al-Masjid Al Haram (di Mekah)“. Aku berkata, “Mana yang dibangun setelah itu?”. Dia menjawab, “Al-Masjidil Al-Aqsa (di Yerusalem/Baitulmuqaddis)“. Aku berkata, “Berapakah jangka masa antara pembangunan kedua bangunan itu?” Dia berkata, “Empat puluh tahun”
Menurut perhitungan :

Sayidina Ibrahim dan Ismail hidup sekitar tahun 1900 SM – 2000 SM.
Raja (Nabi) Sulaiman, yang telah membangun bait Allah di Yerusalem (Baitulmuqqadis) hidup sekitar 1000 SM – 950 SM.
Jadi ada perbedaan jurang waktu sebanyak 1000 tahun antara Ibrahim dan Ismail (yang membangun Masjidil Haram) dengan Raja Sulaiman (yang membangun Bait Allah di Yerusalem/Baitulmuqaddis).


Jadi BAGAIMANAKAH boleh dikatakan perbedaan waktu di antara kedua-duanya Baitullah itu hanya 40 tahun??

Lebih-lebih lagi, nampaknya nabi Muhammad telah mengalami masalah disorientasi waktu apabila beliau merangkai cerita Sayidina Ibrahim dan raja Sulaiman!
Ketiga :

Makanya tidaklah sedikit pun mengherankan terdapat pakar dan ilmuwan Islam sendiri yang meragukan kisah pembangunan Ka’abah oleh Sayidina Ibrahim . Lebih lanjut petikan dari tokoh Islam moden tentang hubungan Ismail dan Arab sebagai berikut :
Dr. Taha Husayn, seorang profesor dari Mesir, pendapatnya dipetik dalam buku “Mizan al Islam karya Anwar Jundi“, halaman 170 :
“Dalam kasus cerita Sayidina Ibrahim dan Ismail membangun Ka’abah cukup jelas, cerita ini muncul belakangan disaat Islam mulai berkembang. Islam mengeksploitasi kisah ini untuk tujuan dan kepentingan agama/politik.“

Siapakah DR.Taha Husayn?
Dipetik daripada :
Encyclopaedia Britannica edisi 2003
Sub Topik : Taha Hussein

Terjemahan bebas :

Lahir Nov. 14, 1889, Maghaghah, Mesir
Meninggal dunia pada Oct. 28, 1973, di Kaherah
Tokoh yang menonjol dalam khazanah Mesir modern …..Pada tahun 1902 dia telah belajar di Al-Azhar, Kairo …… Pada tahun 1908 dia masuk Universiti Kaherah dan di tahun 1914 menjadi orang pertama yang meraih gelar doktor …… Taha menjadi professor Kebudayaan Arab di Universitas Kaherah, kerjayanya dipenuhi dengan gejolak kerana pandangan-pandangan kritiknya yang sering membuat marah puak Islam ortodoks. ….Tahun 1926 dia menerbitkan bukunya “On Pre-Islamic Poetry“, dalam buku ini dia menyimpulkan beberapa syair-syair yang dinyatakan pra-Islam sebetulnya adalah pemalsuan oleh umat Muslim kemudian kerana beberapa alasan, salah satunya adalah untuk memberikan autoriti/kewibawaan kepada Al-Qur’an. Kerana buku ini, dia telah dituduh sebagai “kafir”. ….. Taha kemudian menyandang jabatan sebagai Menteri Pendidikan Mesir di antara tahun 1950 – 1952 …..
Maklumat tambahan :

Perjalanan Sayidina Ibrahim Dari Kota Ur-Kasdim ke Tanah Perjanjian Berdasarkan Alkitab
Menurut buku ‘Atlas of the Bible: with A-Z Guide to Places’ terbitan Penerbit Eerdmans, perjalanan Sayidina Ibrahim dari kota Ur-Kasdim ke tanah perjanjian (yang berakhir di Hebron) ternyata TIDAK menunjukkan bahwa route perjalanan Sayidina Ibrahim tersebut melalui kawasan Arab Saudi atau pun kota Mekkah. Perjalanan Sayidina Ibrahim di mulai dari kota Ur, di tanah Khaldea, kemudian menuju ke arah barat-laut, yakni Haran di sebelah tenggara Turki atau masih di sebelah timur Sungai Euphrates dan kemudian dari sana berbelok menuju ke arah barat daya menuju Hebron (tanah Kanaan).
Dari route perjalanan tersebut, nampaknya Sayidina Ibrahim tidak melalui daerah Arab Saudi, khususnya kota Mekkah. Anehnya, umat Islam membuat tuntutan bahwa Sayidina Ibrahim (Abraham) pernah berada di Mekah. Apakah memang ada bukti (dari Kitab Suci) bahwa Ibrahim memang pernah tinggal (lewat) di Mekkah?

Perlu diketahui, kota Haran berbeda dengan padang pasir Paran. Padang Paran (Desert of Paran) DAN juga bukan terletak di daerah atau wilayah Arab Saudi, melainkan di daerah Sinai (wilayah Mesir).
Memang secara logik, kalau Sayidina Ibrahim diminta oleh Allah untuk meninggalkan kota kediamannya (Ur) menuju ke tanah Kanaan, maka posisi tanah Kanaan memang berada di arah barat dari Ur. Sementara, kota Mekah terletak di sebelah barat daya dari kota Ur. Oleh kerana Sayidina Ibrahim melakukan perantauan (nomadik), maka sangat mungkin baginda akan memilih jalan dekat sungai Euphrates dan akhirnya berhenti sementara di kota Haran. Di kota Haran ini, ayah Sayidina Ibrahim, Terah, telah meninggal dunia.

Sementara Padang Paran, tempat di mana Ismael dan ibunya tinggal, berada di daerah Sinai. Padang Paran ini juga pernah dilewati oleh bangsa Israel ketika melakukan penghirjahan keluar dari Mesir, kembali ke tanah Kanaan.

Jadi, secara Al-Kitabiah, tidak ada bukti kukuh, bahwa Sayidina Ibrahim pernah melalui atau pun tinggal di kota Mekah.Tempat-tempat yang dilewati Sayidina Ibrahim adalah seperti berikut :


1. Berangkat dari Ur-Kasdim (Kej 11:31)
2. Sampai di Haran (Kej 11:31) Ayah Sayidina Ibrahim, Terah, wafat di Haran.
3. Sampai di Sikhem (Kej 12:6)
4. Sampai pegunungan sebelah Timur Betel. (Kej 12:
5. Sampai ke tanah Negeb (Kej 12:9) Ketika ada kelaparan di negeri itu, Sayidina Ibrahim pergi ke Mesir.
6. Sampai di Mesir (Kej 12:10)
7. Kembali ke tanah Negeb (Kej 13:1)
8. Menuju ke Bethel (Kej 13:3) Sayidina Ibrahim pernah membuat mezbah di Bethel (Kej 13:4). Bethel = Beth-el (Beth = rumah, El = Allah)= Baitullah
9. Pindah ke Mamre, dekat Hebron (Kej 13:1
10. Sayidina Ibrahim diberkati anaknya Ismael ketika di Kanaan (Kej 16:3)
11. Sayidina Ibrahim ke tanah Negeb (Kej 20:1) 9
16. Sayidina Ibrahim ke tanah Moria (Kej 22:2)
17. Sayidina Ibrahim pergi dan tinggal di Bersyeba (Kej 22:19) Sara nampaknya tetap tinggal di Hebron.
18. Sara wafat di Hebron (Kej 23:2)
19. Sayidina Ibrahim dimakamkan di gua Makhpela (Hebron) (Kej 25:9)

Catatan: Dalam Al-Kitab ada kota/tempat yang bernama Maakha, yaitu sebuah kota kecil di sebelah tenggara gunung Hermon (dan gunung Hermon ini terletak di sempadan Lubnan dengan Syria). Namun berdasarkan lokasinya, kota Maakha ini sama sekali tidak boleh disamakan dengan Mekkah di Arab Saudi.